Tugas Individu MANAJEMEN KEUANGAN
OLEH SITI FATMALA REZEKI K012181045
MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019
ISTILAH-ISTILAH DALAM MANAJEMEN KEUANGAN 1. Return on Sales (ROS) Return on Sales atau disingkat dengan ROS adalah Rasio Keuangan yang mengukur seberapa efisien perusahaan menghasilkan laba dari pendapatan penjualannya. Dengan kata lain, Rasio ROS atau Return on Sales ini mengukur kinerja perusahaan dengan cara menganalisis persentase dari total pendapatan perusahaan yang dapat dikonversikan menjadi keuntungan atau laba perusahaan. Return on Sales (ROS) menunjukan berapa banyak keuntungan atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan setelah membayar biaya variabel produksi seperti upah, bahan baku dan lain-lainnya, namun belum termasuk pembayaran pajak dan bunga.
Rumus ROS (Return on Sales) Retun on Sales atau ROS dapat dihitung dengan membagi laba operasi dengan penjualan bersih untuk periode tersebut. Return on Sales ini biasanya dinyatakan dengan Persentase (%). Berikut ini adalah Rumus ROS (Rumus rasi Return on Sales). ROS = Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan Contoh Kasus Perhitungan Return on Sales PT. AABB menghasilkan Laba sebelum Pajak dan Bunga sebesar Rp. 100 juta sedangkan Penjualan adalah sebesar Rp. 1,5 miliar. Berapakah Return on Sales atau tingkat pengembalian Penjualan PT. Angkasa? Diketahui :
Laba sebelum Pajak dan Bunga = Rp. 100.000.000,Penjualan = Rp. 1.500.000.000,Return on Sales (ROS) = ?? Jawaban : ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) x 100 ROS = (Rp. 100.000.000 / Rp. 1.500.000.000) x 100 ROS = 6,7% Jadi tingkat pengembalian penjualan atau Return on Sales (ROS) PT. Angkasa adalah sebesar 6,7%. 2. Return on Asset Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau ratarata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%) Rumus ROA (Return on Assets) ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Ada dua cara umum dalam menghitung ROA yaitu dengan menghitung total aset pada tanggal tertentu atau dengan menghitung rata-rata total aset (average total assets). Berikut ini adalah Rumus ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset. Return on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset)
Contoh Perhitungan ROA (Return on Assets) Berdasarkan laporan keuangan per tanggal 31/12/2016, Laba bersih atau Net Income PT. Samudera Antik adalah Rp. 1,713 triliun sedangkan Total Asetnya adalah sebanyak Rp. 61,433 triliun. Berapakah ROA atau Return on Assets (Tingkat pengembalian aset) PT. Samudera Antik? OA = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset) ROA = Rp. 1,713 triliun / Rp. 61,433 triliun ROA = 2,79% Jadi ROA PT. Samudera Antik dengan kode emiten Samudera Antik ini adalah sebesar 2,79%. 3. Return on Equity (ROE) Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
Rumus ROE (Return on Equity) Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Berikut ini adalah Rumus ROE : ROE = Laba bersih setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31 Desember 2017, PT. Perdana yang bergerak di sektor konstruksi memiliki laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 500 juta, total ekuitas para pemegang saham adalah sebanyak Rp. 800 juta. Berapakah rasio pengembalian ekuitas atau Return of Equity (ROE) PT. Perdana?
ROE = Laba bersih setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham ROE = Rp. 500.000.000 / Rp. 800.000.000 ROE = 62,5% Return on equity atau ROE mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan uang dari pemegang saham untuk menghasilkan keuntungan dan menumbuhkan perusahaannya. Tidak seperti rasio pengembalian investasi lainnya, ROE adalah rasio profitabilitas dari sudut pandang investor, bukan dari sudut pandang perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini menghitung berapa banyak uang yang dapat dihasil oleh perusahaan bersangkutan berdasarkan uang yang diinvestasikan pemegang saham, bukan investasi perusahaan dalam bentuk aset atau sesuatu yang lainnya. 4. Gross Profit Margin Gross Profit Margin atau Marjin Laba Kotor adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan penjualan. Gross Profit atau Laba Kotor yang dimaksud disini adalah pendapatan Penjualan yang dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya yang termasuk pada Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (CGS) ini diantaranya seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terkait dengan pembuatan suatu produk. Dengan kata lain, Rasio Marjin Laba Kotor atau Gross Profit Margin ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga kerjanya untuk memproduksi dan menjual produkproduknya untuk menghasilkan keuntungan.
Rumus Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) Untuk mendapatkan Marjin Laba Kotor, kita perlu mendapatkan dulu hasil Laba Kotornya, Laba Kotor atau Gross Profit adalah Total pendapatan penjualan yang dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP). Laba Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Setelah mendapatkan Laba Kotor atau Gross Profit, selanjutnya adalah membagikan Laba Kotor (Gross Profit) tersebut dengan total Pendapatan Penjualan (Sales Revenue). Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan
PT. Putra Jaya merupakan perusahaan yang memproduksi baju seragam. Total Penjualan baju seragam pada tahun 2016 adalah sebesar Rp. 400.000.000,- sedangkan Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah sebesar Rp. 150.000.000,-. Berapakah Gross Profit Margin atau Marjin Laba Kotornya ? Diketahui : Pendapatan Penjualan = Rp. 400.000.000,Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp. 150.000.000,Marjin Laba Kotor = ? Menghitung Laba Kotor (Gross Profit) Laba Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan Laba Kotor = Rp. 400.000.000 – Rp. 150.000.000 Laba Kotor = Rp. 250.000.000,Menghitung Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan Marjin Laba Kotor = Rp. 250.000.000,- / Rp. 400.000.000,Marjin Laba Kotor = 62,5% Persentase Marjin laba kotor menunjukan bahwa PT. Putra Jaya memiliki 62,5% dari pendapatan yang tersisa setelah membayar biaya langsung yang terkait dengan produksi baju seragam (Harga Pokok Penjualan baju seragam). Laba Kotor yang sebesar Rp. 250.000.000,ini merupakan uang tersisa yang dapat digunakan untuk membayar biaya operasional, bunga, pajak, pembayaran hutang, pembayaran dividen dan keperluan lainnya.
