1 Riwayat Alamiah Penyakit Temu 10 Epid.docx

  • Uploaded by: Widiari Widiari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1 Riwayat Alamiah Penyakit Temu 10 Epid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,371
  • Pages: 17
1 Riwayat Alamiah Penyakit Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History if Disease) adalah perkembangan suatu penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural. Riwayat alamiah penyakit merupakan perjalanan penyakit yang alami dan tanpa pengobatan apapun, yang terjadi mulai dari keadaan sehat hingga timbul penyakit. Meskipun setiap penyakit mempunyai riwayat alamiah yang berbeda, karena kerangka konsep yang bersifat umum perlu dibuat untuk menjelaskan riwayat perjalanan penyakit pada umumnya Riwayat alamiah penyakit dibagi menjadi lima kategori, yaitu: a. Tahap prapatogenesis: Manusia (host) masih dalam keadaan sehat namun pada saat ini pula manusia telah terpajan dan berisiko terhadap penyakit yang ada di sekelilingnya. Adapun penyebabnya karena telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit (agent), bibit penyakit belum masuk ke manusia (host), manusia masih dalam keadaan sehat atau belum ada tanda penyakit, dan belum terdeteksi baik secara klinis maupun laboratorium. b. Tahap inkubasi: tahap ini bibit penyakit telah masuk ke manusia, namun gejala belum tampak. Jika daya tahan pejamu tidak kuat, akan terjadi gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. c. Tahap penyakit dini: tahap ini mulai timbul gejala penyakit, sifatnya masih ringan, dan umumnya masih dapat beraktivitas. d. Tahap penyakit dini: tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat beraktivitas sehingga memerlukan perawatan. e. Tahap akut penyakit: tahap akhir perjalanan penyakit ini, manusia berada dalam lima keadaan yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karrier, kronis, atau meninggal dunia.

2 Komponen Proses Terjadinya Penyakit Infeksi Penyebab Penyakit a. Protozoa b. Bakteri c. Virus d. Metazoa e. Fungi f. Ricketsia Reservoir Penyebab Penyakit a. Habitat normal bagi agent penyebab penyakit di mana ia hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Dapat berupa : o Human reservoir o Animal reservoir o Environment Reservoir. Tempat keluarnya penyakit dr pejamu (Portal of Exit) a. Saluran pernafasan b. Saluran pencernaan c. Perkemihan d. Melalui kulit. Cara Transmisi dari Orang ke Orang a.

Secara Langsung, Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui percikan ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas.

b.

Secara Tidak Langsung, o Ditularkan melalui binatang (vektor) Co : DBD, malaria, filariasis, dll o Penyakit saluran cerna yang ditularkan melalui lalat, kecoa o Contoh : Kolera, disentri. o Penularan melalui. perantara air dan tanah.

3 Pendekatan Epidemiologi Terhadap Penyakit Epidemiologic Triangle Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu parasit beserta vektor penyebab penyakit (parasite) , pejamu (host) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut dengan segitiga epidemiologi (epidemiological triangle). Hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan, yaitu parasit penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi lain dengan lingkungan sebagai penumpunya (Widoyono, 2008). Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya yaitu Host, Agent dan Lingkungan (Muliani,dkk,2010) 4 Proses Penularan Penyakit Berdasarkan cara penularan penyakit, dibagi menjadi : 1. Penularan Langsung 2. Penularan tidak langsung a. Melalui Udara => Daroplet Nuclei, keluar melalui mulut / hidung, dapat bertahan di debu, lantai, tempat tidur dalam waktu yang lama dan mempunyai daya tahan yang kuat terhadap lingkungan dan kekeringan b. Melalui asupan makanan => penyakit saluran pencernaan, dimana dapat dibagi lagi menjadi : Water Borne Disesase (Air), Port D’entry nya mulut & kulit, Food Borne Disease (makanan), Milkborne Disease (susu). 3. Melalui vektor a. Mekanik, menempel (tikus)` b.

