1 Keg Btt.docx

  • Uploaded by: Arlita Amalia Sari
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1 Keg Btt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,820
  • Pages: 9
Kegiatan ke 1 Dicotyledoneae

A. Tujuan Kegiatan 1. Mahasiswa dapat mengenal ciri-ciri umum ordo Rosales 2. Mahasiswa dapat mengenal ciri-ciri umum ordo Myrtales 3. Mahasiswa dapat melihat sifat Parietales 4. Mahasiswa dapat melihat beberapa ciri khusus pada Brassciales 5. Mahasiswa dapat mengenal beberapa cirp khusus para mavales

B. Kajian Pustaka Bunga dikenal dengan nama flos. Bunga adalah hasil metamorfosis dari batang dan daun. Metamorfosis ini disebabkan karena dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dikendalikan dengan ketat secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti tempteratur dan ketersedian air. Umumnya bunga memilki warna-warna yang cerah, yang berfungsi untuk memikat serangga-serangga untuk membantu proses penyerbukan. Warna-warna cerah ini disebut sebagai perhiasan bunga, yaitu kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Bunga hampir selau berbentuk simteris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri suatu takson. Bunga disebut sebagai bunga sempurna atau bunga lengkap bila memiliki organ reproduksi jantan (benang sari) dan organ reproduksi betina (putik), serta organ perhiasan bunga yaitu kelopak dan mahkota secara bersama-sama dalam satu bunga (Rosanti, 2013: 4). Tumbuh-tumbuhan yang tergolong dalam kelas ini meliputi terna, semaksemak, perdu maupun pohon-pohon yang seperti telah disebutkan terdahulu dapat dikenal karena mempunyai ciri-ciri (Tijrosoepomo, 2013: 99). Tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Golongan ini, yang merupakan tumbuhan dengan bunga sungguh, merupakan golongan dengan evolusi

2

tertinggi, dan dari segi vegetasi serta ekonomi merupakan yang paling penting dari semua golongan yang ada dibumi sekarang ini. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan berbiji, tetapi berbeda dengan tumbuhan berbiji terbuka, karena bijinya terdapat dalam bakal buah yang mempunyai berbagai bentuk, tetap biasanya

membulat,

berbentuk

perahu

oleh

daun

buahnya

yang

membungkusnya (atau kelompok dua dau buah atau lebih yang berdifus) (Polunin, 2014: 84). Menurut Tijrosoepomo (2013: 99), bahwa ciri-ciri morfologi dari tumbuhan dikotil yaitu: 1. Seperti namanya telah menyebutkan tumbuh-tumbuhan ini mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga (berbiji belah) dan akar serta pucuk lembaga yang tidak mempunyai pelindung yang khusus 2. Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok (akar tunggang yang bercabang-cabang dan membentuk sistem akar tunggang 3. Batang berbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas dan buku-buku yang tidak jelas. 4. Duduk daun biasanya tersebar atau berkarang, kadang-kadang saja berseling 5. Daunn tunggal atau majemuk, seringkali disertai oleh daun-daun penumpu, jarang mempunyai pelepah, helain dau bertulang menyirip atau menjari 6. Pada cabang-cabang kesamping seringkali terdapat 2 daun pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang median dikanan kiri cabang tersebut 7. Bunga bersifat ditetra atau pentamer Menurut Tijrosoepomo (2013: 100), bahwa ciri-ciri dari anatomi pada tumbuhan dikotil yaitu: 1. Baik akar maupun batang mempunyai kambium, hingga akar maupun batangnya memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder 2. Pada akar sifat radikal berkas pengangkutnnya hanya nyata pada akar yang bekum mengadakan pertumbuhan menebal 3. Pada batang berkas pengangkutan tersusun dalam lingkaran dengan xilem disebelah dalam dan floem disebelah luar, diantaranya terdapat kambium,

3

jadi berkas pengangkutnya bersifat kolateral terbuka kadang-kadang bikolateral. Dicotyledoneae dapat dibedakan dalam 3 anak kelas; mono chlamyceae (Apteale), Dailypetalae dan Sympetalae yang perbedaanya terletak dalam ada dan tidaknya daun-daun mahkota (petalae) dan bagaimana susunan daun-daun mahkota tersebut. Sementara ahli hanya membedakan 2 anak kelas saja yaitu: 1. Choriptealae yang meliputi Apetalae dan Dialypetalae 2. Sympetalae Bangsa rosales. Warga bangsa ini terdiri atas terna, semak atau pohon dengan daun-daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci, karena reduksi dapat menjadi berkelamin tunggal, jelas mempunyai hiasan bunga yang dapat membedakan antara kelopak dan mahkotanya, mahkota berdaun mahkota bebas, kebanyakan berbilang 5. Jumlah benang sari sama dengan jumlah daun mahkota, ada yang dua kali lipat atau banyak, jarang lebih sedikit dari pada jumlah daun mahkotanya. Bakal buah sama dengan jumlah mahkota atau kurang, bebas, dapat berupa bakal buah beruang banyak dengan tembuni sentral. Dasar bunga berbentuk cakram, melebar atau cekung dengan bagianbagian (mulai kelopak sampai benang-benang sari) pada tepinya. Bakal buah seringkali terdapat dalam cekungan dasar bunga dan diselubungi dasar bunga itu, hingga letak bakal buah menjadi tenggelam (Tijrosoepomo, 2013: 192). Menurut Tijrosoepomo (2013: 192-219), bahwa pada bangsa rosales juga terdapat beberapa suku diantaranya: 1. Suku Crassulaceae Suku yang berupa terna atau semak dengan daun-daun tunggal atau majemuk tanpa daun penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang bersifat simos, aktinomorf, kebanyakan banci, mempunyai kelopak dan mahkota yang kebanyakan berbilang 5, tetapi ada juga yang berbilangan 332. Benag sari sama banyaknya dengan daun-daun mahkota atau 2 kali lipat. Bakal buah 3 atau lebih, bebas atau sebagai berlekatan, dengan sisik kecil pada pangkalnya. Bakal biji banyak, tersusun dalam dua baris pada kampuh

