01. Sistem Integumen Pada Vertebrata-1.pptx

  • Uploaded by: nofiyanti
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 01. Sistem Integumen Pada Vertebrata-1.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,420
  • Pages: 33
Sistem Integumen Vertebrata Disusun oleh : 1.

Afriyan Decky M

(K4316001)

2.

Aini Ulfah

(K4316002)

3.

Feni Andriani

(K4316030)

4.

Irana Dewi

(K4312071)

5.

Zakia Yolanda

(K4316070)

Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Tujuan Pembelajaran – Untuk mengetahui sistem integumen pada kelas pisces. – Untuk mengetahui sistem integumen pada kelas amfibi.

– Untuk mengetahui sistem integumen pada kelas reptil. – Untuk mengetahui sistem integumen pada kelas aves. – Untuk mengetahui sistem integumen pada kelas mamalia

Konsep Integumen

Pengertian

Kata integumen berasal dari bahasa latin integumentum yang berarti penutup. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya (Andriyani, Triana, & Juliarti, 2015).

Fungsi

Apabila terjadi kerusakan pada tubuh maka sistem integumen memiliki sifat untuk memperbaiki dirinya sendiri (Self repairing).

Bagian

Bagian dari sistem integumen misalnya kulit, rambut, cakar, kelenjar rambut, kelenjar minyak yang menyekresikan lendir dan minyak, kuku, sisik, dan bulu serta bagian lainnya.

Sistem Integumen Pada Berbagai Kelas Vertebrata Pisces

Mamalia

Afimbi

Sistem Integumen

Aves

Reptil

Sistem Integumen Pada Pisces

A. Sistem Integumen Pada Pisces Struktur Anatomi

• Pisces mempunyai epidermis tipis hanya terdiri dari 1 lapis sel, yang mana sel-selnya ada yang mengalami modifikasi membentuk sel kelenjar mukosa yang mensekresikan mukus ke permukaan lapisan epidermis sehingga permukaan kulit ikan licin.

Fungsi

• Pada integumen ikan, selain berisi pembuluh darah, saraf, jaringan pengikat, sel-sel otot, sel pigmen juga terdapat sisik yang terbentuk dan bahan tulang yang terbentuk melalui proses ossifikasi.

Gambar integumen pisces

Derivat Sitem Integumen Pada Pisces

Lapisan Epidermis

Struktur Anatomi

Fungsi

• Lapisan epidermis merupakan lapisan paling luar dari kulit ikan, bagian yang berhubungan langsung dengan lingkungannya. Lapisan epidermis pada ikan selalu basah hal ini disebabkan oleh suatu sel kelenjar yang dihasilkan dari sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di bagian dalam epidermis yang disebut dengan mucin. Jika zat tersebut bersentuhan dengar air, maka akan berubah menjadi lendir sehingga menyebabkan kulit pada bagian epidermis ikan selalu basah. (Shariffudin,2016)

• Fungsi lendir pada ikan itu sendiri adalah untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air yng membuat ikan dapat berenang lebih cepat,

Lapisan Dermis

Struktur Anatomi

Fungsi

• Lapisan kulit dalam atau dermis pada ikan cenderung akan lebih tebal dan susunan yang lebih kompak dari lapisan kulit luar atau epidermis. Dermis mengandung banyak pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat.

• Derivat-derivat kulit juga dibentuk dalam lapisan ini.Lapisan ini juga berperan dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang bersisik. (Gary,2000)

Derivat Sitem Integumen Pada Pisces Sisik Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Kelenjar beracun Kelenjar beracun juga terdapat pada sistem integumen, dimana kelenjar beracun ini merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar beracun ini berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang atau melumpuhkan mangsa. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele

Sitem Integumen Pada Afimbi

B. Sitem Integumen Pada Afimbi

Struktur Anatomi

Pada umumnya amfibi memiliki kulit yang selalu basah, tipis, dan mengandung banyak pembuluh darah (Qurniawan & Pramana, 2003). Hal ini terkait dengan kemampuan respirasi yang dimiliki oleh amfibi. Di dalam kulit amfibi terdapat banyak kelenjar sekretori. Yoshie et al.(1985) dan Ersparmer (1994)

Fungsi

Sebagai bentuk pertahanan dari predator, bersifat antibiotik, serta berperan dalam osmoregulasi dan transfer ion pada bagian epitelium.