Biologis, masuk dalam tubuh vektor (nyamuk)

Sumber Infeksi

1.

Infeksi Iatrogenik, merupakan penyakit akibat tindakan klinis

2.

Hewan Reservoir a. Hewan Carrier = hewan dari infeksi yang tidak terlihat b. Hewan sebagai host intermediate = tempat berkembang biak c. Vector d. Hewan sebagai amplyfing host, berperan dalam meningkatkan kondisi yang favourable untuk suatu penyakit

Sekali terpapar, berikutnya dapat menjadi : 1. Incubator Carrier, dapat menularkan penyakit saat periode inkubasi 2. Convalescent Carrier, dapat menularkan penyakit setelah munculnya gejala penyakit 5 Pendekatan Epidemiologi Terhadap Penanggulangan Penyakit Non Infeksi Upaya pencegahan penyakit tidak menular. 1)

Tingkat-tingkat pencegahan. Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam PTM. Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut: a) Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup yang dan faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya menciptkan prakondisi sehingga masyarakat meras bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan perokok. b)

Pencegahan tingkat pertama meliputi: Promosi kesehatan masyarakat, misalnya: 

Kampanye kesadaran kesehatan.



Promosi kesehatan.



Pendidikan kesehatan masyarakat.

Pencegahan khusus, meliputi:



Pencegahan keterpaparan.



Pemberian kemopreventif.

Pencegahan tingkat kedua: 

Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.



Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.

Pencegahan tingkat ketiga: Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.

Contoh Upaya Pencegahan PTM Upaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasikan. Misalnya pada penderita stoke, hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko lainnya. Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan hipertensi. Sebagai itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis dan pelayanan kesehatan. a. gaya hidup dengan melakukan reduksi stres, makan rendah garam, lemak dan kalori. b.

lingkungan dengan menyadari stres kerja.

c. biologi dengan memberikan perhatian terhadap faktor resiko biologis(jenis kelamin, riwayat keluarga). d. pelayanan kesehatan, dengan memberikan health education dan pemeriksaan tensi. 5.1 Pendekatan Epidemiologi Terhadap Penanggulangan Penyakit Infeksi a. Masalah Epidemiologi Penyakit Non Infeksi Selama epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya menangani masalah penyakit menular. Karena itu, epidemiologi hampir selalu dikaitkan dan dianggap epidemiologi penyakit menular dan tidak menular. b. Karakteristik Epidemiologi Penyakit Non Infeksi Berbeda dengan penyakit menular,PTM mempunyai beberapa karakteristik tersendiri spt : 1) Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu 2) Masa inkubasi yang panjang 3) Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik) 4) Banyak menghadapi kesulitan diagnosis 5) Mempunyai variasi yang luas

6) Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun penanggulangannya 7) Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal),bahkan tidak jelas

Penyakit Menular

Penyakit tidak Menular

Ditemui di Negara berkembang

Di temui di Negara Industri

Rantai penularan yang jelas

Tidak ada rantai penularan

Akut

Kronik

Etiologi jelas

Etiologi tidak jelas

Bersifat single kausa

Bersifat multi kausa

Diagnosis mudah

Diagnosis sulit

Agak mudah mencari penyebab

Sulit mencari penyebab

Biaya relative murah

Biaya mahal

Jelas muncul dipermukaan

Ada iceberg phenomen

Morbiditas

dan

mortalitasnya Morbiditas

cenderung menurun

dan

mortalitas

nya

cenderung meningkat

Situasi-situasi dimana pengamatan perorangan dianggap kurang cukup untuk menetapkan hubungan antara paparan dengan penyakit dapat disebabkan oleh factor –faktor berikut : a. Masa laten yang panjang antara eksposure dengan penyakit b. Frekwensi paparan factor resiko yang tidak teratur c. Insiden penyakit yang rendah d. Resiko paparan yang kecil e. Penyebab penyakit yang multikompleks

c. Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit Tahapan Riwayat alamiah perjalanan penyakit : 1. Tahap Pre-Patogenesa Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat. 2. Tahap Patogenesa 1) Tahap Inkubasi Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi gejala- gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit Polio mempunyai masa inkubasi 7 – 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya. Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut dengan horison klinik. 2) Tahap Penyakit Dini Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat jalan. Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan

masalah lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang berobat sering talah terlambat. 3) Tahap Penyakit Lanjut Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan. 4) Tahap Akhir Penyakit Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu : 

Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita penyakit.



Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.



Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber penularan



Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan. Keadaan

yang seperti

tentu

saja tidak

menggembirakan, karena pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit. 

Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan

seperti ini bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan. d. Perkembangan Konsep Penyebab Penyakit dan Model Kausal Penyakit Non Infeksi Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan lingkungan (Enviroment). (Nur nasry noor,2000.Dasar epidemiologi,Rineka cipta.Jakarta) Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu Manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Enviromet). Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan. Pejamu (Host) : hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia, antara lain : a. Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etmik (suku) hubungan keluarga b. Bentuk anatomis tubuh c. Fungsi fisiologis atau faal tubuh d. Status kesehatan, termasuk status gizi e. Keadaan kuantitas dan respon monitors f. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial g. Pekerjaan, dll. (Heru subari,dkk,2004.Manajemen epidemiologi,Media presindo,Yogyakarta. Hal.15-16) Menurut Hari Purnomo yang paling berkepentingan dan berperan untuk membuat terjadinya suatu penyakit atau tidak justru manusia? Mengapa karena dia yang diberi rahmat untuk mengendalikan, katanya jelas. Dalam manusia juga

memiliki karakteristik yang sangat berpengaruh seperti jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), usia (tua, muda, anak-anak), dll. Semua itu berpengaruh terhadap timbulnya penyakit. Contoh kongkrit wanita lebih rentan terhadap serangan berbagai penyakit-usahapun demikian karena usia yang amat tua dan amat muda akan mudah jatuh sakit. Kemudian faktor keturunan juga berpengaruh. Misalnya penyakit keturunan talasemia. Jika ada plasmodium melawan ditukarkan pada orang tersebar oleh nyamuk, penyakit itu tidak akan terjangkit pada penderita talasemia, karena sel darah merah yang ada tidak menguntungkan untuk pertumbuhan plasmodium. Dan faktor yang sangat penting orang perilaku kebiasaan untuk faktor perilaku dan kebiasaan menurut hari, secara dan kebiasaan tertentu, memang bisa menimbulkan resiko memberikan proteksi dan perlindungan. Dan semata-mata karya menyoroti kebiasaan hidup. Tetapi kebiasaan hidup yang mana, yang bisa dikatakan memberikan perlindungan atau memberikan kecenderungan terjadi penyakit.(http;// Konsep dasar perjalanan penyakit.) Unsur pejamu secara umum dapat dibagi dalam doa kelompok yaitu : 1.

Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sekat biologis tertentu seperti

:Umur, jenis kelamin, ras dan keturunan dan bentuk anatomis tubuh serta 2.

Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti : 

Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama dan hubungan keluarga sehubungan sosial kemasyarakatan.



Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat. (Nur nasry noor,2002.Epidemiologi.Universitas Hasanuddin.Makassar.Hal.27) pada dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya di sebabkan oleh satu faktor tunggal semata, pada umumnya kejadian penyakit di sebabkan oleh berbagai unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit, namun demikian, secara dasar, unsur penyebab penyakit dapat di bagi dalam dua bagian utama yakni : 1. Penyebab kausal primer

