Pengukuran Variabel PENGUKURAN VARIABEL Dr. Ir. Agus Zainul Arifin, M.M. A.
Pendahuluan Sesudah masalah penelitian dirumuskan dan studi pustaka dilakukan, maka tiba saatnya
peneliti merumuskan hipotesis penelitian.
Pada pengujian hipotesis itu peneliti harus
menentukan variabel apa saja yang akan digunakan. Varibel yang akan digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel penelitian tergantung pada luas sempitnya penelitian. Dalam ilmu sosial, variabel penelitian sifatnya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita karena berasal dari satu konsep yang perlu diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan digunakan secara operasional. Alat pengukur variabel yang tepat sangat penting artinya. Dengan alat ukur variabel yang tepat, peneliti dapat menghubungkan suatu konsep yang abstrak dengan realita yang dapat dirumuskan sehingga hipotesis dapat diuji dengan mudah. Dengan menggunakan ukuran yang tepat untuk suatu konsep atau variabel, maka konsep yang berbentuk kualitatif perlu diberikan ciri kuantitatif dengan memberikan skala. Jadi skala diperlukan untuk menentukan atribut dengan ciri kalitatif menjadi variabel yang bersifat kuantitatif. Karena variabel atau konsep dalam ilmu sosial mempunyai dimensi lebih dari satu, maka perlu diuraikan terlebih dahulu dimensi-dimensi yang dimiliki oleh konsep tersebut, selanjutnya dipilih cara pengukurannya, unit ukuran, serta validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan.
B.
Konsep, Konstrak, dan Variabel Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan
cara membuat generalisasi terhadap suatu yang khas. Dalam ilmu alam, konsep mudah diukur. Seperti berat badan, gaya energi, masa, luas, panjang, tinggi, dan lain-lain. Dalam ilmu sosial, konsep bersifat abstrak sehingga sukar siukur. Contoh fertilitas, kepuasan, gaya kepemimpinan, dan lain-lain. Konstrak adalam konsep yang dibuat secara sadar yang digunakan untuk keperluan ilmiah. Variabel adalah konsep yang mempunyai banyak nilai. Badan adalah konsep bukan variabel karena tidak mempunyai keragaman nilai. Tapi besar ukuran badan adalah variabel, karena mempunyai banyak nilai. Agus Zainul Arifin
1
Pengukuran Variabel Konsep dapat diubah jadi variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari variabel itu sendiri. Misalnya konsep perilaku kontrasepsi dapat diubah menjadi variabel pengguna kontrasepsi. Variabel dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu variabel kontinu dan diskrit. Variabel dapat juga dibagi menjadi variabel dependen dan independent. Variabel dapat juga dilihat sebagai variabel aktif dan atribut. Selain itu terdapat juga variabel moderator dan random. Variabel moderator adalah variabel lain yang berpengaruh terhadap variabel dependen tapi dianggap tidak mempunyai pengaruh utama. Seperti dianggap tidak mempunyai pengaruh utama. Seperti dianggap tidak mempunyai pengaruh utama. Seperti Variabel yang mempengaruhi permintaan produk pakaian adalah harga, pendapatan. Variabel itu adalah variabel utama. Jika umur juga berpengaruh, tetapi bukan sebagai penyebab utama, maka umur merupakan variabel moderator. Variabel lain yang sering digunakan dalam penelitian adalah variabel random. Adalah variabel lain yang nyata berpengaruh terhadap variabel dependen tapi tidak dimasukkan dalam persamaan penelitian. Pengaruhnya dapat dilihat pada nilai error. Dalam membuat model matematik, variabel biasanya dinyatakan dalam simbol “huruf”. Misalnya X, Y, dan lain-lain
C.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah,
karana data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menguji hipotesis, kecuali untuk penelitian eksploratif. Data yang dikumpulkan harus valid. Validitas dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta kualitas yang mengambil datanya cukup valid. Banyak masalah penelitian tidak dapat dijawab karena metode untuk memperoleh data yang digunakan tidak memungkinkan, atau metode yang ada tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan.
