KAJIAN TEKNIS METODE PEMISAHAN DAN PENGOLAHAN BIJIH NIKEL PADA TAMBANG TERBUKA (OPEN PIT) PT. CENTRAL OMEGA RESOURCES INDONESIA (CORI) MOROWALI UTARA SULAWESI TENGAH
TUGAS AKHIR I
KURNIASARI LORI NIM : 710014263
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2019
i
ii
1. JUDUL “ANALISIS PERUBAHAN KADAR NIKEL LATERIT DI FRONT PENAMBANGAN DENGAN DI AREA STOCKPILE DI BLOK B PIT 5 PADA PT. ITAMATRA NUSANTARA MOROWALI UTARA DESA LAMBOLO PROVINSI SULAWESI TENGAH “ II.
Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam logam yang cukup
melimpah, Indonesia menjadi primadona investasi negara-negara industri, karena memiliki banyak sumber daya alam mineral yang tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara. Salah satu bahan galian mineral yang saat ini menjadi salah satu komoditi tambang logam yang sangat diminati ialah bijih nikel. Banyak Negara-negara di dunia terutama China, Amerika, Jepang dan Rusia sebagai negara pengguna bahan baja nirkarat atau stainlees steel yang mana bahan dasarnya adalah bijih nikel. Untuk itu komoditi bijih nikel saat ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di pasaran dunia. PT. Itamatra Nusantara (PT. IMN) merupakan salah satu perusahaan modal dalam negeri (PMDN) yang bergerak di bidang pertambangan khususnya pada bahan galian nikel dan mineral pengikutnya yang memiliki area operasi pertambangan di wilayah pulau Sulawesi. Lebih tepatnya di Desa Ganda-Ganda, kecamatan Petasia, kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.
III.
Rumusan Masalah Rumusan masalah terbagi dari 2 (dua) bagian yaitu : indentifikasi masalah dan
permasalahan penelitian. 1.
Identifikasi Masalah Melihat latar belakang di atas maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi,
antara lain: 1.
Terjadinya perubahan kadar bijih nikel dari front penambangan dengan kadar bijih nikel di stockpile.
2. Masih ditemukan penyimpangan data kadar pada masing-masing tumpukan ore dalam memenuhi standar pasar maupun ekspor. 2.
Permasalahan Penelitian iii
Dari identifikasi masalah di atas maka masalah yang timbul adalah: 1. Berapa besar perbedaan kadar bijih nikel antara front penambangan dengan kadar bijih nikel pada stockpile? 2. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan kadar pada masingmasing tumpukan ore dalam memenuhi standar pasar maupun ekspor? IV.
Batasan Masalah Dari masalah yang diambil pada Tugas Akhir ini adalah tentang perubahan kadar nikel
laterit di Pit 5 Blok B pada PT. Itamatra Nusantara. V.
Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui berapa besar perbedaan kadar Nikel antara front penambangan dengan kadar bijih nikel pada stockpile. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perbedaan kadar dari hasil pengambilan sampel berdasarkan standar operasional prosedur telah berjalan baik. VI. Metode Penelitian Data-data yang digunakan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, diperoleh langsung dari lapangan, laboratorium dan berbagai literatur serta laporan yang ada di lokasi penelitian. Adapun data yang diperoleh terdiri atas : 1.
Data Primer a. Data pengambilan conto dari front penambangan ke stockpile. b. Data alur preparasi conto. c. Hasil analisis laboratorium instrument X-Ray.
2.
Data Sekunder a. Data iklim dan curah hujan. b. Peta lokasi kesampaian daerah. c. Peta Geologi Desa Lambolo
VII. Teknik Pengambilan Data Adapun teknik pengambilan data penelitian yang digunakan dalam penulisan dan penyusunan laporan yaitu: 1. Teknik pengambilan data a. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data mengenai kondisi yang berhubungan dengan keadaan geologi dan geografi daerah penelitian. b. Penambangan sampai ke stockpile, preparasi contoh dan analisis laboratorium yang diperlukan untuk pengolahan data. iv
c. Melakukan wawancara langsung dan konsultasi dengan karyawan, baik yang ada di lokasi tambang, preparasi, stockpile maupun di kantor mengenai proses pengambilan sampel dan Analisis kadar. d. Data tentang prosedur preparasi contoh diambil di salah satu unit kerja pengawasan kualitas yaitu unit satuan kerja persiapan sampel. e. Melakukan studi pustaka terhadap literatur-literatur yang ada. 2.
Teknik pengolahan data Menggunakan metode perhitungan dan penganalisaan sehingga diketahui sistem
pengambilan dan preparasi contoh, kemudian dilakukan pemeriksaan berdasarkan teori, rumus dan praktek di laboratorium sesuai dengan hasil yang dikerjakan. Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik dan analisis, pengolahan secara statistik untuk mendapatkan nilai rata-rata dari suatu data dan selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mengetahui presentase perbedaan yang terjadi. 3. Analisis data Dalam penelitian ini kita dapat membandingkan antara data front penambangan dengan data stockpile serta dapat mengetahui faktor – faktor penyebab perbedaan tersebut.
VIII. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yaitu : 1. Melakukan evaluasi tehadap data kadar produksi di front penambangan dengan data kadar pada stockpile. 2. Membandingkan antara data kadar data produksi di front penambangan dengan data kadar pada stockpile. 3.
