1-7.docx

  • Uploaded by: robbi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1-7.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,513
  • Pages: 49
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Menarche adalah menstruasi yang terjadi pertama kali. Menstruasi merupakan bagian dari siklus bulanan perempuan yang ditandai dengan perdarahan vagina normal. Perdarahan ini terjadi sebagai akibat dari luruhnya endometrium, sehubungan dengan menurunnya kadar progesteron dan estrogen di dalam darah karena tidak terjadinya fertilisasi. Selain merupakan salah satu tanda pubertas, menarche dapat pula menjadi pertanda kesuburan dari perempuan. Menarche terjadi kurang lebih pada usia 12-13 tahun dan dipengaruhi oleh genetik serta lingkungan, sehingga waktu terjadinya, antara perempuan satu dengan yang lainnya tidak selalu sama (Manuaba, I. B. G. dkk., 2007). Membaiknya standar kehidupan berdampak pada penurunan usia menarche ke usia yang lebih muda (menarche dini) (Nagar S, Aimol KR, 2012). Lebih dari satu abad yang lalu, penelitian menyatakan adanya penurunan usia terjadinya menarche yang mengakibatkan perempuan lebih cepat memasuki masa pubertas. Beberapa puluh tahun yang lalu menarche terjadi pada usia 15 tahun, kemudian menurun dan umumnya terjadi rata-rata pada usia 12-13 tahun (Manuaba, I. B. G. dkk., 2007). Wyshak dan Frish dalam penelitiannya menyatakan bahwa beberapa dokumen dari negara-negara di Eropa Utara mencatat bahwa usia menarche, sebuah penanda waktu pubertas yang paling sesuai pada perempuan, menurun dari 16-17 tahun pada abad ke19 menjadi 13 tahun pada pertengahan abad ke-20 (Kapolwitz, 2008). Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa terjadi penurunan dari 14.75 tahun pada 1877 menjadi

1

2

sedikit di bawah 13 tahun pada masa 1950 hingga 1970.. Di Asia seperti Hongkong dan Jepang usia rata-rata menarche remaja putri adalah 12,38 dan 12,2 tahun (Karapanou, O & Padamitrou A, 2010). Sementara menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), di Indonesia usia rata-rata menarche remaja putri adalah 13 tahun dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih lambat sampai 20 tahun. Untuk provinsi Maluku Utara, usia rata-rata menarche remaja putri adalah 13-14 tahun (RISKESDAS, 2010). Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan usia terjadinya menarche ialah status gizi seseorang. Selain sebagai salah satu komponen penilaian kualitas hidup, dikatakan bahwa status gizi perempuan sangat mempengaruhi menarche, baik usia terjadinya maupun keluhan-keluhan selama menarche. Biro FM, dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari seluruh studi yang dilakukan pada perempuan dengan rentang usia 9-18 tahun, perempuan dengan menarche dini memiliki nilai Body Mass Index (BMI) yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang menarche pada usia 12.7 tahun (usia rata-rata terjadinya menarche) (Kaplowitz, 2008). Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa usia menarche di bawah 12 tahun berhubungan dengan risiko terkena kanker payudara, obesitas abdominal, resistensi insulin, penumpukan lemak dalam jaringan adiposa, risiko penyakit kardiovaskular dan hipertensi.5,8,9 (Karapanou, O & Padamitrou A, 2010; Nadina KD, et al., 2009; Cheng G, et al., 2009). Meskipun demikian, belum banyak peneliti yang mengambil sampel data penelitiannya di daerah Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Lamongan. Melihat hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitiannya mengenai hubungan status gizi terhadap menarche, di daerah Lamongan Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang setiap tahunnya mengalami pengembangan. Masyarakat di daerah ini sebagian besar

3

merupakan penduduk asli daerah Lamongan. Dalam data tahun 2010 yang diolah oleh Pudastin Kemenkes RI in out penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun 2014 tercatat sebesar 1.207.295 jiwa, dengan tingkat kepadatan 666 jiwa per km2. Padatnya populasi penduduk turut memengaruhi pesatnya perkembangan dan pertumbuhan berbagai aspek di Kabupaten Lamongan, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan maupun kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari berdirinya berbagai macam lapangan pekerjaan seperti pertanian, kerajinan tangan, industry tanpa migas hingga sektor swasta, beberapa puskesmas dan klinik kesehatan, rumah sakit, sekolah (PAUD-SMA) baik swasta maupun negeri di Kabupaten Lamongan. Dalam data DEPKES tahun 2014 mengenai kondisi kabupaten Lamongan, tercatat sebanyak 4.070 orang dari 12.734 orang di periksa mengalami obesitas. 943 orang di antaranya adalah laki-laki dan 3.127 lainya adalah perempuan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah status gizi mempengaruhi usia menarche. Pada penelitian ini peneliti mengambil data penelitian mengenai hubungan antara status gizi dengan usia menarche siswi kelas VII dari salah satu sekolah menengah pertama, yaitu SMPN 1 Lamongan. Siswi sekolah menengah pertama yang duduk di bangku kelas VII tersebut sengaja dipilih mengingat fakta bahwa rentang usia menarche dewasa ini terus mengalami penurunan dan terjadi rata-rata pada usia 12-13 tahun. Selain itu pemilihan siswi SMP dimaksudkan karena usia siswi SMP kelas VII berada di rentang usia remaja putri mendapatkan menarche pertamanya. SMPN 1 Lamongan juga dipilih karena siswi-siswi yang bersekolah disana berasal dari berbagai macam kalangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan Antara Status Gizi dengan Usia Terjadinya Menarche pada Siswi kelas VII SMPN 1 Lamongan”.

4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu “Apakah ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis adanya hubungan antara status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menganalisis usia rata-rata terjadinya menarche di SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur b. Untuk menganalisis status gizi para siswi SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur c. Untuk menganalisis pengaruh gizi terhadap usia menarche.

D. Manfaat Penelitian a. Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan/pengetahuan tentang hubungan status gizi dengan menarche dini serta faktorfaktor lainnya yang mungkin dapat memengaruhi menarche dini. Sehingga masyarakat lebih memperhatikan kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi,

5

mengingat hal tersebut dapat berpengaruh pada terjadinya menarche dini yang beresiko menimbulkan beberapa penyakit.

b. Peneliti Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya yang menyangkut dengan perubahan dimulainya periode pendewasaan.

c. Instansi Sebagai tambahan data untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan status gizi dan usia menarche. Selain itu juga sebagai tambahan data untuk merancang program-program yang berkaitan dengan masa pubertas, sehingga dapat mencegah implikasi yang disebabkan oleh berubahnya masa pendewasaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Menarche dan Menstruasi 1. Definisi menarche Menarche adalah awal mula dari menstruasi atau pengalaman menstruasi pertama pada perempuan. Menarche merupakan indikator kuat dalam pubertas perempuan dan usia terjadinya menarche dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh-pengaruh ini, yang juga bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan menarche dini. Tanda pubertas pertama pada perempuan adalah pembentukan tunas payudara, permulaan perkembangan payudara. Selanjutnya adalah kemunculan dari rambut pubis dan akhirnya menarche (Nielsen, 2011). Menurut Guyton dan Hall (2012), menstruasi merupakan suatu proses deskuamasi endometrium. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron, terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. 2. Siklus bulanan endometrium dan menstruasi Menurut Guyton dan Hall (2012), ada tiga tahapan dalam siklus bulanan endometrium, yaitu: a. Fase proliferasi (fase estrogen) Pada permulaan setiap siklus seksual bulanan, sebagian besar endometrium telah berdeskuamasi akibat menstruasi. Di bawah pengaruh estrogen, yang disekresi

