BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir pantai Indonesia, terdapat tiga ekosistem sumberdaya hayati laut yang khas, yakni padang lamun merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem pesisir, selain terumbu karang dan mangrove, ketiga ekosistem ini memiliki peran yang penting dan saling terkait di satu wilayah pesisir, dan padang lamun berada di tengah-tengah di antara ekosistem terumbu karang yang berhungan dengan laut serta ekosistem mangrove berhubungan dengan darat, sehingga kerusakan pada satu ekosistem dapat memberikan dampak negatif pada ekosistem lainnya. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan dangkal wilayah tropis yang mempunyai fungsi dan manfaat penting bagi organisme. Fungsi dan manfaat sebagai produsen primer, habitat biota, stabilisator dasar perairan, penangkap sedimen dan pendaur hara. Berikut penjelasan lebih lanjut dari peranperan tersebut: (a) Sebagai Produsen Primer: Sebagai tumbuhan autotrofik, lamun mengikat karbondioksida (CO2) dan mengubahnya menjadi energy yang sebagian besar memasuki rantai makanan, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui dekomposisi sebagai serasah. Produktivitas primer padang lamun relatif tinggi di pesisir. (b) Sebagai habitat biota: Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai macam organisme. Selain itu, padang lamun dapat juga berfungsi sebagai daerah asuhan, padang penggembalaan dan makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang. Sejumlah jenis biota tergantung pada padang lamun, walaupun mereka tidak mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri. Banyak dari organisme tersebut mempunyai kontribusi terhadap keragaman pada komunitas lamun. Lamun juga penting bagi beberapa biota terancam punah (endangered species) seperti dugong dan penyu karena mereka memanfaatkan lamun sebagai makanan utamanya. (c) Sebagai penangkap sedimen serta penahan arus dan gelombang: Daun lamun yang lebat akan memperlambat aliran air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Di samping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan
dasar permukaan. Daun lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen serta penahan arus dan gelombang yang berperan dalam mencegah erosi pantai. (d) Sebagai pendaur zat hara: Lamun memegang fungsi yang utama dalam daur berbagai zat hara dan elemen-elemen langka (mikro nutrien) di lingkungan laut. Fosfat yang diambil oleh daun-daun lamun dapat bergerak sepanjang helai daun dan masuk ke dalam algae epifitik. Akar lamun dapat menyerap fosfat yang keluar dari daun yang membusuk yang terdapat pada celah-celah sedimen. Zat hara tersebut secara potensial dapat digunakan oleh epifit apabila mereka berada dalam medium yang miskin fosfat. (Hermawan et al, 2017). Hasil kajian mutakhir mengenai luasan padang lamun di Indonesia oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (2017) menunjukkan bahwa luas lamun di seluruh Indonesia adalah 150.693, 16 ha. Di wilayah Indonesia Bagian Barat luasnya 4.409,48 ha sedangkan di wilayah Indonesia Bagian Timur luasnya 146.283,68 ha. Kondisi padang lamun di Indonesia, bila didasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 tahun 2004, dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: sehat (tutupan lamun > 60 %), kurang sehat (30-59.9 %) dan tidak sehat (0 29.9 %). Kajian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (2017) yang diadasarkan pada 166 stasiun di seluruh Indonesia menunjukkan tutupan lamunnya rata-rata adalah 41.79 % yang berarti tergolong kondisi “kurang sehat”. (Hermawan et al, 2017). Ketersedian data dan informasi terkini terkait padang lamun menjadi sangat penting dalam pengelolaan ekosistem pesisir khususnya di daerah yang dekat dengan kawasan konservasi perairan. Ekosistem padang lamun yang bersifat dinamis, dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti perubahan suhu, salinitas, komposisi sedimen dan unsur hara di perairan. Secara umum status dan kondisi padang lamun di wilayah Kalimantan Selatan belum terdata dengan baik dan tidak ada pemantauan kondisinya secara kontinyu terhadap kawasan padang lamun dengan stasiun permanen. 1.2 Rumusan dan Pemecahan Masalah Desa Tanjung Sungkai merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar, Kabupaten Kotabaru.
Secara geografis Desa Tanjung
Sungkai terletak di sebelah timur Tanjung Pelayar dan garis pantainya membentuk teluk serta memiliki pantai berpasir yang landai. Wilayah perairan pantai ini
memiliki ekosistem padang lamun yang tersebar dari selatan hingga utara pada kisaran kedalaman 1 – 2,5 m pada saat pasang. Ketebalan vegetasi padang lamun bervariasi dari 30 – 40 meter ke arah timur dari pantai. Pada perairan ini, padang lamun berdasarkan analisis citra Avnir tahun 2017 diperkirakan luasannya sebesar 42,955 Ha. Beberapa ancaman potensial terhadap padang lamun akan mempengaruhi kondisi yang tergambar dari komposisi jenis, tutupan dan kerapatannya, beberapa potensi ancaman terhadap padang lamun dapat diidentifikasi seperti pengaruh elnino dan la-nina. fenomena el-nino merupakan peningkatan suhu permukaan air laut, menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran lamun, anatara lain dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun.
selain itu ada pula
fenomena la-nina yang menyebabkan peningkatan curah hujan sehingga terjadi run off dan menyebabkan masuknya air tawar ke perairan laut sehingga terjadi penurunan salinitas akan menurunkan kemanpuan fotosintesis, yang dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas dan kerapatan pada padang lamun. Faktor lainnya berbagai aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh yang buruk bagi kehidupan padang lamun, masuknya sedimen atau limbah domestik dari darat, peletakan jangkar kapal ataupun pengaruh dari baling-baling perahu. Akumulasi dari kejadian tersebut dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem padang lamun yang berada disekitarnya sehingga terjadi perubahan pada luasan padang lamun. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengetahui status lamun mengingat potensi ancaman yang akan mempengaruhi kondisi yang tergambar dari penutupan, kerapatan, jenis lamun, dan sebaran spasial serta luasan padang lamun. Selain itu mengidetifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan padang lamun. Dari penelitian ini diharapkan tersedianya informasi padang lamun di Tanjung Selayar yang memadai dan akurat. Ketersedian data yang akurat akan membantu pengsmbil kebijakan dalam penyusunan strategi pengelolaan ekosistem padang lamun khususnya di wilayah yang berdekatan dengan kawasan konservasi perairan.
1.3 Tujuan dan Kegunaan 1.3.1 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mengetahui jenis lamun, penutupan dan kerapatan padang lamun di perairan Desa Tanjung Sungkai.
2.
Mengetahui sebaran spasial dan luasan padang lamun di perairan Desa Tanjung Sungkai
3.
Mengetahui parameter kualiatas air seperti suhu, salainitas, kecarahan, kedalaman dan jenis sedimen.
4.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan kerusakan padang lamun. 1.3.2 Kegunaan Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan data dan
informasi kepada pemerintah yang dapat menjadi dasar bagi pengambil kebijakan dalam penyusunan strategi pengelolaan ekosistem padang lamun.