1. Pemeriksaan Hemostasis Metode Duke.docx

  • Uploaded by: Cindi Afriyani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1. Pemeriksaan Hemostasis Metode Duke.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,729
  • Pages: 19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup kecuali tumbuhan yang berfungsi mengirimkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah dialirkan keseluruh tubuh karena fungsinya yang khusus yaitu sebagai system transportasi (Prakasa B, 2018). Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah, mempunyai fungsi pengangkut gas dan sari makanan disamping itu plasma darah juga mengandung fibrinogen yang berfungsi dalam pembekuan darah dan sel darah yang terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) (Prakasa B, 2018). Pada pembuluh darah terjadi suatu mekanisme yang disebut dengan hemostasis, hemostasis adalah mekanisme untuk menghentikan dan mencegah perdarahan. Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segera akan terjadi vasokonstrinsik pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang terluka berkurang, kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeable sehingga perdarahan dapat dihentikan (Ivanka J.K. 2018).

18

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Nilai dari hasil pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) dipengaruhi oleh jumlah trombosit, dinding pembuluh darah, hematokrit, dan juga teknik yang digunakan. Pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) terdapat dua metode yaitu metode Ivy dan metode Duke. Kedua metode tersebut bisa menunjukkan hasil yang berbeda karena perlakuan dan tempat tusukannya pun berbeda (Mayangsari E, 2016). Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu dilakukan pemeriksaan bleeding time dengan metode duke untuk melihat lamanya tubuh menghentikan atau mencegah perdarahan serta kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pemeriksaan bleeding time menggunakan metode Duke ? 2. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan bleeding time ? 1.3 Tujuan Praktikum 1. Mengetahui pemeriksaan bleeding time menggunakan metode Duke. 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pemeriksaan bleeding time. 1.4 Manfaat Agar mahasiswa terampil dalam melakukan pemeriksaan bleeding time berdasarkan metode yang digunakan.

18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai bahan serta fungsi homeostatis. Dalam keadaan normal, komposisi darah manusia adalah plasma darah, sel darah, protein, dan zat terlarut lainnya. Plasma merupakan bagian darah yang berbentuk cairan jernih kekuningan yang 90% nya adalah air dan bertugas mengedarkan sari makanan keseluruh tubuh. Sel darah terdiri dari 3 macam yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit). Sel-sel ini berasal dari induk yang sama, yaitu hemocytoblast (Yuni, 2015). 2.2 Definisi Hemostasis Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme hemostasis ini adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury) (Duracham A, dkk. 2018).

18

Terdapat beberapa komponen dalam mekanisme hemostasis, yaitu: trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan mekanisme hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik dan faktor antithrombotic (Duracham A, dkk. 2018). 2.3 Mekanisme Hemostasis Menurut Prakasa B, 2018. Mekanisme hemostasis terdiri atas empas sistem utama yaitu sistem pembuluh darah, (vascular), trombosit, sistem pembekuan, dan sistem fibrinolitik. 2.3.1 Sistem pembuluh darah (Vascular) Pembentukan

sumbat

hemostatik

dimulai

dengan

kerusakan

pembuluh darah , kerusakan darah, atau keduanya, yang meyebabkan terjadinya suatu proses yang berantai. Cedera vascular biasanya berkaitan dengan kontraksi pembuluh darah (vasokontriksi), aktivasi kontak trombosit diikuti oleh agregasi trombosit, dan pengaktifan jenjang koagulasi. Pada keadaan normal, lapisan endotel pembuluh darah bersifat halus dan tidak terputus. Kerusakan terhadap lapisan

18

endotel ini menyebabkan kolagen dibawahnya terpajan, tempat trombosit dalam sirkulasi melekat (adhesi trombosit). 2.3.2 Trombosit Trombosit merupakan sel terkecil diantara berbagai sel dalam sirkulasi darah, dengan diameter hanya 2 – 5 µm, dan dengan ketebalan 0,5 µm. Masa hidup trombosit berkisar antara 7 -10 hari. Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit. Trombosit merupakan sel tak berinti yang akan menempel pada pembuluh darah atau jaringan yang luka, mengalami agregasi satu dengan yang lain, dan memfasilitasi terjadinya hemostasis. Pada kondisi fisiologis, trombosit berada pada keadaan istirahat dan tidak berinteraksi dengan komponen darah lainnya atau dengan endothelium. 2.3.3 Sistem Pembekuan (Koagulasi) Pembekuan darah (koagulasi) adalah suatu proses kimiawi yang protein-protein plasmanya berinteraksi untuk mengubah molekul protein plasma besar yang larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak larut disebut fibrin. Faktor-faktor pembekuan darah yaitu : a. Faktor I Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin.

18

Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia. b. Faktor II Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia. c. Faktor III Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paruparu.