6

7

dalam jumlah lebih banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Selama satu setengah minggu berikutnya (sebelum terjadi ovulasi), ketebalan endometrium meningkat karena pertambahan jumlah sel stroma, pertumbuhan kelenjar endometrium dan pembuluh darah baru. Pada saat ovulasi ketebalan endometrium 3 sampai 5 milimeter. b. Fase sekretorik (fase progestasional) Setelah ovulasi terjadi, progesteron dan estrogen bersama-sama disekresi dalam jumlah yang besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi sel tambahan pada endometrium selama fase siklus ini, sedangkan progesteron menyebabkan pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik dari endometrium. Kelenjar makin berkelok-kelok, kelebihan substansi sekresi bertumpuk di dalam sel epitel kelenjar, simpanan lipid dan glikogen meningkat, dan suplai darah ke dalam endometrium meningkat sebanding pembuluh darah yang menjadi sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium menjadi 5 sampai 6 milimeter. c. Menstruasi Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon ovarium (estrogen dan progesteron) menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah dan terjadilah menstruasi. 3. Usia menarche Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi dan lain-lain. Di Inggris

8

usia rata-rata untuk mencapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarche dicapai pada usia 18,8 tahun. Usia menarche dapat dipengaruhi oleh stress dan kondisi hidup. Penelitian di Spanyol menunjukkan penurunan waktu terjadinya menarche dari waktu ke waktu. Penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor yang berbeda, tetapi suatu penelitian menyatakan bahwa hal ini mungkin terjadi sebagai akibat dari pencapaian tingkat nutrisi yang optimal pada negara berkembang. Penelitian yang dilakukan di Itali menyatakan bahwa tingkat nutrisi yang optimal ini mengacu kepada hubungan antara Body Mass Index (BMI) pada masa kanak-kanak dan masa dewasa, dan nutrisi jelas memengaruhi BMI. BMI berkorespondensi terhadap persentase lemak tubuh seseorang berdasar pada tinggi dan berat tubuh. Penelitian dari Massachusetts Institute of Technology mengatakan bahwa diperlukan lemak tubuh yang optimal untuk pematangan reproduksi. Sejumlah lemak tubuh diperlukan dan akan mempengaruhi pertumbuhan selama pematangan atau selama pubertas (Nielsen, 2011). 4. Faktor- faktor yang memengaruhi menarche Karapanou dan Papadimitriou (2010) menuliskan bahwa menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Genetik Usia terjadinya menarche dipengaruhi oleh genetik, tetapi genetik spesifik yang mempengaruhi belum dapat diketahui. Pengaruh genetik terhadap menarche diketahui dari sebuah penelitian yang menggunakan usia ibu (maternal) saat mengalami menarche untuk memprediksi usia terjadinya menarche pada anak perempuannya. Dalam kenyataannya, hampir separuh variasi fenotip usia

9

terjadinya menarche di antara gadis-gadis di negara berkembang dipengaruhi oleh faktor genetik. b. Perbedaan etnis atau ras. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perempuan berkulit hitam lebih cepat mengalami menarche dibandingkan perempuan berkulit putih. Body Mass Index (BMI) perempuan berkulit hitam didapatkan lebih tinggi dibandingkan perempuan berkulit putih. c. Usia menarche berhubungan dengan lemak tubuh, nutrisi dan aktivitas fisik. Parameter ukuran tubuh seperti berat badan atau BMI dan tinggi badan, berkaitan erat dengan usia terjadinya menarche. Kadar lemak subkutan dan BMI yang tinggi pada usia prepubertal (5-9 tahun) berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya menarche dini (usia kurang dari 11 tahun). d. Pengaruh lingkungan terhadap menarche Faktor sosioekonomi, tempat tinggal di kota atau desa, pemasukan keluarga, tingkat pendidikan orangtua, acara TV atau bacaan novel yang di latar belakangi kisah percintaan juga dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. 5. Gangguan Pada Menstruasi Perempuan dapat memiliki berbagai masalah atau gangguan pada menstruasi/haid mereka. Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi sama sekali sampai menstruasi berat dan berkepanjangan. Pola haid boleh saja tidak teratur, tetapi jika jarak antar menstruasi kurang dari 21 hari atau lebih dari 3 bulan, atau jika haid berlangsung lebih dari 10 hari maka harus di waspadai adanya masalah ovulasi atau kondisi medis lainnya (Salma,2010).

10 a. Amenore Amenore adalah tidak ada menstruasi. Istilah ini digunakan untuk perempuan yang belum mulai menstruasi setelah usia 15 tahun (amenore primer) dan yang berhenti menstruasi selama 3 bulan, padahal sebelumnya pernah menstruasi (amenore sekunder). Amenore primer biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau masalah pertumbuhan. Amenore sekunder dapat disebabkan oleh rendahnya hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus haid), menyusui, stres, anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrem, gangguan tiroid, olahraga berat, pil KB, kista ovarium dan masalah organ reproduksi lainnya. Pada usia remaja dan tengah baya, amenore tidak selalu menunjukkan gangguan. Menstruasi cenderung sangat tidak teratur pada beberapa tahun pertama menstruasi dan dapat menjadi tidak teratur lagi saat seorang wanita mendekati menopause.

b. Sindrom Pramenstruasi (SPM) Sindrom pramenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala fisik, emosi, dan perilaku yang umumnya terjadi pada minggu terakhir fase luteal (seminggu sebelum haid). Gejala biasanya tidak dimulai sampai 13 hari sebelum siklus, dan selesai dalam waktu 4 hari setelah perdarahan dimulai. SPM mempengaruhi sebanyak 75% wanita. Beberapa gejala SPM yang sering dirasakan:



Kram perut



Nyeri payudara



Depresi, mudah tersinggung, murung dan emosi labil (mood swing)



Tidak tertarik seks (libido menurun)



Jerawat berkala



Perut kembung



Sakit kepala atau sakit persendian

11



Sulit tidur



Sulit buang air besar (BAB)

Sebagian besar wanita yang menderita SPM hanya mengalami beberapa dari gejala di atas. Ketika gejala SPM sangat parah, kondisinya disebut gangguan pramenstruasi disforik (pre-menstrual dysphoric disorder). Sekitar tujuh persen wanita mengalaminya (sumber: MayoClinic). Penyebab SPM tidak diketahui dengan pasti. Namun, ada teori tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan sindrom. Gejala tampaknya berubah mengikuti fluktuasi hormon, yang menunjukkan bahwa siklus perubahan hormon dapat menjadi penyebab utamanya. Perubahan kadar serotonin, suatu neurotransmitter

yang

terlibat

dalam pengendalian

mood, juga

dapat

menyebabkan SPM. Aspek-aspek tertentu dari diet seperti rendahnya tingkat vitamin dan mineral juga dapat bertanggung jawab atas beberapa gejala SPM. Makanan asin dapat menyebabkan SPM dengan meningkatkan retensi air.

c. Dismenore Dismenore adalah menstruasi menyakitkan. Nyeri menstruasi terjadi di perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bawah dan paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam. Dismenore yang dialami remaja umumnya bukan karena penyakit (dismenore primer). Pada wanita lebih tua, dismenore dapat disebabkan oleh kondisi/penyakit tertentu

(dismenore sekunder),

seperti

fibroid

uterus,

radang

panggul,

endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen dan naproxen. Berolah raga,

12 kompres dengan botol air panas, dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit. Bila nyeri menstruasi tidak hilang dengan obat pereda nyeri, maka kemungkinan merupakan dismenore sekunder yang disebabkan penyakit/kondisi tertentu.

d. Menoragia Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan menstruasi yang berlebihan.