4

perut, masing-masing mempunyai 2 integumen. Buahnya buah bumbung dengan biji-biji yang kecil tanpa endosperm. 2. Suku Saxfragaceae Terna atau tumbuhan berkayu, mempunyai daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan dengan atau tanpa daun penumpu yang kecil. Bunga umumnya banci, aktinomorf atau zigomorf dengan kelopak dan mahkota yang jelas berbeda, sering dengan kelopak saja atau tanpa hiasan bunga, kebanykan berbilangan 5. Benang sari 2 X lipat jumlah daun-daun hiasan bunga atau sama banyak. 3. Suku Pittosporaceae Pohon perdu atau liana dengan saluran-saluran resin diluar floem, kadang-kadang berduri. Daun tunggal berseling atau berkarang, tanpa daun penumpu. Bunga banci, jarang berkelamin tunggal, terpisah-pisah atau tersusun dalam malai rata, masing-masing mempunyai 5 daun kelopak, 5 daun mahkota dan 5 benang sari yang duduknya berseling dengan daundaun mahkotanya. Kepala sari mempunyai 2 ruang sari, menghadap kedalam, membuka secara membujur atau membentuk liang. Bakal buah menumpang, duduk atau bertangkai pendek, beruang 1 dengan 2-5 tembuni pada dindingnya, kadang-kadang beruang 2-5 dengan sekat-sekat yang sempurna atau tidak, berisi banyak bakal biji masing-masing dengan 1 integumen. 4. Suku Cunoniaceae Pohon atau perdu dengan daun tunggal atau majemuk yang duduknya berhadapan atau berkarang yang mempunyai daun penumpu. Anak daun sering dengan tepi bergerigi dan bergelenjar. Daun penumpu kadangkadang besar, bersatu atau berpasangan dalam ketiak daun. Bunga kecil, atau bunga banci berkelamin tunggal (bila berkelamin tunggal berumah 2), aktinomorf terpisah-pisah atau tersusun dalam bunga majemuk berupa bongkol atau malai. 5. Suku Rosaceae

5

Tema atau tumbuhan berkayu, daun tunggal atau majemuk, duduk tersebar atau berkarang mempunyai sepasang daun penumpu, kadangkadang melekat pada pangkal tangkai daun. Bunga banci, aktinomrof, jarang sekali zigomrof, hiasan bunga biasanya berbilangan 5, ada yang berbilangan 3,4,6 atau 8, kadang-kadang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, kadang-kadang mahkota tidak terdapat. 6. Suku Brunelliaceae Pohon atau perdu seringkali berduri atau berambut, daun tunggal atau majemuk beranak daun 3 atau menyirip gasal, duduk berhadapan atau berkarang, mempunyai daun penumpu. Bunga kecil, tersusunn dalam bongkol, tandan atau mahkota atau banyak, tangkai sari bebas atau berlekatan. Bunga-bunga itu kebanyakan terangkai dalam bunga majemuk berbentuk bongkol seringkali tampak sering satu bunga saja. 7. Suku Papilionaceae Terna, semak, perdu, atau pohon dengan daun tunggal atau majemuk. Bunga banci, zigomorf, kelopak berbilangan 5, padap pangkal berlekatan, mahkota berbentuk kupu-kupu terdiri dari 5 daun mahkota dengan susunan yang khas, 1 paling besar disebut bendera (vexillum), 2 disamping sama disebut sayap (ala), 2 lagi sempit berlekatan disebut lunas (carina). 8. Suku Lythraceae Terna atau pohon dan perdu dengan daun tunggal yang duduknya berseling berhadapan yang mempunyai daun penumpu kecil. Bunga banci, aktinomorf atau zigomorf, berbilang 3-16 kelopak pada pangkal (bagian bawah) berlekatan membentuk badan seperti mangkung atau tabung dengan taju-taju yang bebas. 9. Suku Comretacea Pohon atau perdu, seringkali berupa liana, daun tunggal tanpa daun penumpu, duduk tersebar atau berhadapan. Bunga tersusun dalam bulir atau tandan, banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya kecil-kecil. 10. Suku Myrtaceae