Serta mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perbedaan kadar, kemudian mencari penyelesaian untuk mengurangi perbedaan kadar tersebut.
v
Studi Literatur
Tujuan Penelitian Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Data Primer
Data Sekunder
1. Data pemisahan bijih nikel pada PT.COR 2. Data produksi yang diperoleh perhari pada PT.COR 3. Data total produksi yang keluar stock pile perhari pada PT.COR
1. Peta topografi 2. Peta lokasi Penelitian 3. Data curah hujan
Pengolahan Data 1. Menggunakan data yang ada dan software yang digunakan pada perusahaan 2. Menggunakan microsoft exel sebagai pengolahan data Analisis Data Pembahasan Kesimpulan Guna mendapatkan hasil maksimal dalam pemisahan dan pengolahan bijih nikel yang ada pada PT.COR
Gambar 7.1. Bagan Alir Penelitian
vi
IX. DASAR TEORI 9.1 Nikel Laterit Nikel laterit merupakan suatu endapan yang merupakan hasil pelapukan lanjutan dari ultramafik pembawa Ni-Silika. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai subtropis. Pengaruh iklim tropis di indonesia mengakibatkan proses pelapukan secara intensif, sehingga beberapa daerah diindonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit yang utama. Batuan induk nikel laterit adalah peridotit. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuk bijih nikel laterit ini adalah: 1. Batuan Asal; 2. Iklim; 3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi; 4. Struktur; 5. Topografi; 6. Waktu. 9.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah : 9.1.1.1. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel. 9.1.1.2. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahanrekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. 9.1.1.3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawasenyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. vii
Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih banyak • humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis. 9.1.1.4.Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif. 9.1.1.5.Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif. 9.1.1.6.Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. 9.2. Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 5 zona gradasi sebagai berikut : 9.2.1. Iron Capping Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit. Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan lapisan tanah penutup ratarata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan viii
limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous. 9.2.2. Limonite Layer Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan ini ratarata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite. 9.2.3. Silika Boxwork putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized. 9.2.4. Saprolite Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan, chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. ix
9.2.5. Bedrock bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi. 9.3.
Genesa Endapan Bijih Nikel Laterit Proses terbentuknya endapan bijih nikel sekunder atau laterit (Gambar 3.1) dimulai
dengan proses pelapukan pada batuan peridotit, dimana batuan ini banyak mengandung olivin, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya mengandung 0,3 % nikel. Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh proses pelapukan dimana air tanah yang kaya CO2 yang berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan akan menghancurkan olivin. Proses laterisasi menyebabkan terbentuknya endapan laterit yaitu endapan residu dari hasil pelapukan batuan yang terjadi di daerah yang mempunyai iklim tropis hingga sub tropis dengan curah hujan yang relatif tinggi. Penguraian olivin, magnesium, besi, nikel, dan silikat kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel yang submikroskopik. Didalam larutan, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai feri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti Geotit (FeO(OH)), Hematit (Fe2O3), dan cobalt (Co) dalam jumlah kecil. Jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika tertinggal dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut akan cenderung mengendap sebagai hydrosilikat. Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan dengan magnesium. Perbandingan antara nikel dan magnesium didalam endapan lebih besar dari pada larutan, karena adanya larutan silikat magnesium yang terbawa oleh air tanah. Kadang-kadang olivin didalam batuan diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap dipermukaan, dimana serpentin terurai kedalam komponen-komponen bersama-sama dengan terurainya olivin.
x
Peridotit Serpentinit
Proses Pelapukan Dan Laterisasi
Serpentinit Peridotit Lapuk
Bahan-bahan tertinggal
Bahan-bahan terbawa bersama larutan
Terlarut sebagai Larutan Ca-Mg Karbonat
Fe, Al, Cr, Mn, Co
Konsentrasi residu
Terbawa sebagai partikel koloidal
Fe-Oksida
Konsentrasi celah
Al-Hidroksida
dari senyawa-
Konsentrasi
Konsentrasi
senyawa karbonat
residu
Celah
Urat-urat
Fe-Oksida
Ni-Co
Ni, SiO2, Mg
Fe, Ni, Co Saprolite
Al-Hidroksida Ni-Co
Sumber : PT. Itamatra Nusantara Gambar 9.1 Genesa Endapan Bijih Nikel Laterit
Adanya erosi air tanah asam dan erosi dipermukaan bumi akan menyerang mineralmineral yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa ketempat yang lebih dalam, selanjutnya diendapkan sehingga terjadi pengkayaan pada bijih nikel.
xi
Kandungan nikel pada saat terendapkan akan semakin bertambah banyak, dan selama itu magnesium tersebar pada aliran tanah. Dalam hal ini proses pengkayaan bersifat kumulaif, dimana proses dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25 % nikel, sehingga akan dihasilkan 1,50 % bijih nikel. Keadaan ini merupakan kadar nikel yang sudah dapat ditambang, dimana waktu yang diperlukan untuk proses pengkayaan tersebut mungkin dalam beberapa jenis pelapukan yang melarutkan unsur-unsur logam dari batuan induk akan menghasilkan bijih nikel limonit, bijih nikel silikat kebanyakan terjadi pada daerah beriklim tropis. Dimana pada daerah tersebut banyak turun hujan dan banyak tumbuh-tumbuhan yang teruraikan sehingga menimbulkan asam organik dan CO2 pada air tanah.
9.4.
