LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HASIL HUTAN ACARA I PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN
Disusun oleh : Nama
: Fahira Miako
NIM
: 17/412498/KT/08497
Shift
: Rabu 15.30
Co.Ass : Suci Wigati
LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNINVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019
ACARA I PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN
I.
TUJUAN 1. Memperkenalkan alat-alat tebangan yang banyak digunakan. 2. Mengetahui bagian-bagian alat dan fungsinya masing-masing.
3. Dapat mengetahui cara mengoperasikan alat dan melaksanakan pekerjaan.
II.
DASAR TEORI Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon
dan biomassa lainnya menjadi bentuk yang dapat dipindah ke lokasi lain sehingga bermanfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Tujuan dilakukan pemanenan hutan adalah untuk meningkatkan nilai hutan, mendapatkan produk hasil hutan yang dibutuhkan masyarakat, memberi kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar hutan, memberikan kontribusi kepada devisa negara dan membuka akses wilayah. Sejalan dengan berkembangnya teknologi pemanenan hutan maka diharapkan kegiatan pemanenan hutan dilakukan secara ramah lingkungan (Elias, 1998). Untuk mendapatkan pemanenan yang ramah lingkungan diperlukan beberapa tahap pemanenan seperti perencanaan, jenis alat yang digunakan serta teknik pemanenan yang digunakan. Perencanaan pemanenan hutan yang baik adalah dapat menjamin kepastian terpeliharanya keanekaragaman hayati, terpeliharanya kualitas tanah, air dan udara serta menjamin terpeliharanya kehidupan budaya masyarakat sekitar. Agar pemanenan hutan ramah lingkungan tetap terjaga maka perlu diterapkan sistem pemanenan dengan menggunakan teknik silvikultur (Iskandar dan Sri, 2005). Berdasarkan peralatan yang digunakan dalam penebangan pohon, jenis alat tebang yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua sistem yaitu sistem manual dan mekanis. Kegiatan penebangan secara manual menggunakan kapak dan gergaji tangan (Srihardiono, 2005). Peralatan pemanenan berperan penting terhadap kelangsungan kegiatan pemanenan karena dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan perusahaan. Penggunaan peralatan sangat bervariasi seperti sistem motor, manual dan mekanis. Untuk saat ini sistem pemanenan yang dipakai menggunakan alat mekanis seperti Harvester, Feller buncher,Forwarder, Skidder dan sistem kabel, tetapi tidak menutup kemungkinan pada kegiatan pemanenan di hutan skala kecil masih menggunakan peralatan manual seperti : gergaji tangan, kapak, gergaji rantai, sapi dan kerbau. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk kelangsungan dan kelancaran
pelaksanaan kegiatan pemanenan kayu terutama penebangan maka penggunaan peralatan yang tepat sangat diperlukan (Klauberg, Carine, dkk. 2017).
III.
ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : 1. Alat tulis
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu : 1. Bermacam-macam kapak 2. Gergaji tangan 3. Gergaji mesin (Chainsaw) 4. Video alat penebangan mekanis
IV.
CARA KERJA Pengenalan alat-alat tebangan
Alat-alat tebangan yang diperkenalkan digambar
Penjelasan bentuk, fungsi, macam dan bagian alat
Bagian-bagian alat dan fungsinya disebutkan
Cara pengoperasian alat diuraikan
Uraian cara kerja : Dalam system pemanenan, diperlukan pengenalan alat-alat tebangan, antara lain kapak, gergaji, chain-saw, harvester, forwarder, skidder, feller buncher, dan knuckleboom loader. Alat-alat tersebut kemudian digambar beserta bentuk, fungsi, macam dan bagian alatnya. Selanjutnya penjelasan mengenai bagian, fungsi, dan macam dari masing-masing alat, serta penguraian cara pengoperasian alat tebangan.
V.
DATA a. Manual
b. Semi Mekanis i. Chainsaw 1. Chainsaw bahan bakar minyak
2. Chainsaw bahan bakar baterai Cutting Unit Control Unit
Power Unit
Fungsi : menebang pohon, memotong, dan membelah bagian pohon lainnya
Output : log kayu 3. Chainsaw bahan bakar listrik Control Unit
Cutting Unit
Power Unit
Fungsi : menebang pohon, memotong, dan membelah bagian pohon lainnya Output : log kayu c. Mekanis i. Feller buncher Lengan
Capit
Fungsi : menebang pohon serta mengumpulkan
Output : log kayu
Operator
Lengan
ii. Harvester
Operator
Fungsi : menebang pohon, membersihkan cabang dan memotong menjadi sortimen
Output : sortimen kayu tanpa cabang
Capit
VI.