D.
Pengukuran
Agus Zainul Arifin
2
Pengukuran Variabel Pengukuran adalah penetapan/pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu (Stevens, 1951). Dari definisi tentang pengukuran ada tiga kata kunci, yaitu angka, penetapan dan aturan. Angka tidak lain sebuah simbol dalam bentuk 1, 2, 3, …. atau I, II, III, …yang tidak mempunyai arti kecuali diberikan arti padanya. Yang dimaksud dengan penetapan adalah memetakan (mapping). Adapun aturan adalah adalah panduan atau perintah untuk melaksanakan sesuatu. Fungsi dalam matematika adalah aturan korespondensi. Aturan juga ditetapkan dalam mengukur. Misalnya jenis kelamin, pria diberi angka satu dan wanita diberi angka dua. Contoh lain aturan skala likerts. Jadi aturan merupakan fungsi korespondensi yang dapat dinyatakan dalam fungsi matematika.
1. Indikan dari objek Indikan adalah suatu yang menunjukkan frekwensi dari peristiwa. Misalkan, “bengis” adalah jumlah kali seseorang memukul orang lain. “Alim” adalah jumlah kali seseorang pergi ke masjid. Semakin sering dikatakan lebih alim. Angka yang diberikan pada indikan menunjukkan sifat prilaku. Setelah melakukan pengamatan terhadap indikan kemudian dianalisis secara statistik. Misalnya ingin melihat korelasi antara kecerdasan dengan prilaku alim.
2. Pengukuran versus realita Dalam ilmu sosial, pengukuran sering mengandung tanda Tanya, apakah pengukuran yang dilakukan cocok dengan realita. Suatu pengukuran yang baik harus sesuai dengan realita, disebut mempunyai sifat isomorphisme. Dalam penelitian yang sebenarnya peneliti tidak tahu tentang realita. Oleh karena itu peneliti harus selalu mempertanyakan apakah prosedur pengukuran yang dipakai sudak isomorpik dengan realita atau belum. Untuk itu harus mengujinya tengan teknik tertentu.
E.
Skala Pengukuran
Agus Zainul Arifin
3
Pengukuran Variabel Dalam pengukuran variabel, ada empat jenis skala ukuran, yaitu (1) ukuran nominal, (2) ukuran ordinal, (3) ukuran interval, dan (4) ukuran rasio. 1. Ukuran nominal. Adalah skala ukuran paling rendah dan sederhana. Angka yang diberikan pada objek hanya sebagai label/simbol belaka, hanya untuk pembeda, tidak menunjukkan tingkatan Contoh: 1 = pria; 2 = wanita 1 = belum kawin; 2 = kawin; 3 = duda/janda Pada contoh di atas, tidak berarti angka yang lebih besar mempunyai nilai/kedudukan yang lebih tinggi, angka itu hanya untuk pembeda saja. 2. Ukuran ordinal. Angka yang diberikan selain mengandung pembeda (sifat nominal), juga pengandung pengertian tingkatan (ranking), tapi tidak memberikan skala jarak nilai absolute terhadap objek. Misalnya 4 lebih besar dari 2, tapi tidak berarti 4 dua kali lebih besar dari 2. Sehingga 4 tidak dapat dikurangi dengan dua. Contoh: Hasil lomba lari ditetapkan juara
satu, dua, dan tiga. Juara satu menunjukkan
kemampuan paling lari paling cepat dibandingkan juara dua dan tiga. Tapi tidak berarti juara tiga kecepatan larinya tiga kali lebih lambat diandingkan dengan juara satu. Suhu air 50OC dan 100OC. Suhu 100OC lebih panas dari pada 50OC, tapi suhu 100OC tidak berarti dua kali lebih panas dari pada suhu 50 OC, karena jika diukur dengan skala Fahrenheit akan berbeda. 3. Ukuran interval Pemberian angka pada set objek yang mempunyai sifat ordinal ditambah sifat jarak, tapi tidak memberikan jumlah absolute (tidak mempunyai nilai nol arbiter). Karena mempunyai skala jarak, maka angka yang diberikan dapat dikurangi dan ditambah. Contoh: Pengukuran Skala likert tentang kepuasan dengan kisaran skala 1, 2, 3, 4, 5. Nilai tersebut menunjukkan kepuasan dengan nilai 4 dua kali lebih besar dari pada kepuasan dengan nilai 2. Iniberarti 4 – 3 = 1, atau 2 + 1 = 3. Agus Zainul Arifin