Penyebaran Endapan Bijih Nikel Batuan Peridotit yang mengalami serpentinisasi akan memberikan zona saprolit
dengan inti batuan biasanya agak keras tetapi rapuh. Hal ini diakibatkan adanya hujan dan panas sehingga terjadi pelapukan dan rekahan-rekahan yang memudahkan air masuk melalui celah-celah (rongga-rongga) batuan oleh suatu mineral kuarsa, garnierit, sedangkan serpentinit akan menghasilkan zona saprolit yang relatif homogen dengan kuarsa dan garnierit. Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali oleh material organik di permukaan dan meresap kebawah sampai zona pelindihan dimana fluktuasi air berlangsung. Sebagai akibat fluktuasi ini air yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit dan batuan yang mengandung batuan asal dan mineral-mineral tidak stabil seperti olivin, serpentin dan piroksin. Pada zona saprolit dijumpai rekahan-rekahan antara lain garnierit, kuarsa dan chrysopras sebagai hasil pengendapan Hydrosilikat dari Mg, Si, dan Ni. Unsur-unsur mineral lainnya yang tertinggal adalah besi, aluminium, mangan, cobal, krom serta nikel di zone limonit yang terikat sebagai mineral oksida atau hidroksida seperti hematit, magnesium dan mineral lainnya. Hasil analisa kimia menunjukkan bahwa zona tengah yang paling banyak mengandung nikel, sedangkan unsur Ca, Mg dan C akan terus mengalir kebawah, pada tempat yang tidak dapat mengalir lagi dan terendapkan sebagai uraturat dolomit dan magnesit yang mengisi rekahan pada batuan asal. Sebagai gambaran umum penampang endapan bijih nikel di Pagimana adalah sebagai berikut: 1.
Lapisan Overburden Lapisan ini merupakan lapisan paling atas, terdiri dari tanah laterit yang berwarna coklat kemerahan. Biasanya terdapat sisa tumbuh-tumbuhan serta konkresi oksida besi, dan
xii
kandungan nikelnya relatif rendah. Tebal lapisan ini bervariasi umumnya berkisar antara 0 sampai 2 meter. 2.
Lapisan Limonit Lapisan berwarna coklat muda dengan kandungan nikelnya lebih tinggi dari lapisan pertama yaitu 1 sampai 2 %. Lapisan ini kadang-kadang dapat dianggap sebagai lapisan bijih yang ekonomis. Dikategorikan dalam “low grade ore ” atas yang tebalnya bervariasi antara 2 sampai 5 meter.
3.
Lapisan Saprolit Lapisan yang sama sekali merupakan batuan yang telah lapuk, berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Kadar nikel lapisan ini relatif paling tinggi dari keseluruhan lapisan dengan kadar Ni berkisar 2-3 % yang merupakan lapisan bijih yang mengandung urat-urat Garnierit dan Krisopras.
4.
Lapisan Bed Rock Lapisan ini terdiri dari dua yaitu : a. Lapisan yang terdiri dari batuan yang kurang lapuk, berwarna hijau terang sampai tua. Pada lapisan ini kadar nikelnya sudah mulai turun. Sering didapat sebagai bongkahan yang dilapisi urat garnierit. Lapisan ini dikategorikan sebagai low grade ore bawah yang kadang-kadang cukup ekonomis untuk ditambang. b. Lapisan ini berupa batuan yang sedikit lapuk dan berwarna hitam kehijauan. Pelapukan baru berjalan pada bidang rekahan yang sering terdapat urat Dolomit dan Magnesit
9.5.
Pembentukan Zona Limonit Dan Saprolit Proses pelapukan laterit pada batuan ultrabasa dari suatu laterit fosil, mempunyai arti
sebagai suatu proses pelapukan laterit yang berlangsung tidak dimulai dari batuan segar yang kemudian menghasilkan profil laterit baru, tetapi bertolak dari suatu profil laterit yang sudah terbentuk, dimana saprolit silikat yang selalu berada dibawah permukaan air tanah sudah ada dan terletak dibawah zona limonit. Fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinue akan melarutkan unsur-unsur magnesium dan silisium yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan asal di zona saprolit, sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih dalam. Sehingga sedikit demi sedikit zona saprolit akan berubah porositasnya dan akhirnya menjadi zona limonit.
Dengan penambahan porositas, maka air tanah akan lebih leluasa bergerak sehingga permukaan air tanah akan turun, menyebabkan air permukaan laterit juga akan turun akibat proses kompaksi dan erosi pada permukaan. Penurunan muka air tanah ini akan berbeda-beda
xiii
dan sangat tergantung dari struktur batuan asal, morfologi yang mempengaruhi, intensitas curah hujan, iklim dan waktu. Pembentuk zona laterit akibat berlanjut proses laterisasi ini akan berlangsung dengan berbedanya penurunan permukaan air tanah, walaupun sifat batuan asalnya serupa. Pada penurunan muka air tanah yang dalam, zona limonit akan terbentuk lebih tebal, sementara itu ketebalan zona saprolit tidak berubah. Demikian pula pada penurunan permukaan air tanah yang sama akan memberikan profil laterit yang berbeda jika struktur batuan asalnya berbeda. Dalam hal ini struktur batuan asal (masif atau bercelah) sangat berperan dalam pembentukan zona saprolit. Di daerah cekungan aktif ini intensitas air tanah membesar akibat arah aliran yang konvergen dan akan memberikan proses pelindian yang lebih intensif dari proses pengendapan kembali, sehingga memungkinkan pembentukan zona limonit yang tebal karna zona ini didominasi oleh mineral geotit, disamping juga terdapat magnetit, hematite, talk, serta kuarsa sekunder.