Dalam

satu

siklus

menstruasi

normal,

perempuan

rata-

rata kehilangan sekitar 30 ml darah selama sekitar 7 hari haid. Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras (melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia. Penyebab utama menoragia adalah ketidakseimbangan jumlah estrogen dan progesteron

dalam

tubuh.

Ketidakseimbangan

tersebut menyebabkan

endometrium terus terbentuk. Ketika tubuh membuang endometrium melalui menstruasi, perdarahan menjadi parah. Menoragia juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid, penyakit darah, dan peradangan/infeksi pada vagina atau leher rahim.

e. Perdarahan Abnormal Perdarahan vagina abnormal (di luar menstruasi ) antara lain:



Pendarahan di antara periode menstruasi



Pendarahan setelah berhubungan seks



Perdarahan setelah menopause

Perdarahan

abnormal

disebabkan

banyak hal. Dokter

Anda

mungkin

memulai dengan memeriksa masalah yang paling umum dalam kelompok usia Anda. Masalah serius seperti fibroid uterus, polip, atau bahkan kanker dapat menjadi sebab perdarahan abnormal.

13

B. Status Gizi 1. Status gizi dan hubungannya dengan usia menarche Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara gizi kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009). Al-Awadhi, Nora et al (2013) dalam penelitiannya tentang menarche dan hubungannnya dengan body mass index, menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kelebihan berat badan dan obesitas dengan usia awal terjadinya menarche. Hal ini menunjukkan bahawa status gizi memiliki hubungan dengan usia menarche. Penelitian lain yang dilakukan di Korea oleh Oh, Chang-Mo et al (2012) menyatakan bahwa peningkatan nilai indeks masa tubuh (khususnya yang mencapai obesitas) sebelum menarche dapat menyebabkan menarche dini. Di Indonesia, khususnya Medan, penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan usia terjadinya menarche, dimana perempuan yang obesitas cenderung mengalami menarche dini (Olivia, Dina et al, 2012).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi a. Asupan Makanan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amare, Bemnet, dkk (2012), ditemukan bahwa orang-orang dengan asupan makanan yang rendah memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit akibat kurangnya nutrisi. b. Tingkat pendidikan orang tua Orangtua terutama ibu, memainkan peran yang penting dalam penyediaan makanan untuk dikonsumsi sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Makoka, Donald (2013) menunjukkan bahwa jumlah anak dengan status gizi kurang (bertubuh pendek, berat badan kurang) secara signifikan menurun dengan meningkatnya tingkat pendidikan ibu.

14

c. Tingkat pendapatan keluarga Burchi, Francesco (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kekayaan rumah tangga memainkan peranan sentral dalam meningkatkan status gizi anak: memiliki sumber daya ekonomi yang lebih memungkinkan keluarga untuk membeli makanan dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih berkualitas, akses pelayanan kesehatan menjadi lebih mudah, dan memiliki rumah dengan sistem air bersih. d. Adat istiadat Etnis digunakan untuk mengelompokkan populasi berdasarkan karakteristik kebudayaan (adat istiadat), seperti bahasa, keturunan, tradisi kepercayaan, pilihan menu makan dan sejarah (Caprio, Sonia, dkk, 2008). Budaya diyakini berkontribusi dalam perbedaan obesitas pada masa kanak-kanak lewat berbagai cara. Budaya mempengaruhi praktik pengasuhan anak dalam hal keyakinan, nilai, dan perilaku yang berkaitan dengan makanan yang berbeda. Sebagai contoh, para imigran Hmong di California yakin bahwa satu-satunya makanan yang sehat adalah makanan yang segar/baru, sedangkan makanan beku atau kalengan tidak. Mengonsumsi makanan tradisional dengan keluarga dapat mengurangi resiko obesitas pada beberapa anak (contohnya, orang Asia), sedangkan hal ini mungkin dapat meningkatkan resiko obesitas pada anak lainnya, contohnya pada orang Afrika-Amerika (Caprio, Sonia, dkk, 2008). 3. Indeks masa tubuh (IMT) 1)

Pengertian Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT adalah suatu cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa. Berat badan yang kurang lebih beresiko terserang penyakit infeksi. Berat badan yang berlebihan beresiko terserang penyakit Degenerative (Iswanto, 2007).

15

2) Rumus Menghitung IMT Untuk menghitung IMT perlu mengukur berat badan dan tinggi badan. Untuk itu gunakan alat timbangan dan pengukur tinggi badan. Berat badan dinyatakan dalam satuan meter. Data tinggi badan kemudian dikuadratkan. Rumus : Berat badan (kg) IMT =- -------------------------------------------Tinggi badan2(meter) Nilai IMT menunjukan berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk yang berumur lebih dari 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan (Iswanto, 2007).

16

Tabel II.1 kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Umur 0-60 Bulan Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Anak Umur 0-60 Bulan Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak Umur 0-60 Bulan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 0-60 Bulan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 Tahun

Kategori Status Gizi Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Sangat Pendek Pendek Normal

< -3 SD -3 SD sampai dengan < - 2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD < -3 SD -3 SD sampai dengan < -2SD -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi

> 2 SD

Sangat Kurus Kurus Normal

< -3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk

> 2 SD

Kurus Normal Gemuk Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas

-3 SD sampai denga < -2 SD -2 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD < - 3 SD -3 SD sampai dengan < -2 SD -2 SD sampai dengan 1 SD > 1 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD

Ambang Batas (Z-Score)

(Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, 2010)

17

Tabel II. 2 standar indeks masa tubuh menurut umur Umur Tahun Bulan 9 0 9 1 9 2 9 3 9 4 9 5 9 6 9 7 9 8 9 9 9 10 9 11 10 0 10 1 10 2 10 3 10 4 10 5 10 6 10 7 10 8 10 9 10 10 10 11

-3 SD 12.1 12.1 12.1 12.2 12.2 12.2 12.2 12.3 12.3 12.3 12.3 12.4 12.4 12.4 12.4 12.5 12.5 12.5 12.5 12.6 12.6 12.6 12.7 12.7

-2 SD 13.1 13.2 13.2 13.2 13.2 13.3 13.3 13.3 13.4 13.4 13.4 13.4 13.5 13.5 13.5 13.6 13.6 13.6 13.7 13.7 13.7 13.8 13.8 13.8

Indeks Masa Tubuh (IMT) -1 SD Median 1 SD 14.4 16.1 18.3 14.5 16.1 18.4 14.5 16.2 18.4 14.5 16.2 18.5 14.6 16.3 18.6 14.6 16.3 18.6 14.6 16.3 18.7 14.7 16.4 18.7 14.7 16.4 18.8 14.7 16.5 18.8 14.8 16.5 18.9 14.8 16.6 19.0 14.8 16.6 19.0 14.9 16.7 19.1 14.9 16.7 19.2 15.0 16.8 19.2 15.0 16.8 19.3 15.0 16.9 19.4 15.1 16.9 19.4 15.1 17.0 19.5 15.2 17.0 19.6 15.2 17.1 19.6 15.3 17.1 19.7 15.3 17.2 19.8

2 SD 21.5 21.6 21.7 21.8 21.9 21.9 22.0 22.1 22.2 22.3 22.4 22.5 22.6 22.7 2.8 22.8 22.9 23.0 23.1 23.2 23.3 23.4 23.5 23.6