Gambar integumen afimbi

Derivat Sitem Integumen Pada Afimbi

Derivat Pada Sistem Integumen Afimbi Menurut (Qurniawan & Pramana, 2003) kutikula(epidermis), korium, dan vera (dermis).

amfibi

memiliki

tiga

bagian

kulit

yaitu;

Lapisan Epidermis

Pada bagian epidermis tersusun atas sel epitel berbagai bentuk yang didalamnya terdapat pigmen warna. Afimbi terkandang mengalami perubahan warna kulit. Hal ini dikarenakan oleh faktor eksternal yaitu suhu sedangkan faktor internal berupa hormone dan saraf (Hermanto, Top Update Big Bank Biologi SMA/MA 1, 2, 3, 2017)

Lapisan Dermis

Jaringan dermis yang terdapat pada amfibi mengandungan jaringan ikat salah satunya adalah kolagen yang dapat menentukan ketebalan kulit pada amfibi. Sebagai contoh amfibi dari ordo Anura (tidak berekor) yaitu Duttaphrynus melanostictus (kodok) yang memiliki kulit lebih tebal dari Kalaoula baleata (katak).

Keterangan: A. Epidermis, B. Startumkorneum, C.Stratumgranulosum, D. Dermis, 1. Sel epitel pipih, 2.Sel epitelkolumner, 3. Membrana basalis, 4. Kelenjar mukus, 5.pembuluh darah, 6. Serabut kolagen, 7. Inti sel fibroblast, 8. Deposit kalsium, 9. Ductusmucusa, 10. Sekret kelenjar serosa granular (Qurniawan & Pramana, 2003).

Kelenjar pada Amfimbi

Amfibi memiliki dua macam kelenjar yaitu; kelenjar mukus dan serosa. – Kelenjar mukus berbentuk bulat kecil dan menyekresikan asam sulfat glikoprotein. Kelenjar ini tersebar lebih banyak dibandingan kelenjar seros – Kelenjar serosa berbentuk oval dan besar. Kelenjar ini biasa disebut kelenjar beracun . Hal ini dikarenakan kelenjar serosa menghasilkan racun.

Sitem Integumen Pada Reptilia

C. Sistem Integumen Pada Reptilia

Hewan kelompok reptilian mempunyai integumen yang umumnya tidak mengandung kelenjar keringat (Susatyo & Sugiharto, 2008). Tubuh kelompok reptil ditutupi oleh sisik yang berbentuk perisai (Hermanto, 2017). Reptil memiliki kulit yang kering dan permeabilitas yang rendah terhadap air, semua reptil memiliki karakter kulit bersisik yang membedakannya dengan kelas mamalia dan aves (Swadzba, Maslak, & Rupik, 2009).

Derivat Sitem Integumen Pada Reptilia

Derivat Integumen Pada Reptilia Derivat sistem integumen pada reptilia berupa sisik dan cakar yang terbentuk dari lapisan epidermis pada integumen.

- Terbentuk awal dari dermis yang diselubungi oleh bahan – bahan epidermis - Melalui proses cornifikasi

- Diduga bersifat spesifik artinya tiap spesies berbeda tipenya

Sitem Integumen Pada Aves

D. Sistem Integumen Pada Aves

Struktur Anatomi

• Kulit aves biasanya berwarna merah muda agak kebiruan, tipis, dan elastis (Stettenheim, 2000). Kulit aves tidak memiliki kelenjar keringat dan kelenjar baceous(Lucas, 1968, 1980; Lavker, 1975).

• Kulit pada burung lebih banyak berperan dalam osmoregulasi. Pertumbuhan integumen dan area kulit telanjang berfungsi dalam banyak kasus diantaranya sebagai sinyal visual untuk perilaku sosial atau seksual.