4
Pengukuran Variabel Skala itu dapat pula dibuat dengan urutan: 0, 1, 2, 3, 4. Nilai nol bukan berarti responded tidak menikmati kepuasan, tapi memperoleh kepuasan terendah. Atau dapat dibalik, nilai 4 menunjukkan kepuasan terendah dan nilai nol kepuasan tertinggi. 4. Ukuran rasio. Adalah skala ukur yang mempunyai sifat interval ditambah sifat absolute dari objek yang diukur, dan mempunyai nilai nol. (nol arbiter). Contoh: Mengukur berat abdan: A = 20 Kg dan B = 60 Kg. Ini berarti berat B tiga kali lebih berat dibadingkan A ( A = 1/3 B). Udara adalah massa yang tidak mempunyai berat (= 0,0 Kg)
F.
Reliabilitas dan Validitas Instrumen Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen
yang valid dan reliabel. Hasil peneliotian yang valid jika terdapatkesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Jika obkeh berwarna merah sedangkan data yang terkumpul berwarna hijau, maka hasil penelitian tidak valid. Hasil penelitian yang reliabel jika terdapat kesamaan data yang diukur pada waktu berbeda. Jika sekarang objek berwarna merah dan waktu yang lain berwarna putih, maka objek tidak reliabel. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran valid untuk mengukur panjang tapi tidak valid untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, maka hasilnya akan sama. Alat ukur dengan merentangkan tangan adalah alat ukur yang tidak reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel menjadi syarat mutlak untuk menghasilkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Namun demikian hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen itu. Oleh karena itu peneliti harus mampu mengendalikan objek yang harus
Agus Zainul Arifin
5
Pengukuran Variabel diteliti dan meningkatkan kemampuan dalam menggunakan unstrumen untuk mengukur variable yang diteliti. Instrumen Dalam ilmu social sudah ada yang baku (standar) karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya, tapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Untuk itu meneliti harus mampu menyusun sendir instrumen pada setiap penelitian untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang reliabel belum tentu valid, tapi instrumen yang valid umumnya reliabel. Namun demikian untuk memberikan kepastian, validitas dan reliabilitas instrumen harus diuji. Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbetuk tes dan non tes. Instrumen bentuk tes untuk mengukur prestasi, seperti prestasi belajar, jawabannya adalah “benar - salah”. Instrumen non tes digunakan untuk mengukur sikap, jawabannya bersifat positif – negative. Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal, atau rasional, bila criteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi instrumen ini dikembangkan menurut teori yang relevan. Instrumen yang mempunyai valuiditas eksternal jika criteria dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Jadi instrumen ini dikembangkan dari fakta empiris.. Jika reliabilitas dan validitas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan atau dalam memberikan alas an terhadap hubungan antar variabel. Bahkan secara luas reliabilitas dan validitas mencakup mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai data siap untuk dianalisis. 1. Reliabilitas Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Untuk memberikan pemahaman, terlebih dahulu dibuat beberapa pertanyaan, yaitu: a.
Jika objek yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama, apakah hasilnya sama?
b.
Apakah ukuran yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur tertentu adalah ukuran yang sebenarnya dari objek itu?
c.