3 SD 26.6 26.7 26.8 27.0 27.2 27.3 27.5 27.6 27.8 27.9 28.1 28.2 28.4 28.5 28.7 28.8 29.0 29.1 29.3 29.4 29.6 29.7 29.9 30.0

(Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, 2010)

18

Tabel II. 3 standar indeks masa tubuh menurut umur. Umur Tahun Bulan 11 0 11 1 11 2 11 3 11 4 11 5 11 6 11 7 11 8 11 9 11 10 11 11 12 0 12 1 12 2 12 3 12 4 12 5 12 6 12 7 12 8 12 9 12 10 12 11

-3 SD 12.7 12.8 12.8 12.8 12.9 12.9 12.9 13.0 13.0 13.0 13.1 13.1 13.2 13.2 13.2 13.3 13.3 13.3 13.4 13.4 13.5 13.5 13.5 13.6

-2 SD 13.9 13.9 14.0 14.0 14.0 14.1 14.1 14.2 14.2 14.3 14.3 14.3 14.4 14.4 14.5 14.5 14.6 14.6 14.7 14.7 14.8 14.8 14.8 14.9

Indeks Masa Tubuh (IMT) -1 SD Median 1 SD 15.3 17.2 19.9 15.4 17.3 19.9 15.4 17.4 20.0 15.5 17.4 20.1 15.5 17.5 20.2 15.6 17.5 20.2 15.6 17.6 20.3 15.7 17.7 20.4 15.7 17.7 20.5 15.8 17.8 20.6 15.8 17.9 20.6 15.9 17.9 20.7 16.0 18.0 20.8 16.0 18.1 20.9 16.1 18.1 21.0 16.1 18.2 21.1 16.2 18.3 21.1 16.2 18.3 21.2 16.3 18.4 21.3 16.3 18.5 21.4 16.4 18.5 21.5 16.4 18.6 21.6 16.5 18.7 21.6 16.6 18.7 21.7

2 SD 23.7 23.8 23.9 24.0 24.1 24.2 24.3 24.4 24.5 24.7 24.8 24.9 25.0 25.1 25.2 25.3 25.4 25.5 25.6 25.7 25.8 25.9 26.0 26.1

3 SD 30.2 30.2 30.5 30.6 30.8 30.9 31.1 31.2 31.4 31.5 31.6 31.8 31.9 32.0 32.2 32.3 32.4 32.6 32.7 32.8 33.0 33.1 33.2 33.3

(Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, 2010)

19

Tabel II. 4 standar indeks masa tubuh menurut umur. Umur Tahun Bulan 13 0 13 1 13 2 13 3 13 4 13 5 13 6 13 7 13 8 13 9 13 10 13 11 14 0 14 1 14 2 14 3 14 4 14 5 14 6 14 7 14 8 14 9 14 10 14 11

-3 SD 13.6 13.6 13.7 13.7 13.8 13.8 13.8 13.9 13.9 13.9 14.0 14.0 14.0 14.1 14.1 14.1 14.1 14.2 14.2 14.2 14.3 14.3 14.3 14.3

-2 SD 14.9 15.0 15.0 15.1 15.1 15.2 15.2 15.2 15.3 15.3 15.4 15.4 15.4 15.5 15.5 15.6 15.6 15.6 15.7 15.7 15.7 15.8 15.8 15.8

Indeks Masa Tubuh (IMT) -1 SD Median 1 SD 16.6 18.8 21.8 16.7 18.9 21.9 16.7 18.9 22.0 16.8 19.0 22.0 16.8 19.1 22.1 16.9 19.1 22.2 16.9 19.2 22.3 17.0 19.3 22.4 17.0 19.3 22.4 17.1 19.4 22.5 17.1 19.4 22.6 17.2 19.5 22.7 17.2 19.6 22.7 17.3 19.6 22.8 17.3 19.7 22.9 17.4 19.7 22.9 17.4 19.8 23.0 17.5 19.9 23.1 17.5 19.9 23.1 17.6 20.0 23.2 17.6 20.0 23.3 17.6 20.1 23.3 17.7 20.1 23.4 17.7 20.2 23.5

2 SD 26.2 26.3 26.4 26.5 26.6 26.7 26.8 26.9 27.0 27.1 27.1 27.2 27.3 27.4 27.5 27.6 27.7 27.7 27.8 27.9 28.0 28.0 28.1 28.2

3 SD 33.4 33.6 33.7 33.8 33.9 34.0 34.1 34.2 34.3 34.4 34.5 34.6 34.7 34.7 34.8 34.9 35.0 35.1 35.1 35.2 35.3 35.4 35.4 35.5

(Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, 2010)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konsep FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI STATUS GIZI -

Tingkat penghasilan keluarga Tingkat pendidikan orang tua Asupan makanan Adat istiadat dan agama

STATUS GIZI

GENETIK

(Yang dinilai menggunakan Indeks Masa Tubuh/IMT/BMI, dengan mengukur berat badan dibagi tinggi badan yang dikuadratkan)

USIA MENARCHE 

ACARA TELEVISI/FILM, MAJALAH, NOVEL (Mengandung hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas)



Menarche pada usia ≥ 12 ,96 tahun. Menarche pada usia < 12,96 tahun.

AKTIVITAS OLAHRAGA

ETNIS/RAS

Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti

Gambar III.1 Skema Kerangka Konsep

20

21

Dari skema kerangka konsep di atas, dapat dilihat bahwa usia menarche (dependent variabel) dapat dipengaruhi oleh status gizi (independent variabel), aktivitas olahraga, acara televisi/film, bahan bacaan berupa majalah atau novel yang mengandung hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas, genetik serta etnis dan ras. Status gizi sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Asupan makanan Macro nutrient maupun micro nutrient yang terkandung di dalam makanan memengaruhi status gizi seseorang. 2. Tingkat penghasilan keluarga Tingkat penghasilan keluarga secara tidak langsung, menunjukkan kemampuan keluarga dalam mencukupi kebutuhan gizi masing-masing anggota keluarganya. 3. Tingkat pendidikan orangtua Orangtua, khususnya ibu, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, cenderung lebih banyak memiliki pengetahuan tentang status gizi yang baik dan penting untuk dikonsumsi sehari-hari. 4. Adat istiadat dan agama Pantangan maupun kecenderungan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu dalam suatu adat istiadat atau agama dapat memengaruhi status gizi seseorang.

22

5. Olahraga Olahraga dapat mempengaruhi berat badan seseorang secara tidak langsung, dan oleh karenya aktivitas olahraga turut memengaruhi status gizi yang diukur dengan indeks massa tubuh secara tidak langsung. Status gizi seseorang, dapat mempercepat maupun memperlambat pembentukan hormon-hormon di dalam tubuh, seperti estrogen yang nantinya turut mempengaruhi menarche. Oleh karena itu, variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah status gizi (independent variabel) dan usia menarche (dependent variabel). B. Hipotesis Penelitian Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian analitik observational, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan menarche pada siswi kelas VII SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square dilanjutkan dengan uji Fisher’s Exact Test. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur, yang telah mengalami menarche, berjumlah 205 orang.

23

24

2. Sampel Sampel penelitian ini adalah para siswi kelas VII SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur. a.

Besar sampel Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus dari Slovin (Sevilla et. al., 1960:182) yaitu :

n =

𝑁 1+𝑁 (𝑒)2

Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%. maka perhitungannya adalah :

n = =

𝑁 1+𝑁 (𝑒)2 205 1+205 (0,10)2

= 67 orang b. Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Hidayat, 2017).