Fungsi

Derivat Sitem Integumen Pada Aves

Derivat Pada Sistem Integumen Aves

– Tubuh aves sebagian besar ditutupi oleh bulu halus yang disebut pterile. Berdasarkan anatominya bulu-bulu tersebut dibagi menjadi Plumae (contour feather) bulu dasar pembentuk tubuh; Plumulae (down feathers) bulu lembut dan lunak mirip kapas; Filoplumae (hair feather)., bulu yang mirip dengan rambut (Hermanto, Top Update Big Bank Biologi SMA/MA 1, 2, 3, 2017). – Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi; Tektrises, berada diseluruh tubuh. Rektrises, bulu ekor yang berfungsi sebagai kemudi. Remiges, atau bulu sayap. Berdasarkan letaknya remiges dibedakan menjadi Remiges primariae dan Remiges secundariae. Parapterum, bulu penutup bahu dan Ala spuria, bulu yang ada pada jari.

Sitem Integumen Pada Mamalia

E. Sistem Integumen Pada Mamalia Mamalia memiliki rambut yang membedakannya dengan setiap kelas vertebrata (Spearman, 1973). Epidermis pada mamalia tersusun atas keratin termasuk melanosit dan sel Langerheans. Struktur kulit pada mamalia terdiri atas 3 bagian yaitu epidermis yang merupakan lapisan terluar; dermis merupakan lapisan dibawah epidermis yang terdapat sel saraf, kelenjar minyak, kelenjar keringat dan pembuluh darah, serta hypodermis atau lapisan lemak (Wardhani & Astuti, 2013). Bagian hypodermis juga disebut sebagai bagian subcutanea (Hermanto, Top Update Big Bank Biologi SMA/MA 1, 2, 3, 2017)

integumen pada mamalia (Wardhani & Astuti, 2013)

Derivat Sitem Integumen Pada Mamalia

Derivat Pada Sistem Integumen Mamalia – Lapisan epidermis sekilas tampak seperti jaringan hidup namun pada kenyataannya lapisan ini merupakan tumpukan sel kulit mati yang disebut horny (Wirakusumah, 2008). Lapisan ini memiliki empat lapisan sel yaitu : startum corneum (lapisan tanduk) yang mengandung sel kulit mati dan mudah mengelupas, startum granulosum (lapisan butir) mengandung keratohilain. Selanjutnya stratum spinosum (lapisan tajuk) tersusun atas sel-sel hidup yang menonjul dan yang terakhir stratum basale (lapisan basal) menghasilkan kerationsit.

Derivat Pada Sistem Integumen Mamalia – Lapisan hypodermis atau subkuntan mengandung lemak yang berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh dan pencegah guncangan pada hewan sebagain besar hewan mamalia tidak memiliki jaringan subkuntan sehingga digantikan oleh rambut disekujur tubuhnya (M.D. & Michael F. Roizen, 2010). – Lapisan dermis merupakan lapisan yang terusun atas sel-sel fibroblast sehingga membuat bagian ini elastis. Pada bagian ini terdapat kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak kulit (sebum) sebagai pelumas dan pencegah masuknya bakteri (M.D. & Michael F. Roizen, 2010).

Daftar Pustaka Hermanto, B. (2017). Top Update Big Bank Biologi SMA/MA 1, 2, 3. Jakarta: PT. Bintang Wahyu. M.D., M. C., & Michael F. Roizen, M. (2010). Being beautiful: sehat dan cantik luar dalam ala Dr. Oz. (R. S. Ekawati, Trans.) Bandung: Penerbit Qanita. Qurniawan, T. F., & Pramana, D. A. (2003). Mikroanatomi Kelenjar Kulit Duttaphrynus melanostictus ( Schneider , 1799 ) dan Kalaoula baleata ( Müller , 1836 ) ( Amphibia , Anura ). Makroanatomi Kelenjar Kulit Duttaphrynus Melanosticus, 1–8. Wirakusumah, E. S. (2008). Cantik dan Awet Muda dengan Buah, Sayur dan Herbal. Jakarta: Niaga Swadaya. Wardhani, I., & Astuti, N. (2013). Fakta Menakjubkan Tentang Tubuh Manusia. Jakarta: Cikal Aksara.

Related Documents


More Documents from "Novi Indriani"