Jaringan

tromboplastin

penting

dalam

pembentukan

prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan. d. Faktor IV Kalsium : Sebuah faktor koagulasi yang diperlukan dalam fase pembekuan darah. e. Faktor V Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada

18

kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin. f. Faktor VI Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis. g. Faktor VII Proconvertin : sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan

dengan

kekurangan

vitamin

K),

hasil

dalam

kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil. h. Faktor VIII Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.

18

i. Faktor IX Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B. j. Faktor X Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase. k. Faktor XI Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic. l. Faktor XII Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur

18

intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis. Faktor XIII Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase.

Bentuk

yang

diaktifkan

juga

disebut

transglutaminase. 2.4 Fibrinolisis Fibrinolisis merupakan proses degradasi dari bekuan-bekuan fibrin yang secara enzimatis yang memegang peranan pada sistem fibrinolisis adalah sistem plasminogen-plasmin. Fibrinolisis adalah proses penghancuran deposit fibrin oleh sistem fibrinolitik sehingga aliran darah akan terbuka kembali, atau mekanisme fisiologis yang bekerja secara konstan dengan sistem pembekuan darah untuk menjamin lancarnya aliran darah keorgan perifer atau jaringan tubuh (Ardianto A, 2019). Sistem fibrinolisis terdiri dari 3 komponen yaitu : 2.4.1 Plasminogen Bentuk proenzim yang akan diaktifkan menjadi plasmin, aktifator plasminogen, dan inhibitor plasmin. 2.4.2 Aktifator plasminogen Substansi yang dapat mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin.

18

2.4.3 Inhibitor plasmin Substansi yang dapat menetralkan plasmi, mengontrol aktifitas plasmin (Ardianto A, 2019). 2.5 Mekanisme Pembekuan Darah Jika ada benturan atau gesekan menyebabkan luka, maka trombosit pecah dah keluar enzim tromboplastin (trombokinase). Zat ini bersama ion-ion kalsium yang ada di dalam plasmadarah akan bereaksi dengan protombin. Protombin adalah senyawa globulin yang terdapat didalam plasma darah dan bersifat sebagai enzimyang belum aktif. Zat ini di hasilkan di hatidengan bantuan vitamin K. Zat yang terbentuk adalah trombin, enzim trombin akan mengubahfibrinogen, suatu protein yang larut dalam plasma, menjadi fibrin. Fibrin berupa benang-benanghalus yang menjaring dan mengikat sel-sel darah dan terbentuk benang-benang fibrin penutup luka (Rahman F, 2018). 2.6 Definisi Bleeding Time (Waktu Perdarahan) Bleeding time adalah proses terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada keadaan trombositopenia (< 75.000 mm3), sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin. Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan-lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak

18

trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka, perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil (Prakasa B, 2018). 2.7 Metode Pemeriksaan Bleeding Time Menurut Rahman F, 2018. Metode pemeriksaan bleeding time tebagi dua yaitu : 2.7.1 Metode Ivy a. Prinsip Dibuat perlukaan standar pada permukaan volar lengan bawah. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan. b. Kelebihan 1. Dilakukan pembendungan sebelum ditusuk 2. Dilakukan pada 8 permukaan volar lengan bawah yang mudah diakses, memiliki pasokan darah superfisial yang relatif seragam, kurang peka terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh oleh peningkatan ringan tekanan hidrostatik. c. Kekurangan Rentan tertusuk pada bagian vena. 2.7.2 Metode Duke a. Prinsip Dibuat perlukaan standar pada daun telinga. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan.

18

b. Kelebihan 1. Pasien tidak memerlukan persiapan khusus sebelum pemeriksaan. 2. Tidak adanya bekas luka setelah penusukan. c. Kekurangan 1. Kurang teliti dan kurang akurat karena tidak dilakukan pembendungan. 2. Dipakai pada bayi dan anak kecil saja, karena pembendungan menggunakan figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau susah dilakukan. 2.8 Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Menurut Yuni N, E. 2015. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan yaitu: 2.8.1 Pemeriksaan

tidak

boleh

dilakukan

apabila

penderita

sedang

mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan. 2.8.2 Teknik yang digunakan pada pemeriksaan 2.8.3 Dinding pembuluh darah (Yuni N, E. 2015).

18

BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum Hematologi dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2019 bertempat di Laboratorium Farmakologi Stikes Bina Mandiri Gorontalo. 3.2 Pra Analitik Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum kali ini yaitu autoklik, lancet steril, tisu, kapas alcohol 70%, stopwatch, dan sampel darah kapiler. 3.3 Analitik 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Tekan bagian daun telinga menggunakan jari. 3. Bersihkan daun telinga menggunakan kapas alcohol 70%, biarkan mengering. 4. Objek buat luka dengan lancet steril pada percobaan I dan menggunakan autoklik pada percobaan II dengan ukuran 2-3 mm, pada saat darah keluar jalankan stopwatch. 5. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan tisu jangan sampai menyentuh luka. 6. Bila perdarahan berhenti , hentikan stopwatch dan catat waktu perdarahan. 3.4 Pasca Analitik Nilai rujukan : 1-3 menit.