25

3. Kriteria inklusi dan eksklusi a. Kriteria inklusi : - Umur 11-13 tahun b. Kriteria eksklusi: - Responden mengundurkan diri saat penelitian. - Responden yang sedang mengalami gangguan menstruasi (amenore, sindrom pra menstruasi, dismenore, menoragia)

D. Variabel Penelitian 1. Variabel terikat (dependent) Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah usia terjadinya menarche pada siswi-siswi kelas VII SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur. 2. Variabel bebas (independent) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status gizi para siswi SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur kelas VII, yang diukur melalui Indeks Masa Tubuh (IMT) yang dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter) yang dikuadratkan. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Usia menarche a. Definisi

: Adalah usia terjadinya menstruasi (dalam tahun) yang pertama kali pada perempuan.

b. Kategori

: < 12 tahun dan ≥ 12 tahun

c. Skala

: Nominal

26

2. Pengukuran status gizi menggunakan indeks masa tubuh (IMT) a. Definisi : Pengukuran status gizi menggunakan IMT atau Indeks Masa Tubuh dapat dilakukan dengan menghitung berat badan (kg) / tinggi badan (m) yang dikuadratkan, dan diukur sampai 1 angka di belakang koma. b. Kategori : Gemuk dan normal c. Skala

: Nominal

3. Usia responden a. Definisi

: Adalah usia responden saat dilakukannya proses pengambilan data pada waktu penelitian.

b. Kategori

: 11 tahun ─ 13 tahun

c. Skala

: Ordinal

4. Aktivitas olahraga a. Definisi

: Kegiatan

b. Kategori

: 1-2 kali/minggu, 3 kali/minggu, dan ≥ 4 kali/minggu

c. Skala

: Ordinal

5. Tingkat pendidikan ibu a. Definisi

: Jenjang pendidikan terakhir (tertinggi) yang telah selesai ditempuh oleh ibu.

b. Kategori

: SD sederajat, SMP sederajat, SMA sederajat, dan akademi/perguruan tinggi.

c. Skala

: Ordinal

27

6. Tingkat penghasilan keluarga a. Definisi

: total penghasilan yang diperoleh sebuah keluarga dalam satu bulan.

b. Kategori

: < Rp 1.000.00,- ─ Rp 1.999.999,- ; Rp 2.000.000,- ─ Rp 4.000.000,- dan > Rp 4.000.000,-

c. Skala

: Ordinal

7. Asupan Makanan a. Asupan karbohidrat a) Definisi

: Kekerapan responden dalam mengonsumsi karbohidrat tiap minggunya.

b) Kategori

: 3x/hari, 2x/hari, 1x/hari, 4-5x/minggu, 2-3x/minggu, 1x/minggu

c) Skala

: Ordinal

b. Asupan sayur-buah a) Definisi

: Kekerapan responden dalam mengonsumsi sayur dan buah tiap minggunya.

b) Kategori

: 3x/hari, 2x/hari, 1x/hari, 4-5x/minggu, 2-3x/minggu, 1x/minggu.

c) Skala

: Ordinal

c. Asupan lauk-pauk a) Definisi

: Kekerapan responden mengonsumsi lauk-pauk tiap minggunya.

b) Kategori

: 3x/hari, 2x/hari, 1x/hari, 4-5x/minggu, 2-3x/minggu, 1x/minggu.

c) Skala

: Ordinal

28

d. Asupan susu a) Definisi

: Kekerapan responden dalam mengonsumsi susu tiap minggunya.

b) Kategori

: 3x/hari, 2x/hari, 1x/hari, 4-5x/minggu, 2-3x/minggu, 1x/minggu.

c) Skala

: Ordinal

8. Konsumsi makanan cepat saji a. Definisi

: Jumlah kekerapan konsumsi makanan cepat saji dalam satu bulan

b. Kategori

: Tidak pernah, 1-2 kali, 3-4 kali, dan lebih dari 4 kali

c. Skala

: Ordinal

9. Pantangan konsumsi jenis makanan tertentu a. Definisi

: Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu karena mematuhi adat istiadat.

b. Kategori

: Ada atau tidaknya pantangan serta jenis makanan yang menjadi pantangan (daging atau sayur, buah)

c. Skala

: Nominal

10. Keterpaparan terhadap media massa a. Definisi

: Keterpaparan seseorang terhadap media massa, baik melalui acara televisi maupun buku bacaan yang dilatar belakangi kisah percintaan.

b. Kategori

: Dilatar belakangi kisah percintaan dan tidak dilatar belakangi kisah percintaan.

c. Skala

: Nominal

29

F. Prosedur Penelitian atau Pengumpulan Data 1. Langkah dan teknik pengumpulan data/ prosedur a. Responden diberi penjelasan tentang menarche dan hubungannya dengan status gizi. b. Responden mengisi inform consent. c. Responden mengisi kuesioner. d. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden sebelum melakukan pengukuran

status gizi.

e. Mengukur berat badan responden menggunakan timbangan injak. f. Mengukur tinggi badan responden menggunakan microtoise staturmeter. g. Menghitung status gizi (IMT) responden menggunakan rumus: 𝐵𝐵 (𝑇𝐵)2 Keterangan: BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (m) h. Menilai status gizi (Indeks Masa Tubuh/IMT) responden menggunakan tabel standar IMT. i. Mengolah data menggunakan uji chi-square j. Kesimpulan 2. Kualifikasi dan jumlah petugas Jumlah petugas 1 orang, yaitu peneliti.

30

3. Jadwal pengumpulan data Agustus 1

2

September 3

4

1

2

3

4

Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data

4. Bahan/alat/instrument yang digunakan a. Lembar kuesioner. b. Timbangan injak digital. c. Microtoise staturmeter. 5. Metode/teknik pengolahan data a. Pengumpulan data Data primer : Diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner serta diperoleh melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan menggunakan timbangan injak digital dan microtoise staturmeter. b. Pengolahan data Data primer yang telah dikumpulkan di SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur, kemudian diolah ke dalam bentuk tabel. Uji statistik menggunakan Uji Chi Square dilanjutkan dengan uji korelasi Fisher’s Exact Test.

31

G. Analisis Data 1. Pengolahan data Pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputer, yaitu dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara status gizi dengan usia awal terjadinya menarche, sehingga analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi Square dilanjutkan dengan Uji Fisher’s Exact Test. Uji Chi Square digunakan untuk menentukan beda dengan ketentuan: a. Data kualitatif/semikuantitatif : nominal/ordinal. Dalam penelitian ini, jenis data nominal digunakan untuk usia menarche, yang dibedakan menjadi dibawah 12 tahun dan sama dengan atau diatas 12 tahun. Status gizi merupakan data ordinal yang dibedakan menjadi status gizi kategori normal dan gemuk. b. Asumsi sampel berasal dari populasi yang sama. Uji Fisher’s Exact Test digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel apabila pada uji Chi Square ditemukan tabel yang nilainya kurang dari 5 atau sel yang nilainya 0.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Lamongan, Jawa Timur pada bulan Agustus 2017.

B. Karakteristik Responden Dari 67 responden dapat dideskripsikan karakteristiknya sebagai berikut: 1. Usia Tabel V.1 : Distribusi Responden Menurut Usia Usia

Frekuensi

Persentase (%)

11-<12 tahun

1

1.5

12-<13 tahun

5

7.5

13-<14 tahun

50

74.6

14 tahun

11

16.4

67

100

Total Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia antara 13-<14 tahun yaitu sebanyak 50 orang (74,6%). Hanya 1 orang (1,5%) responden yang berusia antara 11-<12 tahun.