Unsur ini dianggap sebagai faktor kausal Terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit, tetapi sebaliknya, Pada penyakit tertentu, unsur ini dijumpai sebagai unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausul ini dapat dibagi dalam 6 kelompok yaitu : a. Unsur ‘penyebab biologis yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk kelompok mikro organisme seperti Virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok cacing, dan insekta. Unsur penyebab ini pada umumnya di jumpai pada penyakit infeksi menular b. Unsur penyebab, nutrisi yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air. c. unsur penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat, racun, obat-obatan keras, berbagai senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Ada pula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum, kolesterol, dan lain-lain d. unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses fisika umpamanya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa), radiasi dan lain-lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan. e. Unsur penyebab psikis yakni semua unsur yang pertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum jelas proses

dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok ahli lebih menitik beratkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-0hati terhadap faktor kehidupan sosial yang bersifat non

kausal

serta

lebih

menampakkan

diri

dalam

hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiawaan. 2. Penyebab non kausal (sekunder) Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, maka dalam setiap analis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit, kita tidak hanya berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan semua unsur lain di luar unsur penyebab kausal primer. Hal ini di dasarkan pada ketentuan bahwa pada umumnya kejadian setiap penyakit sangat di pengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Sebagai contoh pada penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis,

kecelakaan

lalu

lintas,

dan

lain

sebagainya.

Kejadiannya tidak di batasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus di analisis dalam bentuk suatu rantai sebab akibat di mana peranan unsur penyebab sekunder sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara bersama-sama menimbulkan

penyakit.

(Nur

nasry

noor,2000.Dasar

epidemiologi,Rineka cipta,Jakarta. Hal.25-27) Dan penyebab agent menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis. Biotis khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan : a. Protozoa : misalnya Plasmodum, amodea b. Metazoa : misalnyaarthopoda , helminthes c. Bakteri misalnya Salmonella, meningitis

d. Virus misalnya dengue, polio, measies, lorona e. Jamur Misalnya : candida, tinia algae, hystoples osis e. Berbagai Penyakit Non Infeksi Yang Ditemukan Di Indonesia (Transisi Epidemiologi) Pada abad ke-19, penyakit yang banyak berkembang di masyarakat merupakan penyakit menular atau disebut penyakit infeksi. Yang menjadi penyebabnya merupakan mikroorganisme seperti bakteri, virus, maupun parasit. Cara penularannya dari suatu individu kepada individu lain dapat melalui media tertentu seperti udara (contohnya penyakit TBC dan infulenza), konsumsi makanan dan minuman yang kurang bersih pencuciannya (hepatitis dan typhoid/tifus), maupun dari jarum suntik dan transfusi darah (HIV AIDS, hepatitis). Di Indonesia, meskipun masih banyak penyakit menular seperti TBC dan malaria menjadi penyebab kematian yang utama tetapi pada abad ke-20 tren penyakit mulai diambilalih oleh penyakit tidak menular, seperti stroke, serangan jantung dan kanker. Perubahan pola penyakit ini dikenal sebagai transisi epidemiologi. Apa itu Penyakit Tidak Menular (PTM)? Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronik atau bersifat menahun (degeneratif). PTM ini bisa disebut penyakit non-Infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme. Namun tidak berarti peranan mikroorganime dalam terjadinya penyakit tidak menular ini dapat dikesampingkan karena jika PTM tidak ditangani dengan baik maka bisa saja menjadi komplikasi dengan penyakit infeksi.Karakteristik penyakit tidak menular ini adalah penyebaran penyakitnya tidak melalui suatu rantai penularan tertentu, masa inkubasi penyakit yang panjang, dan dalam diagnosisnya lebih sulit daripada penyakit menular, serta variasinya luas. Apa yang menjadi penyebab PTM? Terjadinya perubahan pola penyakit dengan peningkatan PTM ini dapat didorong dengan beberapa hal, yaitu: perubahan struktur masyarakat yaitu dari agraris ke industri, dan perubahan struktur penduduk yaitu penurunan anak usia muda dan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut karena keberhasilan KB.