9.6. Proses Penambangan Pengamatan penelitian ini di fokuskan pada pit santika areal penambangan blok Loji daerah Obi PT. Itamatra Nusantara (GPS), yaitu pada titik bor CL00570, spasi pemboran 50 meter dengan jumlah sampel sebanyak 21.700 ton untuk 31 tumpukan. Umumnya proses penambangan dimulai dari pengupasan overburden dengan menggunakan Bulldozer yang dilanjutkan dengan Clean Top Ore untuk mengangkat/membersihkan bagian atas material, langkah selanjutnya ialah melakukan Channel Sampling yaitu suatu cara pengambilan conto dengan membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur seragam dengan ukuran 5 (lima) meter dari atas kebawah dan dengan lebar yang disesuaikan dengan sekop Incerement, conto diambil seberat 5 Kg, areal channel diberi kode pita berwarna putih untuk penandaan conto sementara dianilsa dilaboratorium kimia. Setelah kadarnya diketahui maka pit ini ditambang sesuai dengan daerah pengaruhnya dengan persyaratan bijih yang diambil sesuai dengan COG (Cut Off Grade) yang telah ditetapkan, sedangkan kadar yang tidak memenuhi COG dianggap overburden, Waste dan Bed Rock. Pada proses penambangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan upaya
mengantisipasi
terjadinya
perubahan kadar,
yaitu 1. Teknik
penggalian/pengambilan bijih, 2. Pengontrolan terhadap pengotoran (dillusi ). 1. Teknik penggalian/pengambilan bijih xiv
a. Karakteristik endapan. Karakteristik endapan yang cocok ditambang dipengaruhi oleh pola penyebaran endapan, kekerasan, dan kelunakan bijih. Badan bijih dapat berbentuk teratur atau tidak (massive). Bagi bijih yang berbentuk tabular atau berlapis harus cukup lebar dan kemiringan relatif datar. Semakin rendah kemiringan maka akan semakin mudah proses penggalian. b. Keseragaman kadar Keseragaman kadar yang bervariasi adalah hal yang harus diperhatikan dalam penambangan, dengan mengetahui penyebaran kadar pada daerah tertentu, maka dalam penambangan dapat diperhitungkan untuk melakukan mixing/blending agar mencapai kadar sesuai dengan yang diinginkan. c. Kombinasi peralatan. Maksud dari pemilihan kombinasi peralatan adalah untuk memperhitungkan keefektifan operasi penambangan dimana dengan peralatan yang cocok, baik dalam pekerjaan pengupasan tanah penutup maupun pekerjaan produksi mendapat perolehan yang maksimal. Hal – hal yang mempengaruhi pemilihan kombinasi peralatan meliputi ukuran badan bijih, distribusi nilai endapan serta kompak atau tidaknya lapisan tanah penutup. d. Produksi yang diinginkan. Target produksi yang diinginkan meliputi COG (Cut Off Grade) dan tonase yang akan diproduksi per waktu tertentu. COG adalah batas kadar rata – rata terendah yang masih dapat di blending dengan material lain sehingga mendapatkan material bijih sesuai dengan yang diinginkan. Dimana saat kadar bijih pada daerah yang akan digali tidak memenuhi COG seperti tersebut diatas, maka perlu adanya pertimbangan lain, misalnya meneruskan penggalian dan hasilnya akan di blending dengan material dengan kadar bijih yang tinggi sehingga dapat memenuhi COG, atau tidak meneruskan penggalian karena akan menambah biaya operasional terutama untuk peralatan. 2.
Pengontrolan terhadap pengotoran (dillusi) Pengotoran pada bijih akan mempengaruhi kadar yang didapat. Pengotoran disebabkan
karena adanya material yang tidak berharga yang ikut tercampur dalam bijih (ore). Beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya pengotoran bijih, yaitu sebagai berikut : a. Posisi waste dan bijih, dan cuaca Daerah penggalian bijih yang lebih rendah dari lokasi pengupasan tanah penutup akan lebih rawan terhadap pengotoran, sebab jika ada aliran air atau hujan dari atas kebawah, maka daerah penggalian bijih akan mengalami dilusi dari material yang terbawa bersama xv
air. Selain itu banyak dijumpai material waste yang berada diantara badan bijih yang berbentuk massive/tidak beraturan. b. Keadaan bijih. Biasanya bijih yang berbentuk boulder maupun yang berada didekat boulder merupakan bijih yang berkadar tinggi. Permasalahannya adalah sangat sukar bagi alat untuk menambang bijih yang dekat dengan boulder. 9.7.
Akibat Dari Percampuran Kadar bijih-bijih Nikel Aneka kadar Ni & Fe akan menentukan aneka proses pengolahan nya. Pengolahan
Nikel Laterit bisa dibagikan sebagai berikut:
Pengolahan pirometalurgi (bijih nya dileburkan). o
Nickel Pig Iron (NPI)
o
Ferro-Nickel
o
Nickel-Matte (Nickel Sulfide Matte)
Pengolahan hidrometalurgi (Pelindian - Leaching - dengan asam) o
PAL (Pressure acid leaching) – HPAL
o
AL (Atmospheric Leaching)
o
Heap Leaching
Gabungan proses piro dan hidro (Combined pyro and hydro process - Caron)
(Bijih diturunkan dengan suhu tinggi, kemudian dilindikan)
Di Indonesia, saat ini hanya proses pengolahan p i rometalurgi yang sedang dan / atau akan diterapkan. Misalnya Vale (Inco sebelumnya) melakukan pengolahan Nickel Matte, Aneka Tambang sedang melakukan pengolahan Ferro-Nickel, dan sejumlah pabrik-pabrik pengolahan Nickel Pig Iron sedang atau akan dibangun. Apakah ada perbedaan kebutuhan jenis kadar bijih nikel untuk pengolahan Nickel Pig Iron, Ferro Nickel dan Nickel Matte ?