32

33

2. Usia Menarche Tabel V.2 : Distribusi Responden Menurut Usia Menarche Usia Menarche

Frekuensi

Persentase (%)

10-<11 tahun

1

1.5

11-<12 tahun

11

16.4

12-<13 tahun

39

58.2

13-<14 tahun

16

23.9

67

100

Total Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mengalami menarche pada usia 12-<13 tahun yaitu sebanyak 39 orang (58,2%). Hanya 1 orang (1.5%) responden yang mengalami menarche di usia 10-<11 tahun.

3.

Status Gizi Tabel V.3 : Distribusi Responden Menurut Status Gizi Status Gizi

Frekuensi

Persentase (%)

Sangat Kurus

2

3.0

Normal

54

80.6

Gemuk

10

14.9

Obesitas

1

1.5

67

100

Total Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki status gizi dengan kategori normal yaitu sebanyak 54 orang (80.6%) Hanya 1 orang (1.5%) responden yang memiliki status gizi dengan kategori obesitas.

34

4.

Aktivitas Tabel V.4 : Distribusi Responden Menurut Aktivitas Aktivitas

Frekuensi

Persentase (%)

Tidak pernah/ Jarang

24

35.8

1-3 kali/minggu

43

64.2

Total

67

100.0

Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam melakukan aktivitasnya minimal 1-3 kali/minggu yaitu sebanyak 43 orang (64,2%). Hanya 24 orang (35.8%) responden yang tidak pernah/ jarang beraktivitas.

5.

Pendidikan Ibu Tabel V.5 : Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Pendidikan Ibu

Frekuensi

Persentase (%)

SMP sederajat

6

9.0

SMA sederajat

31

46.3

Akademi/Perguruan tinggi

30

44.8

Total

67

100.0

Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu responden berpendidikan setingkat SMA sederajat yaitu sebanyak 31 orang (46,3%). Hanya 6 ibu (9,0%) responden yang berpendidikan setingkat SMP sederajat.

35

6.

Penghasilan Keluarga Tabel V.6 : Distribusi Responden Menurut Penghasilan Keluarga Penghasilan Keluarga

Frekuensi

Persentase (%)

< 1.000.000-1.999.999 2.000.000-4.000.000

13

19.4

39

58.2

> 4.000.000

15 67

22.4 100.0

Total Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki keluarga dengan tingkat penghasilan rata-rata 2.000.000-4.000.000. Hanya 13 orang (19,4%) responden yang memiliki keluarga dengan tingkat penghasilan rata-rata < 1.000.000-1.999.999. 7.

Asupan Makanan Tabel V.7.1 : Distribusi Responden Menurut Asupan Karbohidrat Asupan Karbohidrat

Frekuensi

Persentase (%)

3x/hari

42

62.68

2x/hari

20

29.85

1x/hari

5

7.4

Total

67

100.0

Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi karbohidrat 3x/hari yaitu sebanyak 42 orang (62,8%). Hanya 5 orang (7,4%) responden yang mengkonsumsi 1x/hari.

36

Tabel V.7.2 : Distribusi Responden Menurut Asupan Sayur dan Buah Asupan sayur & buah

Frekuensi

Persentase (%)

3x/hari

19

28.35

2x/hari

32

47.76

1x/hari

12

17.9

4-5x/minggu

3

4.47

1x/minggu

4

5.97

Total

67

100.0

Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi sayur dan buah 2x/hari yaitu sebanyak 32 orang (47.76%). Hanya 3 orang (4.47%) responden yang mengkonsumsi 4-5x/minggu.

Tabel V.7.3 : Distribusi Responden Menurut Asupan Lauk Pauk Asupan lauk pauk

Frekuensi

Persentase (%)

3x/hari

29

43.28

2x/hari

25

37.31

1x/hari

9

13.43

2-3x/minggu

4

5.9

Total

67

100.0

Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi lauk pauk 3x/hari yaitu sebanyak 29 orang (43.28%). Hanya 4 orang (5.9%) responden yang mengkonsumsi 2-3x/minggu.

37

Tabel V.7.4 : Distribusi Responden Menurut Asupan Susu Asupan susu

Frekuensi

Persentase (%)

3x/hari

6

8.9

2x/hari

9

13.4

1x/hari

33

49.25

4-5x/minggu

5

7.46

2-3x/minggu

6

8.9

1x/minggu

8

11.94

Total

67

100.0

Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi susu 1x/hari yaitu sebanyak 33 orang (49.25%). Hanya 5 orang (7.46%) responden yang mengkonsumsi 4-5x/minggu. 8.

Fast Food Tabel V.8 : Distribusi Responden Menurut Fast Food Fast Food

Frekuensi

Persentase (%)

Tidak pernah

2

3.0

1-2 kali seminggu

45

67.2

3-4 kali seminggu

16

23.9

> 4 kali seminggu

4

6.0

67

100

Total Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam mengkonsumsi fast food ± 1-2 kali dalam seminggu yaitu sebanyak 45 orang (67,2%). Hanya 2 orang (3,0%) responden yang tidak pernah mengkonsumsi fast food.

38

9.

KTMM (Keterpaparan Terhadap Media Massa) Tabel V.9 : Distribusi Responden Menurut KTMM KTMM

Frekuensi

Persentase (%)

1-2 jam

40

59.7

3-4 jam

21

31.3

> 4 jam

6

9.0

Total

67

100.0

Sumber: Hasil Survei, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dalam kaitannya dengan KTMM paling banyak sekitar 1-2 jam yaitu sebesar 40 orang (59,7%) hanya 6 orang (9,0%) responden yang terpapar media massa lebih dari 4 jam.

C. Hasil Uji Statistik Setelah diketahui karakteristik masing – masing variabel (univariat) dapat diteruskan dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian menggunakan uji chi square (X2) dengan bantuan program SPSS versi 16.0.

39

Tabel V.10: Hubungan status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan Jawa Timur Usia Menarche

Status gizi

10-<11 tahun 11-<12 tahun 12-<13 tahun

Sangat Count kurus % of Total

2

0

0

2

.0%

100.0%

.0%

.0%

100.0%

1

8

32

13

54

1.9%

14.8%

59.3%

24.1%

100.0%

0

1

6

3

10

.0%

10.0%

60.0%

30.0%

100.0%

0

0

1

0

1

.0%

.0%

100.0%

.0%

100.0%

1

11

39

16

67

1.5%

16.4%

58.2%

23.9%

100.0%

Gemuk Count % of Total Obesita Count s % of Total Total Count % of Total

Total

0

Normal Count % of Total

13-<14 tahun

Chi square (X2)

11,605

Signifikansi

0,237

Sumber: Hasil Survei, 2017

a.

Hipotesis H0 : Tidak ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan Jawa Timur H1 : Ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan Jawa Timur

b.

Syarat penolakan dan penerimaan H0 H0 ditolak dan H1 diterima apabila P < 0,05 (α = 0,05) H0 diterima dan H1 ditolak apabila P > 0,05 (α = 0,05)

c.

Kesimpulan Dari hasil analisis Tabel V.10 dengan metode chi-square diperoleh nilai P = 0,237 (> 0,05) berarti H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara status gizi

dengan

usia

menarche

di

SMPN

1

Lamongan

Jawa

Timur.

