BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Semua orang tanpa terkecuali pasti akan mengalami proses penuaan. Masa kanak-kanak akan berubah menjadi remaja, kemudian dewasa lantas berangsur masuk ke proses penuaan, yang berarti organ tubuhnya mulai mengalami degenerasi. Tanda-tanda penuaan yaitu mulai timbul garisgaris keriput dan flek hitam diwajah, rambut mulai memutih dan menipis (Wang, A. 2014). Pada umumnya, ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, anak-anakpun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggungjawab yang harus mereka penuhi. Perubahan-perubahan
tersebut
pada
umumnya
mengarah
pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka, sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari (Rahmadani.H, 2018). Lebih lanjut, akibat perubahan morfologis pada otot menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan relaksasi serta kinerja fungsional. Penurunan fungsi dan kekuatan otot
akan
mengakibatkan
kejadian
seperti
penurunan
kemampuan
keseimbangan, hambatan dalam gerak tubuh berdiri, resiko jatuh, penurunan kekuatan otot panggul dan perubahan postur (Pudjiastuti, 2013). Pada lansia, harus yakin akan keamanannya dalam melakukan aktifitas fisik sehingga berani mengikuti latihan fisik yang dianjurkan. Ada kesalahan konsep dalam masyarakat yang menganggap bahwa lansia harus membatasi atau mengurangi aktivitas, tidak boleh berjalan jauh, memakai tongkat dan duduk istrahat dirumah. Justru tidak adanya pergerakan atau kurangnya pergerakan dan aktivitas yang terlalu santai akan mempercepat kemunduran
semua fungsi dan organ lansia. Kondisi terlalu banyak
istrahat dapat menambah atrofi otot, kekakuan sendi terutama tungkai bawah dan menimbulkan keluhan lain seperti sulit buang air besar karena pengerasan tinja dan terjadinya pembengkakan kaki bagian bawah (Santoso, 2009). Lebih lanjut, akibat perubahan morfologis pada otot menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan relaksasi serta kinerja fungsional. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan
mengakibatkan
kejadian
seperti
penurunan
kemampuan
keseimbangan, hambatan dalam gerak tubuh berdiri, resiko jatuh, penurunan kekuatan otot panggul dan perubahan postur (Pudjiastuti, 2013).
Lebih
lanjut,
perbedaan
konsepsi
antara
lansia
maupun
keluarganya, misalnya keluarga melarang atau membatasi lansia untuk keluar rumah maupun pekerjaan-pekerjaan fisik yang dilakukan lansia, dalam konteks ini keluarga sebetulnya bermaksud baik dan sayang kepada lansia tersebut, dengan memosisikan keamanan dan kenyamanan, tetapi bagi lansia mungkin tindakan itu dianggap mengekang dan dapat menimbulkan ketidaknyamanan sehingga lansia merasa bagai hidup dipenjara yang terlalu banyak diatur oleh keluarganya (Panji.D, 2012). Selain itu, faktor yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari pada lansia yaitu kelenturan, keseimbangan dan self afficacy (keberdayagunaan mandiri lansia). Rasa percaya diri untuk dapat melakukan dengan mandiri seorang lansia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas, rasa percaya diri untuk mampu mandiri pada lansia dapat meningkatkan kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, lansia akan merasa mampu dan akan mencoba melakukannya terlebih dahulu secara mandiri. Begitu pula sebaliknya, rendahnya rasa keberdayaan mandiri pada lansia dapat menurunkan kemauan lansia dalam beraktivitas (Ekasari, 2018). Sudah umum diketahui bahwa olahraga merupakan salah satu cara penting untuk menjaga agar tubuh tetap sehat dan segar. Masyarakat kota banyak menbanjiri taman-taman kota untuk berolahraga sambil menghirup udara segar. Olahraga yang dilakukan bermacam-macam ada yang berjalan kaki, jogging, berlari, senam aerobic, dan latihan fisik lainnya. Olahraga
akan meningkatkan semangat hidup, gairah, maupun kebugaran secara keseluruhan (Santoso, 2009). Penurunan fungsi tubuh pada lansia yang dapat mengakibatkan kondisi fisik lansia mengalami perubahan dari waktu kewaktu, seperti penurunan jumlah sel, system pernafasan terganggu, system pendengaran terganggu, system gastrointestinal terganggu, hilangnya jaringan lemak dan kekuatan otot yang dimiliki lansia berkurang dapat mengakiabatkan aktivitas sehari-hari mereka terganggu (Ekasari, 2018). Lebih lanjut, pada lansia yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak, kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan akan menurun. Biasanya proses menua pada otot dan sendi yang mempersulit untuk berjalan harus segera ditangani agar lansia dapat berjalan normal kembali dan dapat kembali aktif bergerak. Tidak adanya pergerakan atau kurangnya pergerakan dan aktivitas yang selalu santai ini mempercepat kemunduran dan semua fungsi kemunduran organ lansia. Jangan biarkan semua fungsi ini berkarat karena lansia hanya tidur, makan dan istrahat sepanjang hari (Santoso, 2009). Salah satu cara mengatasi keterbatasan gerak lansia adalah dengan latihan range of motion, yaitu gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan
oleh
sendi
yang
bersangkutan
dengan
tujuan
yaitu
mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, meransang sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Gerakan dari ROM yaitu fleksi (menekuk persendian), ekstensi
(meluruskan persendian), abduksi (satu anggota tubuh kearah mendekati aksis tubuh), adduksi (menjauhi aksis tubuh), rotasi (gerakan memutar melingkari aksis tubuh), pronasi (memutar kebawah), supinasi (memutar keatas), inverse (gerakan kedalam) dan eversi (gerakan keluar) (Suratun, dkk. 2008). Selain itu, Jenis aktivitas fisik pada lansia meliputi latihan aerobic yang bertujuan meningkatkan kerja jantung dan paru-paru untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen. Latihan selanjutnya yaitu latihan penguatan otot untuk memperkuat dan menyokong otot dan jaringan ikat. Latihan selanjutnya yaitu latihan fleksibilitas dan latihan keseimbangan (Roshma. 2014). Pada tahun 2015 ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun atau lebih, yang terdiri atas 12% dari jumlah populasi global. Pada tahun 2015 dan 2030 jumlah orang berusia 30 tahun atau lebih diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56%, dari 901 juta menjadi 1,4 milyar, dan pada tahun 2050 yaitu mencapai 2,1 milyar (United Nation, 2015). Suatu penelitian yang dilakukan di Negara Inggris dengan jumlah responden 10.255 orang lansia diatas 75 tahun, menunjukkan bahwa (55%) lansia mengalami gangguan fisik berupa arthritis atau gangguan sendi 50% dari responden mengalami keseimbangan berdiri, 45% dari responden mengalami gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat, 35 % pada penglihatan , 35% pada pendengaran , 20 % mengalami kelainan jantung, 20 % ditemukan sesak napas , serta gangguan
miksi/ngompol sebesar 10%, dari beberapa gangguan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan terganggunya atau menurunnya kualitas hidup pada lansia (Foster, 2015) Indonesia termasuk Negara yang memasuki era penduduk berstrujtur lanjut usia, karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Pulau yang mempunyai jumlah penduduk lansia terbanyak (7%) adalah pulau jawa dan bali. Jumlah pendudu lansia tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta jiwa dengan usia harapam hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 dipresiksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan harapan hidup 67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2020 diprediksi sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Menko Kesra, 2008 dalam Makhfudli, E. 2009). Lebih lanjut, jumlah penduduk lansia di provinsi Aceh sebanyak 264,020 orang (5,87%) dari keseluruhan penduduk Aceh. Dari pembagian jenis kelamin jumlah penduduk lansia perempuan sebanyak 147,058 orang dan jumlah penduduk lansia laki-laki 116,962 orang. Penyebaran jauh lebih banyak di perdesaan yaitu sebanyak 203,689 orang dibandingkan dengan perkotaan sebanyak 60,331 orang (Badan Pusat Statistik, 2010). Berdasarkan wawancara awal dari lansia di Panti Jompo Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, dari 10 lansia terdapat 8 lansia yang mengalami gangguan aktivitas fisik seperti sulit berjalan dan 2 lansia lainnya tidak mengatakan tidak mengalami gangguan aktivitas fisik (Wawancara, 3 Maret 2019).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mempelajari dan dijadikan bahan analisa dan membuat membuat penelitian untuk mengetahui Efektivitas latihan Range Of Motion terhadap kekuatan otot pada lansia dipanti Jompo Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen Tahun 2019.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah efektivitas latihan Range Of Motion dengan kekuatan otot pada lansia di Panti Jompo Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2019.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui efektivitas latihan Range Of Motion dengan kekuatan otot pada lansia di Panti Jompo Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2019. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kekuatan otot pada lansia sebelum dilakukan latihan Range Of Motion di Panti Jompo Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2019.