Untuk pengolahan Nickel Pig Iron, jenis kadar bijih nikel nya adalah nikel limonit.
xvi
Gambar 9.2. Nikel Limonit
Proses pembuatan NPI dengan jalur terdiri dari tahapan sintering dan peleburan dalam tungku tegak atau tungku listrik(electric arc furnace). Nickel pig iron adalah logam besi wantah dengan kandungan Ni sekitar 5-10% Ni yang merupakan hasil dari proses peleburan bijih nikel kadar rendah di bawah 1.8% Ni (limonit). Pada saat ini NPI dihasilkan dari proses peleburan bijih nikel kadar rendah (limonit) dengan menggunakan tungku tegak, blast furnace. NPI digunakan sebagai bahan baku pembuatan stainless steel.
Untuk pengolahan Ferro-Nickel, jenis kadar bijih nikel adalah nikel saprolit.
Gambar 9.3. Nikel Saprolit
Pembuatan ferro-nickel dilakukan melalui dua rangkaian proses utama yaitu reduksi dalam tungku putar (rotary kiln) dan peleburan dalam tungku listrik (electric furnace).
Hasil proses pemurnian dituang menjadi balok feronikel (ferronickel ingot) atau digranulasi menjadi butir-butir feronikel (ferronickel shots), dengan kadar nikel di atas 30%. Logam campuran ferronickel (balok atau ingot), dengan komposisi kimia: o
High carbon Fe-Ni: 23.4%-Ni; 1.75%-C;
o
Low carbon Fe-Ni: 24.4%-Ni; 0.01%-C
Kondisi proses:
o
Mempunyai kadar nikel tinggi (>2.2%Ni)
o
Rasio Fe/Ni rendah (5-6)
o
Kadar MgO tinggi
o
Rasio SiO2/MgO >2.5
Untuk pengolahan Nickel-Matte, jenis kadar bijih nikel adalah nikel saprolit.
xvii
Gambar 9.4. Nikel Saprolit
Pembuatan Nickel-Matte dilakukan dengan menggunakan tanur putar dan tanur listrik. Hasil nya adalah Nickel-Matte dengan komposisi kimia: 70-78%-Ni; 0.5-1%Co; 0.2-06%-Cu; 0.3-0.6%-Fe; 18-22%-S. Kondisi proses : o
Mempunyai kadar nikel tinggi (>2.2%Ni)
o
Rasio Fe/Ni rendah (>6)
o
Kadar MgO tinggi
o
Rasio SiO2/MgO antara 1.8-2.2
Kesimpulan : Jika stockpile yang sudah tercampur aduk antara bijih nikel limonit dan saprolit, akan menjadi masalah untuk pengolahan berikut nya (QC jenis kadar bijih yang masuk ke pabrik pengolahan). Selain itu, dari sudut pandang ekonomis, harga bijih nikel limonit berbeda dengan saprolit.
9.8. Contoh ( Sampling ) Proses pengambilan contoh adalah kegiatan yang dilakukan pada sebagian kecil dari suatu bahan material sedemikian rupa sehingga konsistensi (kesamaan) pada bagian tersebut yang merupakan wakil dari keseluruhannya (representatif).
9.8.1 Metode Pengambilan Contoh Pada metode pengambilan contoh penulis menggunakan metode Grab Sampling. Metode pengambilan contoh (sampling) terbagi beberapa bagian adalah: 1. Channel Sampling Channel sampling adalah cara pengambilan conto dengan membuat alur (chanel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih. 2. Contoh ruah (Bulk Sampling) xviii
Bulk Sampling adalah merupakan metode sampling dengan cara mengambil material dalam jumlah yang besar dan umumnya dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). 3. Contoh tertahan (Chip Sampling) Chip Sampling adalah sala satu metode sampling dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur dengan lebar 15 cm yang memotong zona mineralisasi menggunakan palu atau pahat. 4. Pile Sampling Cara pengambilan contoh pada pile atau ore bin, untuk ini semua harus tahu saat mengadakan pengisian (pilling) karena hal ini mempengaruhi letak butiran. 5. Drill Hole Sampling Cara pengambilan conto dari hasil pemboran inti dimana prosedur sampling ini berdasarkan pada alat bor yang digunakan. 6. Paritan uji (trenching) Cara pengambilan conto dengan membuat parit pada singkapan bijih memotong atau tegak lurus singkapan.
7. Grab Sampling Grab Sampling merupakan teknik pengambilan conto dengan cara mengambil sebagian fragmen yang berukuran besar dari suatu material yang mengandung mineralisasi secara acak. Tingkat ketelitian conto pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar. Adapun kondisi pengambilan contoh dengan teknik Grab Sampling ini dilakukan antara lain: a.
Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran umum kadar. Yang akan dipengaruhi oleh lokasi atau letak dari suatu titik bor, hal ini disebabkan karena penyebaran deposit yang tidak merata.
b.
Pada pragment material hasil dari selective mining dan stockpile untuk memperoleh pengecekan kulaitas kadar, agar dapat dimixing dengan kadar rendah dengan maksud hasil mixingnya memenuhi Cog yang telah ditetapkan dan juga target produksi pertahun harus tercapai.