PTM

yang

berkembang

di

masyarakat

pada

umumnya

disebabkan

bawaan/keturunan, kecacatan akibat kesalahan proses kelahiran, maupun akibat pola hidup yang tidak sehat, seperti dampak dari konsumsi makanan serta minuman termasuk merokok, mengonsumsi alkohol, narkoba, obat-obat perangsang ataupun penenang, kurangnya olah raga, tipe pekerjaan yang banyak duduk, dan pola makanan berkolesterol tinggi serta kurang serat mulai banyak dilakukan oleh angkatan muda, terutama di perkotaan. Faktor-faktor tersebut ditambah lagi dengan perilaku yang serba kompetitif akan meningkatkan stres dan menaikkan tekanan darah. Dipengaruhi juga faktor lingkungan yang tidak sehat dan udara yang tercemar asap rokok, asap knalpot, dan asap industri, membuat angka kematian akibat penyakit tidak menular itu meningkat. Angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat, pada tahun 1995 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 41,7 persen dan tahun 2007 meningkat menjadi 59,5 persen. Contohnya adalah kematian akibat rokok. Dalam hal ini, WHO memperkirakan bahwa jika di tahun 2000 terdapat 4 juta kematian yang berkaitan dengan rokok di seluruh dunia, maka di tahun 2030 angka itu akan mencapai 10 juta. Sebesar 7 juta di antaranya akan terjadi di negara-negara berkembang dan yang 3 juta terjadi di negara-negara maju. Jumlah kematian sebesar itu tentu akan membebani ekonomi negara-negara berkembang. Apa saja PTM itu? Seperti yang telah dijelaskan di atas, PTM merupakan penyakit degeneratif, saat ini yang banyak berkembang di masyarakat seperti penyakit hipertensi atau darah tinggi, diabetes melitus, hiperkolesterolemia, asam urat, penyakit jantung, paru-paru kronis, bahkan kanker. PTM dapat juga disebabkan karena kecelakaan termasuk cedera, luka dan benturan akibat kecelakaan Bagaimana menanggulanginya? Upaya pencegahan PTM dengan menggunakan prinsip: upaya pencegahan penyakit lebih baik dari mengobati juga tetap berlaku. Upaya pencegahan ini ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Ada empat tingkat pencegahan dalam epidemiologi, antara lain

1. Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan PTM ini tidak didukung dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini cukup kompleks, karena tidak hanya membutuhkan kesadaran pribadi dari individu tetapi juga dukungan sosial masyarakat. 2. Pencegahan tingkat pertama, meliputi

Promosi

kesehatan masyarakat,

seperti: kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat. Selain itu juga berupa pencegahan khusus, yaitu pencegahan keterpaparan. 3. Pencegahan tingkat kedua meliputi diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening. Pencegahan tingkat dua lainya adalah pengobatan, kemoterapi atau tindakan pembedahan. 4. Pencegahan tingkat ketiga meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah sakit. Jadi, untuk menekan angka kematian akibat epidemi PTM ini sebenarnya bukan tergantung pada obat saja, tetapi diperlukan juga kesadaran masyarakat sendiri untuk mengubah pola hidup yang tidak sehat menjadi pola hidup yang sehat, termasuk juga mengendalikan pencemaran udara dan lingkungan hidup. Contohnya Pasien hipertensi tidak hanya bergantung pada obatnya, tetapi juga harus mengubah pola makannya untuk mendukung pengobatannya, jika tidak tentu akan

DAFTAR PUSTAKA

Luberto L., 2011, Penyakit Tidak Menular Masih Tinggi di Indonesia. Radio Republik Indonesia (www2.rri.co.id), diakses tanggal 01/07/2011 Mohamad K (Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia), 11 September 2010, Epidemi Penyakit Tidak Menular, Kolom Metrro TV News, http://www.metrotvnews.com diakses tanggal 01/07/2011 Rahim Ali, A., 6 Maret 2010, Faktor Resiko dan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, pada kolom kesehatan Arali 2008 http://www.who.or.id/ind/ourworks.asp?id=ow2 mengenai Penyakit Tidak Menular, diakses tanggal 01/07/2011

Related Documents


More Documents from "muhammad maulana"