18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu : Percobaan

Hasil

Percobaan I

Waktu : 1 menit 00 detik

Percobaan II

Waktu : 1 menit 30 detik

Keterangan

Nilai rujukan : 1-3 menit

Tabel 4.1 hasil pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) 4.2 Pembahasan Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit. Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan bleeding time (waktu perdarahan) menggunakan metode duke dan dilakukan perlakuan standar pada daun telinga. Lamanya perdarahan sampai darah berhenti dicatat sebagai waktu perdarahan. Dilakukan dua kali percobaan, percobaan I menggunakan lancet steril didapat hasil 1 menit dan percobaan II menggunakan autoklik dengan kedalaman 3 mm didapat hasil 1 menit 30 detik yang menunjukan hasil dalam batas normal karena nilai rujukan untuk metode duke yaitu 1-3 menit. Sebelum dilakukan penusukan tekan bagian cuping telinga agar darah menumpuk pada area penusukan, area yang akan ditusuk harus desinfekis

18

dengan kapas alkohol 70% untuk membunuh bakteri di daerah luka, alkohol harus dibiarkan mengering karena akan mempengaruhi hasil tes dengan menghambat proses pembekuan. Setiap 30 detik diisap menggunakan tisu jangan menyentuh luka karena akan merusak pembentukan benang-benang fibrin yang berfungsi dalam penutupan luka. Diusap setiap 30 detik karena jika terlalu lama dibiarkan dikhawatirkan luka tersebut akan mengering dan proses pembekuan darah tidak dapat diketahui. Pada percobaan I dan II menunjukan hasil yang berbeda tetapi masih dalam batas normal, factor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu kurang tepatnya saat melakukan penusukan, kedalaman jarum kurang dari 3 mm, teknik penusukan yang keliru, serta kesalahan pada saat melihat lamanya waktu pembekuan darah. Hasil menunjukan abnormal dan harus dihentikan jika perdarahan lebih dari 10 menit. Waktu perdarahan yang lebih lama bisa terjadi ketika fungsi normal trombosit terganggu, atau jumlah trombosit yang rendah dalam darah. Sebuah waktu perdarahan lebih lama dari normal dapat menunjukkan bahwa salah satu dari beberapa kelainan hemostasis, termasuk berat trombositopenia, disfungsi trombosit, cacat pembuluh darah, penyakit Von Willebrand, atau kelainan lainnya. Pemeriksaan tidak boleh dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi

antikoagulan

atau

anti

nyeri

aspirin,

karena

dapat

menyebabkan waktu perdarahan memanjang. Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan.

18

Kelebihan metode duke yaitu pasien tidak memerlukan persiapan khusus sebelum pemeriksaan, tidak adanya bekas luka setelah penusukan, sedangkan kekurangannya yaitu kurang teliti dan kurang akurat karena tidak dilakukan pembendungan, dipakai pada bayi dan anak kecil saja, karena pembendungan menggunakan figmomanometer pada lengan atas tidak mungkin atau susah dilakukan.

18

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan Bleeding time menggunakan metode duke, factor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yaitu kurang tepatnya saat melakukan penusukan, kedalaman jarum kurang dari 3 mm, teknik penusukan yang keliru, serta kesalahan pada saat melihat lamanya waktu pembekuan darah. Pemeriksaan tidak boleh dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang. 5.2 Saran Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya saat pengusapan, menggunakan kertas saring agar darah lebih terserap dengan baik atau pengusapan darah berdasarkan prosedur yang ditetapkan.

18

DAFTAR PUSTAKA Ardianto A, 2019. Penuntun Praktikum Hematologi II. Makassar : Penerbit Pustaka As Salam. Duracham A. Astuti D. 2018. Hemostasis. Kementrian Kesehatan : Edisi Tahun 2018. Ivanka J.K. 2018. Hemostasis (Sistem Pembekuan Darah). Banjar Baru: Akademik Analis Kesehatan Borneo Lestari. Mayangsari E, 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) dengan metode Ivy Dan Duke. Ciamis : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Prakasa B, 2018. Bleeding Time (BT) dan Clotting Time (CT). Banjar Baru: Akademik Analis Kesehatan Borneo Lestari. Rahman F, 2018. Clotting Time & Bleeding Time. Semarang : Universitas Diponegoro. Setyono K.C. 2009. Pengaruh Ketorolak Intravena dan Deksketoprofen Intravena Sebagai Analgesia Pascabedah Terhadap Waktu Perdarahan. Semarang : Universitas Diponegoro. Yuni N, E. 2015. Kelainan Darah. Penerbit Nuha Medika: Kotagede Yogyakarta.

18

LAMPIRAN

18

Related Documents


More Documents from "Trii Kurniiaa"