9.8.2 Teknik Pengambilan Contoh
xix
Pengambilan conto jika ditinjau secara umum dimaksudkan untuk mengambil sebagian dari massa tersebut yang cukup representatif untuk mewakili keseluruhan yang besar. Sampling atau pengambilan conto adalah suatu proses pengambilan sebagian kecil endapan yang mana bagian tersebut dapat mewakili keseluruhan endapan. Cara pengambilan conto didasarkan pada JIS (Javanese Industrial Standart), yaitu dengan cara two stage sampling dan devision method of increment. Cara two stage sampling adalah pengambilan conto melalui dua tahap secara sistematis yaitu pada tahap pertama dilakukan pengambilan conto pada dua titik yang berhadapan sedangkan pada tahap kedua dilakukan penggabungan conto keseluruhan pada suatu tempat yang sama
Cara devision method of increament adalah pengambilan conto dibagi dalam beberapa divisi yang dilakukan untuk pekerjaan preparasi conto. Jumlah conto bijih nikel yang di ambil tergantung pada tipe endapan dan tingkat pengembangannya, apakah suatu prospecting atau suatu eksplorasi detail, sebagian atau seluruh development mine. Salah satu Unit Kerja Pengawasan Kualitas yaitu Unit Satuan Kerja Persiapan Sampel berperan penting dalam pengambilan sampel yaitu conto yang telah diambil dimasukkan ke dalam kantong dan diberi kode serta diikat dengan tali yang mempunyai warna tertentu. Kemudian conto tersebut dikirim ke preparasi conto dimana telah tertulis seperti kode conto, front penambangan, titik bor, jam kerja dan tanggal pengambilan conto. Cara yang dapat dilakukan yaitu mengambil satu incerement dengan untuk dua ritasi dengan menggunakan sekop standar nomor 125D dengan kapasitas 5 Kg. Contoh yang telah diambil dimasukan dalam kantong plastik yang diberi kode serta diikat dengan tali yang mempunyai warna tertentu untuk membedakan setiap conto pada pit/areal dengan warna yang sama pula. Kemudian kantong – kantong tersebut dikirim ke preparasi conto yang tertulis seperti kode pada pit penambangan, nomor titik bor, tanggal penambangan dan nama dari tumpukan seperti contoh : -17/10/09SANTIKA/EFO/CL00570 -18/10/09/SANTIKA/ETO/CL00570
xx 1. B = 10 kg
Sumber: PT. Itamatra Nusantara Gambar 9.5. Cara Pengambilan Sample Pada Tumpukan 9.8.3 Preparasi Contoh
Preparasi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengolah contoh dari lapangan yang masih heterogen dan kasar menjadi material yang homogen dan halus sesuai dengan persyaratan laboratorium. Boulder-boulder contoh perlu dimasukkan ke dalam pengecilan ukuran sampai semua contoh menjadi sama rata, setelah itu dilakukan pengayakan dengan ukuran lolos yang sudah ditentukan. Faktor lain yang penting untuk diperhatikan adalah kontaminasi zat – zat
lain
terhadap conto. Oleh karena itu contoh harus dijaga dari kontak langsung dengan zat lain terutama zat cair. Conto dari lapangan yang berasal dari suatu tumpukan besar di mana diambil beberapa increment, biasanya disatukan dalam preparasi conto. Setelah conto diperoleh sebelum di bawah ke laboraturium untuk dilakukan analisis kadar (assay). Karena yang dianalisa tersebut hanya sebagian kecil dari conto, maka diperlukan preparasi (persiapan) conto, agar pada bagian conto yang dianalisis bersifat representatif terhadap kondisi sebenarnya yang terlihat pada Gambar 9.6.).
xxi
Gambar 9.6. Prosedur Umum (Coning & Quatering) Preparasi Conto untuk Analisis Laboratorium dan Dokumentasi (Chaussier et al., 1987).
Secara umum ukuran conto dapat berpengaruh terhadap hasil analisis sehingga sebelum dianalisa dilakukan pengurangan conto. Pengurangan ukuran partikel atau dengan kata lain proses pembagian (spilit) conto sebaiknya dilakukan pada fraksi ukuran yang telah seragam. Secara umum ukuran conto sangat berpengaruh terhadap hasil analisa sehingga biasanya analisa dilakukan pada dua laboratorium yang berbeda dan sebagian conto lainnya disimpan sebagai dokumentasi Metode reduksi yang umum digunakan adalah splitting dan quartering. Metode reduksi splitting dapat dilihat pada (Gambar 9.7) dan metode quartering dapat dilihat pada (Gambar 9.8).
xxii
Gambar 9.7. Reduksi Jumlah Conto dengan Menggunakan Metode Splitting (Chaussier et al., 1987).
(Gambar 9.8) Reduksi Jumlah Conto dengan Metode Quartering (Chaussier et al., 1987
1.
Ujung kerucut ditekan sehingga membentuk kerucut terpotong dan dibagi empat bagian sama besar.