BAB VI PEMBAHASAN

Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja ditengah pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche merupakan suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut di pubis dan aksila, serta distribusi lemak pada daerah pinggul. Faktorfaktor yang mempengaruhi usia menarche di antaranya adalah status gizi, sosial ekonomi, kelainan fisik, audio visual, lingkungan sosial dan genetik (Proverawati dan Misaroh, 2009). Rata-rata usia menarche juga bisa dijadikan patokan untuk menentukan abnormalitas dalam menarche. Seseorang dikatakan mengalami pubertas prekoks (lebih cepat dari normal) apabila menarche terjadi di bawah usia 8 tahun dan mengalami pubertas tarda (terlambat) bila menarche terjadi di atas usia 18 tahun, keadaan tersebut merupakan keadaan patologis akibat gangguan aksis hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Usia menarche yang terus menurun bisa jadi patokan usia untuk pubertas patologis juga perlu mengalami penyesuaian (UcheNwachi et al, 2007) Berdasarkan tabel V.2 diketahui sebagian besar responden dalam penelitian ini mengalami menarche pada usia 12-<13 tahun yaitu sebanyak 39 orang (58,2%). Hanya 1 orang (1.5%) responden yang mengalami menarche di usia <11 tahun. Usia seorang anak perempuan mendapatkan menarche sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor, di antaranya faktor keturunan, kesehatan gizi, dan keadaan umum (Sukarni dan Wahyu, 2013). Di Indonesia usia remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10 hingga 16 tahun dan rata-rata menarche pada usia 12,5 tahun (Prawirohardjo, 2009). Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki status gizi dengan kategori normal yaitu sebanyak 54 orang (80.6%) Hanya 1 orang (1.5%)

40

41

responden yang memiliki status gizi dengan kategori obesitas (Tabel V.3). Penelitian Arisman (2010) menyebutkan remaja termasuk kelompok yang rentan gizi. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan.Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatnya kebutuhan energi dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas. Berdasarkan tabel V.4 diketahui sebagian besar responden dalam melakukan aktivitasnya minimal 1-3 kali/minggu yaitu sebanyak 43 orang (64,2%). Hanya 24 orang (35.8%) responden yang tidak pernah/ jarang beraktivitas. Selain status gizi, Saraswati (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa aktivitas fisik juga mempengaruhi usia menarche. Berdasarkan tabel V.8 diketahui sebagian besar responden dalam mengkonsumsi fast food ± 1-2 kali dalam seminggu yaitu sebanyak 45 orang (67,2%). Hanya 2 orang (3,0%) responden yang tidak pernah mengkonsumsi fast food. Ahli gizi mengungkapkan kebiasaan mengkonsumsi makanan fast food yang berlebihan kurang baik. Konsumsi fast food yang baik jika frekwensinya 1 kali dalam seminggu, jika lebih dari itu dikatakan tidak baik. Konsumsi yang tinggi terhadap fast food (makanan sip saji) dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan karena kandungan dari fast food tersebut. (Zulfa, 2011). Kelebihan konsumsi karbohidrat dan lemak juga dapat memicu terjadinya menstruasi (menarche) dini akibat kelebihan berat badan (obesitas). Penelitian yang dilakukan Dr. Rajalaksmi Laksmana dari Universitas Cambridge menyatakan sebagian besar kasus menstruasi dini berkaitan dengan jumlah lemak di dalam tubuh perempuan.

42

Diketahui dari hasil penelitian responden dalam kaitannya dengan keterpaparan terhadap media massa paling banyak sekitar 1-2 jam yaitu sebesar 40 orang (59,7%) hanya 6 orang (9,0%) responden yang terpapar media massa lebih dari 4 jam (Tabel V.9) Lingkungan juga merupakan salahsatu faktor yang berpengaruh, dimana semakin banyak media yang mempertontonkan materi pornografi akan lebih mempercepat kematangan seksual seorang gadis (Smart, 2008). Berdasarkan hasil analisis dengan metode chi-square diperoleh nilai P = 0,237 (> 0,05) berarti H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan Jawa Timur (Tabel V.10). Hasil ini sejalan dengan penelitian Retno dkk (2016) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa tidak terdapat hubungan status gizi terhadap usia menarche dengan nilai p=0,104. Asgharnia M, dkk (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara BMI dan usia menarche, dan dikatakan bahwa hal ini mungkin dikarenakan adanya pengaruh

faktor genetik dan lingkungan.

Batubara, dkk (2010) dalam penelitiannya tentang usia menarche pada perempuan Indonesia menyatakan bahwa rata-rata usia menarche perempuan Indonesia adalah 12,96 tahun dan kemungkinan adanya peran status gizi dan sosio ekonomi pada usia menarche. Pada penelitian ini, usia rata-rata menarche pada siswi SMPN 1 Lamongan adalah 12 tahun, sudah jauh lebih menurun dibandingkan penelitian sebelumnya oleh RISKESDAS dengan rata-rata usia menarche 13 tahun. Penurunan ini disinyalir memiliki hubungan dengan peningkatan status gizi, akan tetapi pada penelitian ini ditemukan tidak adanya hubugan antara status gizi dengan usia menarche pada siswi SMPN 1 Lamongan. Selain itu ditemukan pula siswi dengan usia menarche termuda yaitu 11 tahun dengan status gizi yang normal. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, dimana seharusnya pertambahan BMI atau status gizi

43

yang lebih akan memunculkan menarche pada usia yang lebih muda. Hasil ini memberikan sinyal yang kuat tentang adanya faktor lain yang memengaruhi usia menarche pada siswi SMPN 1 Lamongan. Perbedaan hasil penelitian dan penurunan usia menarche yang terjadi mungkin dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Namun berbeda halnya Nurrahmawati dkk (2016) yang mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMP Negeri 6 Tidore Kepulauan. Hal ini sependapat dengan teori Proverawati dan Misaroh (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche di antaranya adalah status gizi, sosial ekonomi, kelainan fisik, audio visual, lingkungan sosial dan genetik. Pada anak-anak dengan kelebihan berat badan akan terjadi peningkatan sekresi leptin. Makin tinggi kadar leptin, makin cepat terjadi menarche. Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang mendapat mentruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat mentruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum mentruasi pada usia yang sama (Retno dkk, 2016) Dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki status gizi tinggi akan mengalami menarche di usia yang lebih cepat dibanding mereka yang memiliki status gizi rendah, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa yang mereka punya menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda. Mereka yang memiliki status gizi tinggi atau di atas normal akan mendapat menarche di usia yang terlalu cepat, sedangkan mereka yang memiliki status gizi rendah atau di bawah normal mengalami menarche di usia yang terlalu lambat. Lalu, mereka dengan status gizi yang normal mengalami menarche di usia yang juga normal.

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan Secara umum, berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisa data serta pembahasan yang ada, maka peneliti mengambil kesimpulan dengan uraian singkat sebagai berikut: 1.

Tidak ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche di SMPN 1 Lamongan Jawa Timur. Hal ini terbukti pada saat di uji chi square diperoleh nilai P = 0,237 (> 0,05)

2.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki status gizi dengan kategori normal yaitu sebanyak 54 orang (80.6%) dan hanya 1 orang (1.5%) responden yang memiliki status gizi dengan kategori obesitas

B. Saran Saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini adalah: 1.

Untuk itu disarankan Orang tua perlu mengajarkan pada anak mengenai pola hidup yang sehat, meliputi pola aktivitas dan pola makan anak serta memberikan asupan gizi seimbang dalam menu makan anak sehari hari.

2.

Bagi Instunsi sekolah hendaknya selalu memberikan pendidikan kesehatan terutama masalah reproduksi untuk mereka yang mendapatkan menstruasi lebih dini, serta penyuluhan akan adanya dampak tersebut serta dapat pula memberdayakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) sebagai wadah para siswa mengetahui pentingnya kesehatan terutama dalam hal asupan gizi yang baik untuk usia remaja.