PEMBAHASAN
Pemanenan adalah proses memindahkan atau mengambil hasil hutan (kayu atau non kayu) dari dalam areal hutan ke konsumen atau industri pengelolaan hasil hutan dengan mencakup kegiatan sebelum dan sesudah pemanenan. Dalam kegiatan pemanenan ini, diperlukan alat tebangan, yaitu alat yang digunakan untuk berproduksi pada kegiatan pemanenan hasil hutan. Pemilahan alat tebangan yang tepat dan selektif diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pemanenan secara optimal. Berikut macam-macam alat tebangan yang digunakan saat pemanenan. 1. Alat tebang manual, berupa kapak dan gergaji tangan, dengan komposisi terdiri dari 90% tenaga manusia dan 10% tenaga mesin. a. Kapak Kapak merupakan alat yang telah digunakan semenjak zaman batu. Untuk saat ini kapak banyak digunakan untuk pengepresan banir, membuat mulut takik dan membersihkan cabang. Alat ini sangat umum digunakan di hutan rakyat dan HTI besar. Kapak diklasifikasikan menjadi 3, yaitu berdasarkan fungsi terdapat kapak belah dan kapak potong, berdasarkan tangkai terdapat kapak lengkung dan kapak lurus, dan berdasarkan sisi ketajaman terdapat kapak mata satu dan kapak mata dua. Kelebihan dari kapak adalah lebih murah, banyak dijual di pasaran, penggunaannya mudah karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam teknologi, lebih praktis untuk di bawa kemana–mana karena ukurannya yang tidak terlalu besar dan biaya perawatannya pun murah. Kekurangannya yaitu memerlukan tenaga ekstra untuk menggunakannya, kurang efektif dan efisien jika di gunakan untuk kegiatan pemanenan dengan diameter pohon yang besar dan dalam jumlah pohon yang banyak karena akan membutuhkan waktu yang lama, serta membutuhkan banyak tenaga kerja. Cara penggunaan kapal yaitu dengan kedua tangan memegang tungkai kapak, kemudian dipukulkan ke batang pohon yang akan ditebang pada mata kapaknya secara berulang kali hingga pohon tersebut tumbang. b. Gergaji tangan Alat ini terdiri dari dua bagian utama yaitu blade dan handle. Blade adalah pita metal dengan gigi – gigi tajam di satu sisinya, sedangkan handle adalah pegangan untuk pemakaiannya. Gergaji ada dua jenis pengoprasian yaitu gergaji satu tangan dan gergaji dua orang. Kelebihan gergaji tangan adalah harga murah, praktis, lebih ringan dibanding gergaji mesin, tidak memerlukan perawatan yang rumit dan
pengerjaan lebih mudah dibanding kapak, serta tidak menimbulkan polusi udara dan polusi suara. Kekurangannya adalah apabila perawatan tidak optimal maka pada gergaji akan mudah karatan dan patah, tidak cocok untuk melakukan penebangan skala besar, limbah yang dihasilkan cukup banyak. 2. Alat tebang semi mekanis, berupa chainsaw dengan komposisi terdiri dari 70% tenaga manusia dan 30% tenaga mesin. a. Chainsaw Alat tebang mekanis adalah gergaji mesin (chainsaw). Alat ini hanya dapat digunakan satu orang. Chainsaw berfungsi untuk membuat takik tebang dan takik balas, untuk memotong bagian–bagian kayu lainya untuk membersihkan cabang, penebangan maupun pembagian batang. Chainsaw terdiri dari dua bagian pokok yakni power unit (unit penggerak) yang di dalamnya terdapat motor bensin 2 tak dengan satu silinder, karbulator, kopling dan kelengkapan lainnya, selain itu terdapat cutting unit (unit pemotong) yang terdiri dari rantai (sawchain) dan lintasan tempat rantai berjalan (guide bar). Kelebihannya yaitu dapat memotong dan membelah kayu dengan cepat dan hasil pemotongannya rapi, biaya perawatan lebih murah dari pada alat mekanis, tidak memerlukan energi dan tenaga yang besar dari pekerja dan hemat tenaga manusia. Kekurangannya yaitu harga lebih mahal dibanding gergaji tangan maupun alat manual lainnya, lebih berat, ketergantungan pada bahan bakar dan pelumas, pemberian pelumas pada rantai gergaji, biaya perawatan dan operasional lebih mahal, memerlukan tenaga profesional, boros bahan bakar, membuat polusi udara dan polusi suara di daerah penebangan. 