5. Earnings Before Interest & Taxes (EBIT) Earnings Before Interest & Taxes (EBIT) atau Pendapatan Sebelum Bunga & Pajak merupakan indikator profitabilitas perusahaan, dihitung sebagai pendapatan dikurangi biaya, tidak termasuk pajak dan bunga. EBIT dihitung sebagai berikut: EBIT = Pendapatan – Biaya Operasional
6. Asset turn over Rasio perputaran Total Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Sedangkan pengertian Perputaran Aset menurut Kamus Bank Indonesia adalah rasio untuk mengukur kemampuan aset perusahaan untuk memperoleh pendapatan; makin cepat aset perusahaan berputar makin besar pendapatan perusahaan tersebut. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dapat menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Perputaran Total Aset ini juga sering disebut juga dengan Perputaran Total Aktiva (Total Activa Turnover) atau hanya disebut dengan Perputaran Aset (Asset Turnover). Rumus : Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan / Rata-rata Total Aset Sebuah perusahaan yang memproduksi kalkulator melaporkan penjualan bersihnya sebesar Rp. 100 juta. Total aset pada awal tahun sebesar Rp. 100 juta sedangkan total aset pada akhir tahun adalah sebesar Rp. 200 juta. Berapakah rasio perputaran total aset atau Total Asset Turnover Ratio pada perusahaan tersebut? Diketahui :
Penjualan bersih = Rp. 100.000.000,Total Aset awal tahun = Rp. 100.000.000,Total Aset akhir tahun = Rp. 200.000.000,Rasio Perputaran Total Aset = ? Jawaban : Rasio Perputaran Total Aset = Penjualan / ((total Aset awal tahun + total Aset akhir tahun) / 2) Rasio Rasio Perputaran Total Aset = Rp. 100.000.000,- / ((Rp. 100.000.000,- + Rp. 200.000.000,- ) / 2) Rasio Perputaran Total Aset = Rp. 100.000.000,- / Rp. 150.000.000,Rasio Perputaran Total Aset = 0,6 kali. 7. Days Sales outstanding Hari penjualan beredar (DSO) adalah ukuran rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk mengumpulkan pendapatan setelah penjualan dilakukan. DSO sering ditentukan secara bulanan, triwulanan atau tahunan dan dapat dihitung dengan membagi jumlah piutang selama periode tertentu dengan jumlah nilai penjualan kredit selama periode yang sama, dan mengalikan hasilnya dengan jumlah hari di periode diukur Nilai DSO yang rendah berarti perusahaan memerlukan waktu lebih sedikit untuk mengumpulkan piutangnya. Angka DSO yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menjual produknya kepada pelanggan secara kredit dan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengumpulkan uang. 8. Inventory Turnover Ratio Rasio Perputaran Persediaan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Inventory Turnover Ratio adalah jenis rasio efisiensi yang menunjukan seberapa efektif persediaan dikelola dengan membandingkan harga pokok penjualan (HPP) dengan persediaan rata-rata untuk suatu periode. Rasio Perputaran Persediaan ini mengukur rata-rata persediaan “diputar” atau “dijual” selama suatu periode. Dengan kata lain, Inventory Turnover Ratio mengukur berapa kali perusahaan menjual total persediaan rata-rata sepanjang tahun yang bersangkutan. Rasio ini merupakan indikator yang baik untuk menilai kualitas
persediaan dan praktek pembelian yang efektif dalam manajemen persediaan (Inventory Management). Rumus Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) Rasio Perputaran Persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan (HPP) untuk suatu periode dengan rata-rata persediaan untuk periode tersebut. Berikut ini adalah Rumus Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover Ratio. Rata-rata Persediaan = (Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2 Sehingga Rumus Rasio Perputaran Persediaan juga dapat ditulis seperti berikut ini : Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan / ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2) Contoh kasus Sebuah toko yang menjual Ponsel melaporkan biaya pokok penjualan pada laporan laba/ruginya sebesar Rp. 500 juta. Persediaan awal toko ini adalah sebesar Rp. 800 juta sedangkan persediaan akhirnya adalah sebesar Rp. 700 juta. Berapakah Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover Ratio Toko Ponsel tersebut? Penyelesaiannya Diketahui : Penjualan : Rp. 500.000.000,Persediaan Awal = Rp. 800.000.000,Persediaan Akhir = Rp. 700.000.000,Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) = ?
Jawaban : Rasio Perputaran Persediaan = Penjualan / ((Persediaan Awal + Persediaan Akhir) / 2) Rasio Perputaran Persediaan = Rp. 500.000.000 / ((Rp. 800.000.000 + Rp. 700.000.000)/2) Rasio Perputaran Persediaan = 0,6 kali Jadi Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover Ratio Toko Ponsel ini adalah sebesar 0,6 kali.