Berapa besar kesalahan yang diperoleh dengan menggunakan ukuran tersebut terhadap objek?
Agus Zainul Arifin
6
Pengukuran Variabel Jawaban dari pertanyaan di atas menunjukkan aspek-aspek dari reliabilitas. Suatu alat ukur harus dapat dipercaya (reliabilitas tinggi), harus mantap, dapat diandalkan dan dapat diramalkan. Alat ukur yang mantap dan handal
berarti jika
digunakan berkali-kali hasilnya akan sama, mempunyai akurasi yang tinggi, dan cocok dengan yang ingin diukur. Kesimpulan, realibilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu alat ukur. Pengujian instrumen reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal atau internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan denagn test-retest (stability), equivalent, dan gabungan kesuanya. Secara internal diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. 2. Validitas Validitas mempersoalkan apakah kita benar mengukur apa yang sedang dipikirkan. Kerlinger (1973) membagi validitas menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, yang berhubungan dengan criteria, dan validitas konstruk. a. Validitas isi Mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya, substansinya) representatif? Validitas isi secara mendasar merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri atau orang lain. Contoh, dalam UAS, apakah soal yang ditanyakan sudah mencakup seluruh isi pelajaran sesuai dengan SAP? Validitas ini untuk mengukur prastasi mahasiswa dalam satu semester. Untuk instrumen berbentuk tes, pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen yang telah dirancang. b. validitas yang berhubungan dengan criteria. Yaitu validitas yang dilihat dengan membandingkan dengan satu criteria atau variabel diketahui atau dipercaya dapat digunakan untuk mengukur suatu atribut tertentu. Misalkan tes masuk perguruan tinggi. Soal yang diuji diharapkan mampu menjelaskan bahwa mahasiswa yang baik akan mendapat nilai yang baik, dan seterusnya. Yang menjadi masalah apakah soal yang dibuat dapat memprediksi tingkat kemampuan mahasiswa sesuai dengan kemampuannya. Hampir semua bentuk ujian adalah bentuk prediksi. Yang sulit dalam validitas jenis ini adalah membuat criteria apa yang tepat uang akan digunakan untuk dibandingkan. c. Validitas konstrak Agus Zainul Arifin
7
Pengukuran Variabel Konstrak adalah suatu abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai pengertian terbatas. Konstrak itu diberi definisi sehingga dapat diamati dan diukur. Untuk melihat varliditas konstrak perlu menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini:
Komponen/dimensi apa saja yang membentuk konsep tersebut?
Landasan teori apa yang membangun dimensi itu?
Bukti empiris apa yang memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara komponen atau dimensinya?
Contoh validitas konstrak untuk intelegensia: Pertema ditentukan dimensi apa saja yang diukur untuk mentes intelegensia. Apakah kemampuan menghapal, menganalsis, mengevaluasi, membuat tesis?
Setelah
dimensi dari intelegensia diukur, lalu disusn alat ukur untuk masing-masing dimensi intelegensia.
Langkah
berikutnya menentukan
suatu criteria
umum untuk
membedakan orang yang mempunyai intelegensia rendah, sedang, dan tinggi. Misalkan criteria yang dipilih adalah: “kecepatan dalam menyelesaikan soal matematika”. Selanjutnya dilakukan tes intelegensia pada subjek penelitian. Hasil skor tes lalu dibandingkan dengan skor criteria. d. Validitas muka Validitas muka mempunyai dua pengertian, yaitu: Pertama, berhubungan dengan pengukuran atribut yang kongkrit tanpa memerlukan inferensi. Misalkan mengukur kemahiran seseorang dalam mengetik, jumlah kata yang berhasil diketik dalam waktu tertentu menunjukkan kemampuannya Kedua, berhubungan dengan penilaian para ahli terhadap suatu alat ukur. Misalnya peneliti akan menyusus skala tentang persepsi. Skala tersebut diperlihatkan pada beberapa ahli.
Agus Zainul Arifin
8