3. Alat tebang mekanis adalah alat tebang yang di buat dengan teknologi canggih seiring dengan kemajuan teknologi, berupa feller buncher dan harvester.. Dengan komposisi terdiri dari tenaga manusia 30% dan alat 70%. a. Feller buncher Feller buncher adalah alat penebangan modern berupa traktor yang dilengkapi dengan peralatan pemotong kayu mekanis. Alat ini berfungsi untuk mencengkeram kayu sekaligus menebang satu pohon (atau lebih) dan kemudian membawa kayu serta memotong dengan gergaji mesin. Feller buncher kemudian membawa kayu tebangan tersebut ke skidder atau forwarder atau kendaraan lain untuk diproses lebih lanjut. Pada penebangan jangka panjang, alat ini berfungsi sebagai alat untuk memotong, mengupas kulit, dan membagi batang pokok menjadi beberapa sortimen kayu. Kelebihan alat ini yaitu pohon yang ditebang dapat direbahkan
kearah yang sesuai dengan yang diinginkan, dapat bekerja pada berbagai areal dengan kemiringan tinggi (misalnya kemiringan 35%), pohon yang di tebang lebih banyak, operator lebih aman, dan tenaga manusia yang digunakan lebih sedikit. Kekurangannya yaitu batas diameter pohon yang dapat ditebang terbatas, biaya kepemilikan relatif mahal, boros bahan bakar, jalan yang diperlukan sebagai lintasan alat dapat berdampak besar pada lingkungan, dan hanya bisa digunakan pada jenis tanah berkepadatan tinggi. b. Harvester Harvester adalah alat yang digunakan untuk menebang pohon sekaligus membersihkan cabang dan membagi batang sesuai dengan diameter dan tinggi atau panjang tertentu yang dikehendaki. Kelebihannya yaitu dapat bekerja secara efektif pada medan yang cukup curam, waktu pengerjaan lebih efisien dan produktivitasnya tinggi, memiliki kemampuan tambahana dibanding alat tebang lainnya yaitu kayu dapat langsung di kupas dan dipotong menjadi sortimen dengan panjang tertentu. Kekurangnya yiatu biaya pemilikannya mahal, biaya perawatan mahal, memerlukan tenaga pengoperasian yang telah terlatih dan terdidik, memerlukan jalan yang besar dan lebar untuk jalan lintasan, serta dampak lingkungan yang ditimbulkan relatif sangat besar. Alat-alat tebangan yang telah disebutkan tersebut, tidak semuanya dapat digunakan/diterapkan di Indonesia. Negara kita pun pada biasanya masih menggunakan alat manual dan semi mekanis. Hal ini disebabkan alat mekanis memiliki harga yang cukup mahal, dan jenis hutan di Indonesia yang masih berupa hutan alam, yaitu hutan dengan kerapatan tinggi sehingga kurang cocok untuk penggunaan alat mekanis. Apabila alat mekanis ini diterapkan di Indonesia, maka akan menimbulkan kerusakan hutan yang cukup parah. Dalam kegiatan pemanenan tentunya terdapat dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya yaitu diperoleh keuntungan secara finansial dari log/kayu yang di panen, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan dampak lingkungan yang tinggi. Pemanenan dapat menimbulkan kerusakan yang tinggi pada tanah hutan, menurunkan jumlah flora dan fauna. Terganggunya tata air dan mencakup pula dampak terhadap aspek–aspek ekonomi dan sosiokultural. Dengan meilhat dampak yang besar maka muncul suatu pedoman penerapan teknik pemanenan yang yang ramah lingkungan dan dikenal dengan RIL (Reduce Impact Logging). RIL merupakan pedoman berupa pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi hutan. Tujuan di terapkan RIL adalah untuk mengurangi dampak negatif