44

45

3.

Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan judul yang sama dapat menambahkan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan kejadian menarche seperti stress emosional, pengaruh hormonal serta usia menarche ibu.

46

Daftar Pustaka

Abudayya, A.H., dkk. 2009. Sociodemographic Correlates of Food Habits Among School Adolescents (12–15 year) in North Gaza Strip, Norway: University of Oslo. Al-Awadhi, Nora et al. 2013. Age at menarche and its relationship to body mass index among adolescent girls in Kuwait. BMC Public Health. 13;29, halaman 17

(Online).

(http://www.biomedcentral.com/content/pdf/

1471-2458-13-29.pdf,

diakses 18 Januari 2017). Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Halaman 3 Amare, Bemnet, dkk. 2012. Nutritional status and dietary intake of urban residents in Gondar, Northwest Ethiopia. BMC Public Health. 12:752 (Online), (http://www.biome7dcentral.com/content/pdf/1471-2458-12-752.pdf,

diakses

25

Agustus 2013). Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi 2. Jakarta : EGC. Asgharnia M, dkk. 2009. A Study of Menarcheal Age in Northern Iran (Rasht). Oman Medical Journal. Volume 24. Batubara, J. RL. et al. 2010. Age at Menarche in Indonesian Girls: A National Survey. Halaman 78-81 (Online). Volume 42 Nomor 2. (http://www.inaactamedica.org/archives/2010/20513931.pdf, diakses tanggal 18 Juli 2013). Burchi, Francesco. 2012. Whose education affects a child’s nutritional status? From parents’ to household’s education. Demographic Research (Online). Volume 27 Nomor 23, halaman 682-697 (http://www.demographic-research.org/volumes/vol27/23/27-23.pdf, diakses 25 Agustus 2017

Caprio, Sonia, dkk. 2008. Influence of Race, Ethnicity, and Culture on Childhood Obesity: Implications for Prevention and Treatment. Diabetes Care. (Online).Volume 31 Nomor 11. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2571048/pdf/2211.pdf, diakses 25 Agustus 2017).

47

Cheng G, Steffi G, Lars L, Sibylle K,Anke LB, Gunther, et al. Diet Quality in Childhood is Prospectively Associated with the Timing of Puberty but Not with Body Composition at Puberty Onset. The Journal of Nutrition [internet]. 2009. [citied 26 Agustus 2017]:109.113365:102-95. Available from : Jn Nutrition Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Edisi 11, halaman 1064-1077. Hidayat, Anwar.2017.Penjelasan Teknik Sampling Dalam Penelitian. www.statistikian.com (diakses tanggal 28 Agustus 2017) Iswanto, B.,B. Ichsan, dan S. Ermawati.2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia Defisiensi Besi Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi TabletBesi di PuskesmasKarangdowo, Klaten.Jurnal Kesehatan, Vol 5 No.2, hal.110-118. Kaplowitz, Paul B. 2008. Link Between Body Fat and the Timing of Puberty. Journal of The American

academy

of

Pediatrics.

Vol

121,

halaman

S208-S215(Online),

(http://pediatrics.aappublications.org/content/121/Supplement_3/S208.full.html, diakses 29 Agustus 2017). Karapanou, Olga dan Papadimitrou, Anatasios, P. 2010. Determinants of Menarche. Reproductive Biology and Endocrinology. 8;115 halaman 3-5. http://www.rbej.com (Diakses pada tanggal 25 November 2016).

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Halaman 38-40. Makoka, Donald. 2013. The Impact of Maternal Education on Child Nutrition: Evidence from Malawi, Tanzania, and Zimbabwe. United States Agency for International Development.

(Online)

Nomor

84

halaman

1-23.

(http://www.measuredhs.com/pubs/pdf/WP84/WP84.pdf, diakses 25 Agustus 2017). Manuaba, I. B. G. dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 78-83. Nadina KD, Anette EB, Antjes dan Anjak. Birth and early life influences on the timing of puberty onset: result from the DONALD (Dortmund Nutritional and Antropometric Longitudinally Designed) study. The American Journal of Clinical

48

Nutrition [internet]. 2009. [citied 26 Agustus 2017]:90:1559-65. Available from : Am J Clin Nutr Nagar S, Aimol KR. Knowledge of Adolescence Girls Regarding Menstruation in Tribal Areas of Meghalaya. Department of Human Development, College of Home Science [internet] 2010 [citied 2016 December 27]: Vol. 8 (1):

27-30. Available

from : krepublishers. Nielsen, Elizabeth. M. 2011. Trends in the Age of Menarche. Honors theses. Southern Illionis University. Carbondale. halaman 4-12 (Online). (http://opensiuc.lib.siu.edu/uhp_theses, diakses 13 Januari 2017). Nurrahmawati Lasandang, Rina Kundre, Yolanda Bataha. Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri di SMP Negeri 6 Tidore Kepulauan. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Vol. 4 No. 1, Februari 2016

Oh, Chang-Mo, dkk. 2012. Relationship Between Body Mass Index and Early Menarche of Adolescent Girls in Seoul. J Prev Med Public Health. 45;227-234 halaman 227-233 (Online), (http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc/articles/PMC3412985/, diakses 4 Mei 2017). Olivia, Dina, dkk. 2012. Body mass index and age of menarche in young girls. Paediatrica

Indonesiana.

(Online),

Volume

52,

No.

6

halaman

309-311

(http://www.paediatricaindonesiana.org/pdffile/52-6-1.pdf , diakses 7 Maret 2017). Prawirohardjo, Sarwano. 2009. Ilmu Kandungan. Edisi 2. PT Bina Pustaka, Jakarta. Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche: Menstruasi Pertama Penuh Makna. Nuha Medika, Yogyakarta. Retno Dewi Noviyanti, Sri Mintarsih, Sansavera Nur Fatimah. 2016. Hubungan Status Gizi Terhadap Usia Menarche Siswi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kismoyo Ngemplak Boyolali. KOSALA. JIK Vol. 4 No. 1 Maret 2016 RISKESDAS. 2010. Perkembangan Status Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 176-178 http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id (Diakses pada tanggal 5 Desember

2016).

Salma.2010.5 Jenis Gangguan Menstruasi/Haid. www.majalahkesehatan.com (diakses 26 Agustus 2017)

49

Saraswati, Sylvia. 2010. 52 Penyakit Perempuan. Yogyakarta: Katahati Smart, Prince. 2008. Mengenal Usia Remaja.www.khowan.com Sukarni, I K dan Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Nuha Medika. Yogyakarta Uche-Nwachi, E. O.; Odekunle, A.; Gray, J.; Bethel, T.; Burrows, Y.; Carter, J.; Christie, K.; Dillett, J.; Evelyn, C.; Stubbs, L. Osolo, I. & workman, T. Mean age at menarche in Trinidad and its relationship to body mass index, ethnicity and mothers age at menarche. Online. J. Biol. Sci., 7(2):66-71, 2007. Waryono, M. 2010. Gizi Reproduksi. Rihana : Yogyakarta Zulfa, F. 2011. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fastfood Modern dengan Status Gizi (BB/TB Z-Score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya. Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia. Prosiding. 12 April 2011. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. ISBN 978-602-96943-1-4

.

More Documents from "robbi"

Bab 2-3.docx
June 2020 24
Jurnal (1)l.docx
June 2020 19
Tugas Biokim.docx
June 2020 14
1-7.docx
June 2020 8