6

Pohon atau perdu daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabangcabang mendatar seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang, kebanyakan tanpa daun penumpu. Bangsa Parietales (Cistales). Terna atau tumbuhan berkayu dengan daundaun yang berhadapan atau tersebar, kebanyakan mempunyai daun penumpu. Bunga sebagian besar banci, mempunyai kelopak dan mahkota yang berbilangan 5. Benang sari sama banykanya dengan jumlah daun mahkota atau lebih banyak. Bakal buah kebanykan menumpang, kadang-kadang tenggelam, biasanya beruang 1 dengan 3 papan biji pada dindingnya, kadang-kadang beruang lebih dari 1 (Tijrosoepomo, 2013: 244). Menurut Tijrosoepomo (2013: 244-276), bahwa pada bangsa Parietales ini memiliki beberapa suku antara lain: 1. Suku Cistaceae Terna atau semak-semak dengan daun-daun tunggal yang duduknya berhadapan, daun dengan rambut kelenjar yang menghasilkan minyak atsiri, rambut seringkali berbentuk bintang. 2. Suku Bixaceae Pohon atau perdu, daun tunggal bertulang daun menjari yang duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu. Bunga besar membentuk rangkaian berupa malai, banci aktinomorf. 3. Suku Tamaricaceae Terna,semak, atau pohon dengan cabang-cabang yang langsing dengan daun-daun tunggal

kecil seperti sisik, duduknya tersebar, tanpa daun

penumpu 4. Suku Flacourtiaceae Semak atau pohon berbatang kayu, daun tunggal, seringkali berlekuk, duduk tersebar atau berhadapan, kadang-kadang mempunyai daun penumpu kecil yang lekas gugur. 5. Suku Turneraceae Terna annual atau turna perenial, dapat juga berupa semak atau pohon berkayu daun tunggal tersebar dengan atau tanpa daun penumpu.

7

6. Suku Passifloraceae Pohon atau semak-semak berkayu, banyak pula berupa tumbuhan memanjat yang menggunakan sulur-sulur dahan yang muncul dari ketiakketiak daunnya. Rumus bunga. Kecuali dengan diagram, susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri atas lambang-lambang, hurufhruf dan angka-angka yang semua ini didapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya. Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahuakan sifat bunga yang bertalian dengan simterinya atau jenis kelaminya. Huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga, sedang angka-angka menunjukan jumlah masingmasing bagian bunga (Tjitrosoepomo, 2007: 211). Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga

menunjukan

keadaan

kelopak

bunga,

mahkota,

organ-organ

reproduktifnya, dan simterinya. Bila bunga merupakan bunga majemuk, untuk menghitng rumus bunga dilakukan terhadap satu bunga saja, yang mewakili keseluruhan bunga majemuk. Susunan rumus bunga menyatakan posisi bunga mulai dari tangkai bunga sampai ke putik. Secara berturut-turut, rumus bunga dimulai dari kelamin bunga tersebut, yang ditunjukan oleh organ reporduktinya. Jika bunga memilki benang sari dan putik sekaligus maka bunga tersebut merupakan bunga banci. Jika bunga hanya memiliki putik, maka bunga tersebut merupakan bunga betina begitupun sebaliknya (Rosanti, 2013: 99). Menurut Tjitrosoepomo (2007: 211), oleh suatu rumus bunga hanya dapat ditunjukan hal-hal mengenai 4 bagian pokok bunga sebagai berikut: 1. Kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalix yang merupakan istilah ilmiah untuk kelopak 2. Tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singatakan kata corolla (istilah ilmiah untuk mahkota bunga) 3. Benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singakatan kata androceium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga)

8

4. Putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat betina pada bunga)

9

C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Silet atau pisau

1 buah

b. Alat tulis c. Penggaris

1 buah

d. Kaca pembesar

1 buah

e. Pinset

1 buah

2. Bahan a. Ordo rosales (Mimosa sp dan Rosa sp) b. Ordo Myrtales (Pisidium guajava) c. Ordo Parietales (Carica papaya dan Turnera umifolla) d. Ordo Rhoedales (Passiflora foetida) e. Ordo Marvales (Hibsicus rosa-sinensis dan Malvastrum sp)

D. Cara Kerja 1. Alat dan bahan yang akn digunakan disiapkan terlebih dahulu 2. Gambarlah bentuk-bentuk morfologi dari organ-organ tubuh tumbuhan yang akan digunakan 3. Dari organ reproduktif dibuatlah gambar stematis 4. Bagian-bagian lain yang dianggap penting digambar berhubungan dengan sifat khasnya 5. Buatlah deksripsi dari bahan yang digunakan berupa diagram dan rumus bunga pada hasil pengamatan

Related Documents

1 Keg Btt.docx
November 2019 22
Fto Keg 2
October 2019 24
Susunan Acara Keg..docx
November 2019 20
Rncn Keg Program.doc
April 2020 15

More Documents from "erni widyani"

68516_bab Ii Telaah Rpp.docx
November 2019 20
Ekologi_pemerintahan(1).docx
December 2019 12
1 Keg Btt.docx
November 2019 22
Btt Herbarium.docx
December 2019 42
411512_tugas.docx
December 2019 8