pemanenan kayu terhadap lingkungan dan dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya hutan yang maksimal dan lestari. Prinsip dasar RIL adalah efisiensi dan prinsip dalam penerapannya terdiri dari: a. Planning yaitu perencanaan yang disusun sebelum dilaksanakan kegiatan peemanenan secara terpadu. b. Doing yaitu pelaksanaan kegiatan pemanenan oleh tenaga–tenaga yang kommpeten serta disertai prosedur pelaksanaan yang baku. c. Controlling yaitu pengawasan dan supervisi pada pelaksanaan kegitan pemanenan. d. Evaluation yaitu menganalisis hasil dari pemanenan, dan menentukan kegiatan yang dilakukan jika terdapat kesalahan e. Action yiatu pengambilan tindakan – tindakan yang di perluakn sesuai hasil pengawasan dan pemantauan,termsuk tindakan pasca panen. Adapun ciri–ciri RIL, antara lain adalah sebagai berikut : a. Inventarisasi sebelum penebangan’ b. Penyusunan rencana pemanenan c. Pelaksanaan kegiatan pemanenan yang cermat d. Intensitas pemaenan yang rendah e. Kontrol dan supervisi teknis yang memadai pada saat pelaksanaan kegiatan f. Pemabatasan – pembatasan dalam operasi logging g. Tindakan setelah pemanenan Aplikasi pada kegiatan RIL penebangan adalah lebih menekankan pada perencanaan yang mendetail dan terperinci menggunakan teknik – teknik yang tepat pada pelaksanaan pemanenan, serta dengan melakukan pengawasan yang ketat dalam operasi pemaenan untuk meminimalkan kerusakan pada tegakan tinggal dan tanah. RIL tidak hanya diterapkan di hutan produksi di luar jawa melainkan juga di pulau jawa, supaya kegiatan pemanenan berlangsung optimal, serta kelestarian hutannya tetap terjaga dengan dampak kerusakan lingkungam dapat diminimalisir.
VII.
KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Alat tebangan yang banyak digunakan adalah alat tebang manual (kapak dan gergaji tangan), alat tebang semi mekanis (chainsaw) dan alat tebang mekanis (harvester dan feller buncher).
2. Alat – alat tersebut memiliki bagian – bagian yang mendukung kinerja alat serta fungsi masing –masing yaitu : a. Kapak, terdiri dari bagian kepala dan tungkai kapak Fungsi : memotong dan membelah kayu b. Gergaji tangan, terdiri dari handle saw dan saw blade Fungsi : memotong dan membelah kayu menjadi bagian lebih kecil c. Chainsaw, terdiri dari power unit dan cutting unit Fungsi : menebang pohon, memotong, dan membelah bagian pohon lainnya d. Harvester, terdiri dari operator, capit, dan lengan Fungsi : menebang pohon sekaligus membersihkan cabang dan memotong batang menjadi sortimen e. Feller buncher, terdiri dari operator, capit, dan lengan Fungsi : menebang pohon serta mengumpulkan kayu 3. Cara pengoperasian alat tebang. a.
Kapak : tangkai kapak dipegang, dan mata kapak diayunkan ke batang pohon
b.
Gergaji tangan : mata gergaji kayu digesekkan ke kayu
c.
Chainsaw : mesin dinyalakan kemudian mata gergaji diarahkan ke pohon yang akan dipotong.
VIII. DAFTAR PUSTAKA Elias. 1998. Forest Harvesting Case Study : Reduce Impact Timber Harvesting in the Tropical Natural Forest in Indonesia. FAO. Roma. Iskandar, Untung dan Sri Hadiono. 2005. Pemanenan Hutan Tanaman. PT Musi Hutan Persada : Palembang. Klauberg, Carine, Vidal, Edson, Silva, A. Carlos, Hudak, T. Andrew, Oliveira, Manuela and Higuchi, Pedro Higuchi. 2017. Short-Term Effects of Reduced-Impact Logging on Copaifera spp. (Fabaceae) Regeneration in Eastern Amazon. Forests 2017, 8(7), 257. Srihardiono, U. I. 2005. Pemanenan Hutan Tanaman Pengalaman di PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan. PT Musi Hutan Persada : Palembang.