Dua bagian yang bersebrangan diambil untuk dijadikan conto yang dianalisis. QAQC SAMPLE EFO DI STOCK PILE 4500 Whint
1-10 load Approx 15 Kg
11 -20 Load Approx 15 kg
21 -30 Load Approx 15 kg
Jaw Crusher -10 mm
Jaw Crusher -10 mm
Jaw Crusher -10 mm
M i XI N G With Scoop
M IX ING With Scoop
MIXING With Scoop
M ATR IX 4x 5 Scoop 30 D
MATRIX 4 x5 Scoop 30 D
MATRIX 4 x5 Sloop 20 D
Sample Wet Efo Product Preparasi
Moisture contonts
Efo Product Preparasi
Moisture Contonts
Driying Oven With Temp 105ᴼc 17 Hours
Drying Despatction Oven With temp 2000°C 1 - 1,5 Hours
Mixing 3x Spliter 3x
Moisture Contonts
Timbang Basah dengan talang
Efo Production Preparasi on Sample
Jaw Chusher -10MM
Efo Product Preparasi
xxiii
M C Ket : % MC = ( W2-W1) - (W3-W1) W2 - W1 W1 = Berat Talang
Sumber : PT. Itamatra Nusantara (Gambar 9.9) Prosedur Umum Preparasi Contoh Alat – alat yang diperlukan dalam pekerjaan preparasi conto hasil penambangan adalah sebagai berikut : 1. Alat pengering conto yang terdiri dari : - Talang penjemur (Lihat Lampiran) - Drying oven (Lihat Lampiran) 2. Alat pengaduk conto terdiri dari : - Sekop conto (Lihat Lampiran) - Mixer Automatic type – Y (Lihat Lampiran) 3. Alat penghancur conto terdiri dari : - Jaw crusher (Lihat Lampiran) - Pul verizer (Lihat Lampiran) - Roll crusher - Super crunch 4. Sieve (ayakan) Contoh yang dipreparasi mengikuti tahapan – tahapan prosedur sebagai berikut : 1. Buka Check Sampel dalam kantong yang berisikan sampel kemudian dipisahkan 2. Letakan sampel – sampel ditalang untuk dilakukan pengeringan
xxiv
3.
Keringkan
sampel
dalam
drying
oven
kurang
lebih
tiga
jam
4. Haluskan sampel dengan jaw crusher untuk memperoleh sampel ukuran -10 mm
5.
Ayak/haluskan sampel dengan ayakan -5 mm dan doubel roll crusher untuk memperoleh hasil sampel ukuran – 3 mm 6. Lakukan mixing selama 3 kali 7. 8.
Matrix
4x5
Keringkan
sekop sampel
3D
diperolah
dalam
berat
drying
sampel
oven
kurang
selama
15
lebih –
500
gram
30
menit
9. Haluskan sampel dengan super crunch untuk memperoleh hasil sampel ukuran -1 mm 10. Haluskan sampel dengan pul verizer untuk memperoleh hasil sampel ukuran kurang lebih 200 mesh 11. Lakukan mixing selama 5 menit secara manual (sampel diletakan dalam plastik dan kemudian digoyangkan dengan tangan) 12. Contoh yang dihasilkan – 200 mesh, selanjutnya dimasukan kedalam mixer type Y untuk di mixing secara otomatis selama 15 menit. Setelah itu dikeluarkan dari mixer dan dimatriks 5x4 dengan sekop 1D, dan dimasukan kedalam kantong sampel. Dari setiap 20 bagian, pengambilan dibagi tiga, yakni kantong A untuk analisa laboratorium, untuk kantong B dibuat Arsip dan untuk kantong C dibuat Remainder.
3.6 Presentase Perubahan Kadar Pada umumnya kadar dari hasil kegiatan eksplorasi dengan kegiatan penambangan selalu mengalami perubahan. Untuk mengetahui seberapa besar presentase perubahan kadar, dengan cara membandingkan kadar dari hasil kegiatan pemboran eksplorasi dengan kadar hasil kegiatan penambangan pada titik bor yang sama sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : q2 – q1 Q = x 100% ................................................................................ ( I ) q2 Dimana : Q = Presentase perubahan kadar q2 = Kadar hasil kegiatan penambangan q1 = Kadar eksplorasi
9.9.
Penambangan Sistim Selective Mining
xxv
Selective mining yaitu suatu cara penambangan yang diterapkan bila bijih menyebar dengan kadar yang tidak merata, dimana pada tempat-tempat tertentu terdapat bijih dengan kadar yang relatif tinggi atau di atas COG, dan pada tempat lainnya terdapat bijih dengan kadar yang rendah atau dibawa COG. Untuk mendapatkan bijih dengan kadar yang sesuai permintaan pasar atau pabrik, maka penambangan pada bijih yang menyebar secara tidak merata tersebut dilakukan dengan sistim selective mining atau memilih bijih atau titik bor sesuai dengan kadar yang diinginkan. Alasan untuk melakukan selective mining adalah bahwa bila seluruh material bijih dengan kadar yang tidak merata ditambang maka kadar bijih tersebut akan berada di bawah COG (Cut Of Grade). Tumpukan bijih nikel pada front penambangan akan dimuat dan diangkut ke stockfile sesuai dengan titik bor dan jumlah incrementnya. Setelah sampai di stock file akan diadakan pengecekan ulang atau recheking kadar untuk mengetahui ketelitian atau kebenaran bijih nikel yang ada pada front penambangan. Setelah recheking kadar diketahui dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kadar dari front penambangan maka akan diadakan pemindahan tumpukan sesuai dengan kebutuhan baik untuk pabrik maupun untuk ekspor. Kemudian hasil analisa kadar tersebut dirata-ratakan mulai dari kadar dibawah sampai diatas Cog, agar dapat dimixing dengan kadar rendah dengan maksud hasil mixingnya memenuhi Cog yang telah ditetapkan dan juga target produksi pertahun harus tercapai. Dimana nilai kadar sangat tergantung pada bagian mana lapisan material yang dikeruk saat disampling. 9.10. Penentuan Kadar Setelah pekerjaan preparasi selesai conto kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Kadar bijih nikel akan diketahui setelah diadakan analisis kadar di laboratorium dengan menggunakan analisa sinar X dan analisa kimia. 9.10.1 Analisa Sinar X (X-Ray) Analisa sinar X adalah suatu cara yang dilakukan untuk mendeteksi unsur-unsur yang dikandung oleh conto tersebut dengan suatu alat pendeteksi yaitu Sinar X berupa sinar elektromagnetik yang mempunyai daerah panjang gelombang antara 0,1 – 100 Ao, dimana 1 Ao = 10-8 cm = 0,1 mm. 1.