b. Mengetahui kekuatan otot pada lansia sesudah dilakukan latihan Range of motion di Panti Jompo Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2019. c. Mengetahui perbedaan kekuatan otot pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan latihan Range Of Motion di Panti Jompo Tresna Werdha Belai Kasih Bireuen Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pendidikan Untuk menambah wawasan dan pengetahuan para mahasiwa tentang efektivitas Range Of Motion terhadap kekuatan otot 2. Bagi pemerintah Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap upaya dalam mengurangi imobilitas pada lansia 3. Bagi responden Dapat meningkatkan pemahaman serta pengetahuan siswa tentang pentingnya aktivitas fisik bagi tubuh untuk menambah kekuatan otot dan kesehatan.
E. Keaslian Penelitian 1. Pramono (2012), efektivitas latihan ROM (Range Of Motion) terhadap peningkatan kemandirian ADL (Acektivity daily Living) pada lansia
Stroke di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian dengan Quasy Experiment dengan rancangan One Group Protest And Postest Design dan menggunakan uji t-paired. Jumlah populasi
sebanyak
48
responden,
tehnik
sampel
penelitian
menggunakan tehnik purvosif sampling sebanyak 18 orang. Hasil dari penelitian yaitu peningkatan kemandirian activity daily living pada lansia stroke rata-rata dari 5,89 menjadi 11,67 dengan St. Deviasi 1.132 dan hasil uji statistic dengan uji t-paired diperoleh hasil p=0,000 (p<0,05). Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang efektifitas latihan Range Of Motion terhadap kekuatan otot pada lansia. Perbedaan dengan peneliti yaitu tempat penelitian, waktu penelitian, dan jumlah responden. 2. Hentu.dkk (2018). Dengan judul Efektivitas latihan ROM dan bola karet terhadap peningkatan kekuatan mengenggam dan fungsi menggenggam pada pasien stroke di RSUD Sleman. Jenis penelitian kualitatif dengan desain yang digunakan yaitu quasy experiment design with control group, tehnik analisa data pada penelitian ini menggunakan independent T-test, pengambilan sample menggunakan tehnik purposive sampling. Hasil dari penelitian ini yaitu latihan ROM dan gerakan bola karet terbukti efektif dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke yang mengalami kelemahan gerak. Persamaan dengan peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang efektifitas ROM
terhadap kekuatan otot lansia. Perbedaan dengan peneliti yaitu, tempat penelitian, waktu dan responden. 3. Safa’ah (2013). Dengan judul pengaruh latihan Range Of Motion terhadap peningkatan kekuatan otot lanjut usia di UPT pelayanan sosial lanjut usia ( Pasuruan) Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperiment dengan desain One Group Pre Test Desaign, instrument penelitian menggunakan Check List dan lembar observasi, populasi dari penelitian ini yaitu seluruh lansia di UPT. Pelayanan lanjut usia, dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November menggunakan tehnik simple random sampling. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan kekuatan otot lanjut usia di UPT pelayanan sosial lanjut usia dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed) = 0,042 dimana < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang efektivitas ROM terhadap kekuatan otot pada lansia dan sama-sama menggunakan tehnik simple random sampling.