Sifat-sifat sinar X Sinar X merambat menurut garis lurus, dapat dikolimasikan dengan celah (slit).
xxvi
a). Sinar X terdiri dari partikel-partikel yang bermuatan, oleh karena itu
magnet dan
medan listrik tidak dapat membelokkan arah berkas sinar. b). Sinar X dapat diperoleh dengan jalan membom sinar sasaran (target material) dengan berkas electron yang berenergi tinggi. Bahan sasaran yang mempunyai berat atom yang lebih tinggi merupakan sumber sinar X yang efisien. c). Dapat menghitamkan plat film (sifat photography). d). Apabila menumbuk bahan-bahan tertentu (Ca-Wolframat : ZnS, CdS, NaI dan lainlain) akan memancarkan sinar pendaflour, artinya menyerap sinar kemudian memancarkan kembali (sifat fluoresensi) e). Tidak dapat terionisasi. 2.
Penggunaan Sinar X dalam Analisis Penggunaan sinar X untuk keperluan analisa zat, banyak persamaannya dengan penggunaan sinar tampak dan sinar ultra violet untuk keperluan yang sama, sehingga dapat dipahami bahwa ada cara-cara analisa yang didasarkan pada penyerapan sinar X, pemancaran pendaflour sinar X dan difraksi sinar X dengan panjang gelombang antara 0,1 – 25 Ao.
3. Cara-cara Analisa dengan Menggunakan sinar X a. Berdasarkan Penyerapan Sinar X Sinar X dapat diserap oleh materi, banyaknya serapan ditentukan oleh jenis bahan penyerapan dan banyaknya bahan penyerap. Perbedaan fundamental antara penyerapan sinar X bukan dilakukan oleh molekul-molekul melainkan dilakukan oleh atom-atom. Misalnya penyerapan sinar X oleh Brom hanya tergantung pada jumlah atom-atom Brom yang ada dalam jalan yang dilalui oleh sinar tersebut dan jumlah atau banyaknya atom brom ini tergantung dari apakah Brom itu berupa gas beratom satu atau berupa cairan dan padatan. b. Berdasarkan Pemancaran Pendaflour sinar X Bila suatu sinar ditempatkan dalam sinar X maka energi sinar X itu akan diserap oleh atomatom unsur tersebut. Atom-atom ini akan tereksitasi dan kemudian akan memancarkan sianr X dengan berbagai panjang gelombang yang karekteristik untuk atom-atom unsur tersebut. Proses pemancaran sinar X ini disebut peristiwa pendaflour sianr X atau Fluoresensi sinar X untuk analisa dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. c. Berdasarkan Difraksi Sinar X Salah satu sifat sinar X yaitu bahwa dari sinar X ini akan merambat menurut arah garis lurus dan mempunyai daya tembus yang besar, oleh karena sinar X ini juga sebagai sinar elektomagnetik, maka sinar X mestinya dapat juga didefraksi oleh kisi defraksi. Hanya saja xxvii
mengingat panjang gelombang sinar X sangat kecil maka untuk dapat mendefraksikan sinar X yang dipergunakan jalur-jalur harus sangat berdekatan sekali letaknya. 4.
Spektometer Sinar X ( X – Ray Spectrometer) Spektometer Sinar X adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur intensitas fluoresensi atau pendaflour sinar X ( sinar sekunder ) yang dipancarkan oleh suatu conto.
Suatu conto akan memancarkan flueresensi sinar apabila conto tersebut disinari dengan sinar X yang berasal dari tabung sinar X (sinar X primer). Intensitas flouresensi sinar yang dipancarkan tersebut berbanding lurus dengan konsentrasi unsur-unsur yang terdapat di dalam conto tersebut.bagan susunan alat spectrometer sinar X. (gambar 3.4 hal.3-19). Secara garis besarnya susunan alat sinar X flouresent spektometer dapat dibagi :
a.
Sinar X Generator Merupakan suatu unit yang berfungsi untuk menghasilkan tegangan tinggi
yang stabil
(10-10.000 KV) untuk digunakan pada tabung sinar.X. b.
Spektometer Merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mengspektrumkan pemancaran sinar X flouresensi yang berasal dari conto.
c.
Electronik Circuit Sample Merupakan suatu unit yang berfungsi untuk menghitung dan merekam dideteksi oleh spektometer.
xxviii
sinyal
yang
Tabung Sinar X Kristal Penganalisa
Kolimotor Conto
K oli Celah m ot or
2
K oli m (Gambar 9.10) Skema Susunan alat pendaflour sinar X ot or
9.11. Persentase Perbedaan Kadar Untuk mengetahui Persentase perbedaan kadar dengan cara membandingkan kadar bijih nikel selektive mining dengan kadar bijih nikel recheking pada titik bor yang sama dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Q =
q1 q 2 x 100 % .....................................................................(3.1) q1
Dimana: Q = Persentase Perbedaan kadar q1 = Kadar eksplorasi
q2 = Kadar pr
xxix
Tabel 9.1 Rencana Penyusunan Tugas Akhir II NO
KEGIATAN
1
Tahapan Pengajuan Judul
2
Tahapan Penyusunan
3
Tahapan Bimbingan
4
maju sidang
5
yudisium
BULAN 2019 FEBRUARI MARET APRIL MEI MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
xxx